Chapter 02

9.9K 885 17
                                    

Happy reading...

















Masih sama seperti pagi-pagi sebelumnya, seorang pria matang bermarga Jeon lagi-lagi harus menekan segala hasrat ingin mencekik bocah keparat yang kini duduk bersila dengan segala angkuh yang ia tunjukan, dan meski dengan enggan ia tetap melangkah mamasuki ruangannya hanya sekedar ingat bahwa tumpukan laporan di mejanya jauh lebih penting ketimbang menanggapi si pemuda Kim.

"Pagi sayang." Sapanya sembari mengulas senyum persegi yang terlampau tampan. Sial.


Jungkook bungkam, memilih duduk  pada kursinya dan mulai menyalakan komputer di meja sampingnya. Benar-benar acuh pada sosok bocah priyayi di hadapannya.

"Ini masih pukul tujuh pagi, kenapa tidak sarapan dulu ?" Suara Taehyung terdengar, sedangkan Jungkook masih saja diam enggan menanggapi, menyibukkan diri dengan membuka sebuah laporan ditumpukan paling atas.

"Tch." Taehyung mendecih.

"Jangan mengabaikanku."

Pada akhirnya Jungkook mengarahkan pandangannya pada si Kim, terlihat jelas gurat tak suka di wajah tampannya, lantas hanya membuat si manis Jeon menghembus nafas kasar.

"Ini di kantor, tempat dimana saya bekerja. Seharusnya anda mengerti tuan muda Kim, saya berada disini untuk bekerja karena semua yang ada di hadapanku sekarang adalah tanggung jawabku."

"Salah aku menyuruhmu untuk sarapan ? Peresetan dengan segala dokumen ini, jangan lewatkan sarapanmu." Netra tajamnya mengunci onyx Jungkook yang di balut kaca mata bening yang bertengger cantik di pangkal hidungnya. Lagi-lagi Taehyung terpesona.

"Tidak perlu___"

Dan suara berontak dari perut Jungkook seketika membuatnya membeku, perlahan semburat merah menjalar pada telinganya. Dia malu sekali, dengan pongah mengatakan tidak sedangkan perutnya yang memang kosong tidak bisa diajak kompromi, setidaknya didepan si bocah ini.

"See ?? Turunkan egomu atau kau pingsan bahkan sebelum menyentuh pekerjaanmu itu."

Jungkook yakin, ia melihat sebuah seringai yang terpatri di sudut bibir bicah keparat didepannya ini. Dan kesialan apa lagi yang menimpanya pagi ini ?
















//

//










Dan pada akhirnya disinilah Jungkook berada, di kantin gedung perusahaan dimana dia bekerja. Seharusnya tidak ada yang salah jika melihat dirinya adalah salah satu karyawan disana dan sedang menikmati sarapan disalah satu meja di ruangan luas tersebut.

Yang membuat risih dan menjadi hal yang tidak lazim untuk pemandangan pagi itu adalah si Kim, bagaimana bisa seorang anak tunggal Kim Daehyung pemilik perusahaan tersebut kini dengan santai bertumpu dagu dihadapan Jungkook, mengabaikan segala pandangan bertanya disekelilingnya__ apalagi ketidaknyamanan yang terpancar jelas dari wajah manis pria matang dihadapannya kini.

Taehyung terlampau acuh, tatkala hanya ada satu nama yang kini memenuhi relungnya berada dihadapannya, dengan gerutuan kecil melahap makanannya. Cantik sekali. Dan Kim Taehyung sangat suka.


"Bagaiamana kau bisa cantik begini, Gwajangnim ?"

Seketika raut kesal tanpa sungkan menghiasi wajah Jungkook. Apa-apaan batinnya.

"Jaga ucapamu Kim, kita ada di tempat umum dan ini adalah perusahaan milik ayahmu. Jangan membuat orang-orang berspekulasi yang tidak-tidak tentang kita berdua."

"Urusanku ?" Taehyung membenarkan posisi duduknya bersandar tanpa mengalihkan pandangan dihadapannya.

"Kau mungkin tidak, tapi aku iya. Hanya pekerjaan ini yang bisa membiayai kehidupanku dan posisi yang aku dapat sekarang adalah segala kerja kerasku, mana mau aku membiarkan orang-orang mengira aku bisa mendapatkan jabatanku karena dekat dengan anak pemilik perusahaan ?" Jungkook menggeram kesal, kesal sekali hingga rasanya tangannya gatal sekali ingin menjambak surai Taehyung bar-bar. Tapi ia sadar, itu tidak akan pernah bisa terjadi.

"Tch, omong kosong apa yang kau bicarakan ? Kau bahkan sudah menjabat sebagai General Manajer keuangan jauh sebelum aku disini, mengekorimu."

"Tapi orang lain mana tau itu Kim ? Kau tidak akan tau seburuk apa pemikiran orang lain."

"Persetan dengan semua orang, buktinya kau terus saja menendangku menjauh saat jelas-jelas aku menginginkanmu. Spekulasi mana yang memperlihatkan kau menjilat demi pekerjaan disini ?"

"Kau tidak tau apapun Kim, umurmu bahkan belum matang, tau apa kau tentang kehidupan orang dewasa ?" Jungkook menekuk dahinya, seketika avai dengan semangkuk bubur yang ada dihapannya.

Dengusan Taehyung terdengar, bahwa tawa kecil mengiringi wajah tampannya.

"Aku sembilan belas, dan aku cukup tau apa yang aku rasakan dengan perasaanku. Aku tidak bodoh."

"Perasaanmu semu, bisa saja minggu depan kau bertemu dengan orang lain yang tidak sengaja kau tiduri, lalu kau jatuh cinta dengan orang itu. Remaja sepertimu itu labil."

Dan saat sebuah gebrakan kecil terdengar kala kursi yang bergeser secara kasar berderit, dilihatnya sosok Kim berdiri dengan tatapan marah ? Atau seandainga Jungkook tau, Taehyung merasa begitu kecewa saat cintanya ternyata tak pernah dihargai. Diinjak terlampau jauh didasar jurang tak berujung.

"Aku tidak peduli dengan segala pemikiranmu, tapi aku tau pasti tentang perasaanku, jangan mengguruiku tentang semua yang aku rasakan saat kau sendiri payah dengan hal itu Jeon gwajangnim."

Kemudian dirinya berbalik, melangkah dengan segala perasaan berkecambuk, menguatkan hati bahwa perjuangannya memang belum usai dan memang akan menjadi terlampau berat.

Sedangkan Jungkook terpaku menatap punggung Taehyung yang kini perlahan menjauh, tanpa sadar membuat hatinya terasa nyeri dengan segala rasa bersalah yang kini memenuhi segala akal logisnya.











Jungkook begitu tinggi, ego yang terlamau besar untuk sekedar meyakini sebuah rasa yang mulai terselip.


Sedangkan Taehyung tau, sendirinya harus rela membungkuk, dan terus berlari mengejar Jungkook yang terus menjauh hingga saat dimana Jungkook merasa lelah, dia akan menjadi sigap berada di belakangnya untuk merengkuh tubuh lelahnya dan mengatakan bahwa ia selalu disini bersamanya.








TBC

Purple Line (TAEKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang