Chapter 19

3.9K 415 36
                                    

Happy reading..












Terkadang apapun memang tidak akan sejalan, tapi serumit apapun takdir, keputusanmu adalah asal muasal jalan sebuah pilihan.

Jeon Jungkook, dengan segenap hati meyakini bahwa dunianya kini adalah tentang Kim Taehyung, pemuda priyayi yang menggilainya, terang-terangan mengungkap cinta, bahkan kini yang bakal menjadi calon ayah pada darah dagingnya, namun nyatanya saat satu kenangan muncul, meskipun pahit tapi itu adalah sebuah kenangan yang tak terlupakan.

Ya, kenangan bersama pria bermaga Cha.

Jungkook termenung, jemarinya mengetuk badan cangkir  keramik yang tersisa separuh tehnya yang mulai mendingin.

Kedua netranya tak beralih, menatap pada layar benda pipih yang tergeletak di depan pandangannya yang menampakan chat room dimana tertulis jelas nama kontak tersebut bernamakan Eunwoo.

Ada sebuah pesan masuk yang sedari tadi tidak Jungkook balas, namun cukup membuatnya termenung.

"Seharusnya kau menggunakan sweater-mu, udara malam tidak baik."

Pada satu suara yang mampu menjadikan Jungkook tertegun kala sosok pria bermarga Min yang di deklarasikan oleh Taehyung sebagai kakaknya kini sedang berdiri dihadapannya.

"O-oh hyung." Ujarnya berusaha menutupi kegugupan pada suaranya.

Sedangkan Yoongi hanya terkekeh pelan kemudian mendudukan diri pada kursi kayu dihadapan Jungkook.

"Aku yakin jika Taehyung pulang dan mendapatimu duduk di teras tanpa pakaian yang cukup hangat, wajahnya akan merengut karena kesal."

Jungkook tersenyum menanggapi, membayangkan bagaimana begitu menggemaskannya wajah pemuda Kim tersebut kala sedang merengut.

Dan selanjutnya hanyalah sunyi pada hembusan dingin udara malam yang damai, hingga suara Yoongi lagi-lagi memecah hening setelahnya.

"Kim Taehyung itu berumur sembilan belas, tahun ini akan genap dua puluh. Kekanakan tapi tanggung jawab yang ia pikul bahkan terlalu berat sebagai pewaris tunggal keluarga ini."

Lantas menjadikan Jungkook beralih atensi, memfokuskan diri pada sosok pria berkulit pucat yang begitu kontras dengan surainya yang gelap.

"Dia baru sembilan belas dan harus menyibukkan diri di perusahaan mengurus bisnis ini itu, sedangkan sebayanya bahkan masih bersenang-senang dan hanya memikirkan bagaimana cara mendapatkan nilai baik saat ujian semester."

"Dia kehilangan masa mudanya, tapi dia tidak mengeluh. Dia menjadi dewasa tapi dia juga memiliki sifat egois seperti kebanyakan pemuda lainnya."

Jungkook masih terdiam, mendengarkan dengan tenang segala ucap seorang Min Yoongi yang terus berceloteh sembari menatap gelapnya langit malam.

"Dia hanya keras kepala, berpendirian teguh pada apa yang dia inginkan, tapi__"

Netra runcing Yoongi beralih menatap Jungkook begitu hangat.

"__aku begitu tau sedalam apa dia mengagumimu semenjak kali pertama bertemu denganmu."

Menjadikan Jungkook seketika mengerutkan dahi tak mengerti.

"Bukan di pesta anniversary perusahaan saat dia pertama kali bertemu denganmu Jungkook."

Kini netra Yoongi menampilkan jenaka.

"Satu tahun lalu saat dia baru saja kembali ke Korea setelah pendidikan akselerasinya di benua lain, aku ingat sekali dia menghampiriku dengan senyum terbodohnya yang pernah kulihat selama hidupku."

Purple Line (TAEKOOK)Onde histórias criam vida. Descubra agora