Chapter 12

4.4K 439 20
                                    

Happy reading..






Suara bedebum pintu yang dibuka serampangan menjadikan Jungkook mengalihkan fokusnya pada tumpukan dokumennya sekedar mendapati sosok yang kini menjadi kebiasaan untuk menghiasi hari-hari kerjanya yang melelahkan.  Ya, disana berdiri si bocah priyayi bermarga Kim yang kebetulan adalah anak semata wayang pemilik perusahaan dimana dia bekerja.

"Kim."

Sebuah decihan terdengar sebagai sahutan.

"Jangan panggil margaku, sekali-skali panggil aku Tae, atau Taetae cukup menggemaskan, atau sayangku begitu ?" Dan satu nada jahil terdengar, menjadikan Jungkook menghela nafas kemudian menanggalkan kaca mata bulatnya yang membingkai mata cantiknya.

"Jangan mulai lagi, pekerjaanku masih banyak." Sorot lelah pada maniknya begitu kentara, menjadikan si pemuda Kim melangkah mendekat hingga berdiri tepat diseberang meja si pria kolot Jeon berada sembari melipat kedua tangannya didepan dada. 


Angkuh, dan Jeon Jungkook enggan mengakui bahwa pemuda yang bahkan belum genap dua puluh yang kini berstatus menjadi kekasihnya memanglah begitu rupawan.

"Gwajangnim, ini sudah lewat dari jam pulang dan kau masih disini. Dan kau tau ? Kau nampak mengerikan dengan wajah pucatmu."

"Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah karena laporan ini." Jawabnya sembari melirik tumpukan dokumen yang berada diatas mejanya.

"Sedikit lagi selesai." Lanjutnya.

"Ini sudah pukul 9 malam, kau mau lembur berapa jam lagi huh ?" Taehyung mendengus, lagi-lagi merasa frustasi dengan sifat keras kepala pria tua dihadapannya kini.

Jungkook menghela nafas pelan sembari maniknya memperhatikan sekembar hazel di hadapannya yang sedang menatapnya penuh khawatir.

Dan jantungnya terasa teremat kala binar sedih itu tergambar jelas pada binar matanya.

"Besok aku ada presentasi Tae, sungguh sedikit lagi dan aku akan pulang." Ujarnya pelan sembari jemarinya dengan lancang membelah helai surai Taehyung yang sedikit menghalangi kehangatan netranya.

"Baiklah aku temani."

Dan Jungkook hanya pasrah mengangguk daripada harus mendebat lagi perintah si bocah yang sialnya adalah si anak pemilik perusahaan dia bekerja kini.





Dan tepat pukul sepuluh lebih dua puluh lima malam tumpukan terakhir dokumen yang baru Jungkook periksa telah selesai, menjadikannya bernafas lega kemudian meregangkan punggung yang terasa begitu kaku hingga berbunyi gemeretak yang membuat ngillu jika mendengarnya, meski nyatanya desau lega justru terdengar dari si pemilik tubuh tersebut.

Hingga netranya jatuh pada sosok pemuda yang tanpa sengaja terlelap pada sofa panjang yang berada di sisi kanan ruangannya, menjadikan si pria Jeon tersenyum tipis sembari bangkit dan mendekat kearah si bocah yang kini masih terlelap seperti anak kecil tanpa dosa dengan wajah lugunya.

Ya, namun sayangnya pada kenyataannya justru si bocah yang tertidur dihadapannya kini justru berbanding terbalik dengan segala wajah lugunya saat tertidur pulas begini.

Ucapan tak senonoh bahkan sifat kekanakannya justru yang menjadi hal biasa bagi si pemuda Kim yang mana selalu berhasil menjadikan Jungkook hanya bisa menghela nafas berusaha memaklumi.


Jungkook kini terpekur, mengulum senyum kala jemarinya menelusur pada surai Taehyung yang teracak, menatanya hati-hati hingga satu kecupan pada dahi mendarat dengan sempurna karena rasa gemas yang entah bagaimana selalu hinggap pada diri Jungkook kala Taehyung terlihat begitu lugu dalam diam tidurnya seperti ini.

Purple Line (TAEKOOK)Where stories live. Discover now