Chapter 14

3.9K 455 22
                                    

Happy reading...










Jungkook tergugu, dirinya bahkan seolah membeku kala ucapan si pemuda Kim mengalun tanpa beban menyampaikan informasi.

Dirinya hamil ?

Bagaimana bisa ??

"Sayang."

Satu sapuan lembut pada surainya berhasil mengembalikan kesadaran Jungkook.

"H-hamil ?" Ulangnya memastikan.

Kala sebuah anggukan menjadi jawaban, menjadikan Jungkook lagi-lagi terperangah.

"Tapi aku laki-laki Taehyung."

Taehyung terkekeh. "Ya, laki-laki yang spesial. Lihat ini."

Taehyung menyerahkan sebuah amplop pada Jungkook, menunjukan hasil lab yang entah kapan diambil sample-nya, mungkin saat dia tidak sadarkan diri tadi.

Ya, disana tercetak dengan jelas bahwa dirinya positif hamil, dengan usia kandungan masih 3 minggu.

Jungkook menggeleng.

"Tidak boleh begini." Bisiknya parau sembari menatap hasil tes tersebut dengan netranya yang berkaca-kaca.

"Kau tidak suka ?" Raut wajah Taehyung nampak sendu sekedar mendengar jika saja Jungkook beekata iya.

"Bukan itu Tae, kau_kau masih terlalu muda. D_dan masa depanmu__"

Disisi lain Baekhyun kembali mendekat kearah keduanya, memeluk tubuh Jungkook yang hampir begetar dalam dekapannya.

"Masa depan yang bagaimana yang kamu maksud Kook ?" Tanyanya lembut.

"Anak semata wayangku ini bahkan sudah punya masa depan yang jelas, lalu apalagi yang kau takutkan hm ?"

"Jangan banyak pikiran Jungkook, yang pasti kalian harus segera menikah." Daehyun menyahut sembari tersenyum begitu teduh.

"YESSHHHH."

Dan pekikan girang dari si bocah Kim menjadikan kedua orang tuanya hanya terkekeh maklum, sedangkan Jungkook bahkan dirinya tidak bisa berfikir, otaknya terasa melompong dengan kabar mengejutkan hari ini.

Apa benar dia akan menikah dengan Taehyung ?

Dengan bocah sembilan belas tahun ?




//

//


"Loh Jung ? Bukankah seharusnya hari ini kau cuti ?"

Jimin menyapa paginya dengan raut begitu bingung. Seingatnya Daehyun dan Taehyung jelas-jelas mengatakan bahwa sahabatnya ini harus cuti karena alasan kesehatan. Yah maksudnya adalah kesehatan makhluk didalam kandungannya.

Tentu saja seorang Park Jimin akan tau segalanya.

"Aku baik-baik saja Jim." Jungkook mendudukan diri pada kursinya, mulai membuka beberapa laporan yang ada di mejanya.

"Kook, kalau sampai Taehyung tau aku yakin dia pasti marah. Kau tau, Taehyung itu bukan tipe penuntut tapi bukan tipe yang suka dibantah juga."

Jimin mengerang frustasi, ini mungkin akan jadi masalah. Tentu saja__

Braakkkk


Dan satu gerakan kasar pada pintu ruangan Jungkook membuktikan segalanya.

Disana Taehyung berdiri dengan raut kaku yang begitu kentara, bahkan senyum mempesonanya seakan raib entah kemana.

"Jeon gwajangnim, kukira kita sudah sepakat soal cutimu."

Langkahnya tegas mendekat kearah Jungkook dan Jimin berada. Menutup pintu dengan satu gerakan yang cukup memekakan telinga kala daun pintu bersinggungan dengan kusennya secara kasar.

Jungkook menghela nafas, menatap si bocah Kim tanpa gentar.

"Aku baik-baik saja, dan aku masih punya tanggung jawab untuk pekerjaanku selama aku bahkan masih bisa berdiri dengan benar. Aku tidak lemah hanya karena dia."

Menjadikan Taehyung menggemeletak geraham.

Sifat keras kepala pria kolot ini kambuh lagi.

Taehyung melangkah semakin mendekat hingga bersentuhan dengan meja kerja kepala manajer keuangan tersebut, sekedar menumpu kedua tangannya pada atas meja untuk sedikit merunduk.

"Ya, kau baik-baik saja, tentu saja__" Bisik Taehyung kemudian mendengus.

"Kandungan pada laki-laki tidak sekuat perempuan pada umumnya, dan sudah aku jelaskan semalam."

"Atau__" Taehyung menatap telak pada onyx Jungkook yang balas menatapnya.

"__kau memang tidak ingin dia ada di dunia, karena dia adalah anakku ?"

"Kau tidak tau apapun Kim Taehyung !" Wajah Jungkook mengeras.

"Ya, aku tidak tau apapun Jeon gwajangnim. Aku hanya bocah ingusan sembilan belas tahun, tidak ada apa-apanya dengan kau yang jauh memiliki pengalaman hidup lebih dari diriku."

"Tapi satu hal yang aku tau, aku menyangi anakku, dan juga ibunya."

Wajah Taehyung makin mengeras begitu juga Jungkook yang masih mendongak pada tempatnya.

"Hmm kurasa kalian harus menenangkan diri." Jimin menatap keduanya sembari meringis, merasakan aura tak bersahabat keduanya yang sedang dilingkupi emosi.

"Kita keluar sebentar Tae. Ayo."

Dan satu tarikan paksa diberikan Jimin pada Taehyung, dirinya memegang erat lengan Taehyung dan menyeretnya keluar ruangan Jungkook pagi itu.

Hari ini, dan pagi ini untuk pertama kalinya Jungkook begitu merasa hampa hanya karena senyum si bocah Kim nya menghilang.

Kehangatan paginya seakan sirna begitu saja.

Dan pada akhirnya tanpa sadar dirinya terisak dalam diam,

Disini..

Di dalam ruangan kerjanya yang mendingin tanpa kehangatan yang menyapa..






TBC

Dikit ya ?
Biarin dah 🤣🤣

Konflik chap depan yak

Purple Line (TAEKOOK)Where stories live. Discover now