Chapter 22

2.8K 281 31
                                    

Aku kaget, dalam 4 hari udah 100 lebih aja yg like dan kalian masih aja antusias sama book ini.

Big thanks buat kalian semua.

Happy reading..







Harinya memang tidak mudah semenjak pemuda bermarga Kim hadir didalam hidupnya, dan Jungkook tau itu.

Tentang Kim Taehyung si pewaris tunggal, anak satu-satunya pemilik perusahaan dimana dia bekerja. Dan tentang cintanya yang memang sesungguhnya tidak mudah.

Tentang keraguan yang sejatinya hanyalah sebuah semu.

Karena pada kenyataannya, cinta itu hanya sebuah rasa sedangkan yang lain adalah pilihan yang diyakini, dan keyakinan adalah sebuah cipta atas pola piikir dan disalurkan pada satu sudut didalam hati.

Dan lagi-lagi segalanya hanyalah tentang pilihan, hingga takdir pada akhirnya yang memutuskan segalanya.

"Gwajangnim."

Satu panggilan familiar kembali terdengar, menjadikan Jungkook mengalihkan atensi pada tumpukkan dokumen yang lagi-lagi menyita fokusnya.

"Taehyung ?" Ujarnya sembari membenahi letak kacamatanya yang tanpa sadar melorot.

Disana Kim Taehyung tersenyum tipis dengan pandangan memuja seperti biasa, meski ya gurat khawatir tetap ada kala kedua mata Jungkook bagaimanapun menampakkan lelah.

Ya, pada akhirnya pemuda Kim mengalah, membiarkan kesayangannya berkutat pada pekerjaan yang ia dedikasi sebagai tanggung jawabnya, dan berjanji tiidak akan memforsir jika lelah telah menyambut karena keadaannya yang kini masih mengandung usia muda.

"Waktunya isirahat." Langkahnya mendekat kearah kepala manajer keuangan tersebut terduduk.

"Ya aku sudah lapar, meski kau lihat sendiri sudah berapa kue yang aku makan beberaja jam ini." Ujarnya sembari melirik beberapa bungkus kue maupun biskuit yang isinya telah tandas.

"Itu wajar gwajangnim, kau makan untuk dia juga kan ?"

Taehyung menekuk lutut sekedar menyamai diri untuk memberi satu kecupan dahi pada sang kekasih lalu pada perut Jungkook yang belum sepenuhnya membuncit.

Jungkok mengangguk menyetujui.

"Tapi aku sedang malas keluar, ingin makan disini saja."

Taehyung menghela nafas maklum.

"Kalau ke ruanganku saja bagaimana ? Setidaknya disana ada tempat tidur nyaman sambil menunggu makanan tiba."

"Kugendong kalau malas jalan."

Menjadikan Jungkook seketika membelalak sebagai tanda protes.

Ini di kantor, yang benar saja, pikirnya.

"Tidak, tidak, jangan bercanda."

"Sejak kapan aku bercanda ?" Taehyung mengulum senyum, memperhatikan kerut pada kening Jungkook yang nampak menggemaskan dengan wajahnya yang siap protes.

"Lebih baik aku jalan saja, tidak mau jadi perhatian karyawan lain. Kau sering ke ruanganku saja sudah terlalu banyak desas desus." Jungkook menghela lelah.

"Nanti setelah menikah tidak akan ada desas-desus lagi." Ujar si pemuda Kim sembari memainkan jemarinya pada perut Jungkook yang berlapis kemeja longgar tersebut.

"Kau tidak paham Kim." Pria Jeon mengulurkan tangannya sekedar membenahi surai Taehyung yang lagi-lagi menutupi hazel pemuda tersebut.

"Apa yang tidak kupahami disini ?" Pemuda Kim menumpu dagu, masih dengan posisi yang sama menekuk lutut dihadapan pria Jeon yang ia cintai setengah mati.

"Setelah menikah aku mungkin tidak bisa kembali bekerja disini, akan lebih banyak desas-desus bagaimana bisa seorang bawahan sepertiku menjadi menantu pemilik perusahaanku bekerja. Pikiran negatif seseorang lebih cepat berspekulasi ketimbang mempertimbangkan hal yang lebih positif, Kim."

Saat Kim Taehyung berusaha ingin menyanggah, menjadikan Jungkook buru-buru berucap.

"Ya, meskipun kau tau alasannya, kita yang mengalaminya dan kau mungkin bisa menutup mulut orang-orang tapi pemikiran mereka tidak akan berubah. Dan bagaimanapun aku memang hamil diluar nikah Taehyung, itu tidak dapat diubah."

Pada akhirnya Taehyung hanya menghela, mengakhiri perdebatan karena sadar yang dibutuhkan kekasihnya sekarang adalah waktu untuk istirahat. Dirinya cukup memberi toleran untuk membiarkan Jungkook tetap bekerja, karena keputusan Jungkook untuk berhenti bekerja setelah mereka menikah adalah alasan utamanya. Ia tau Jungkook begitu mencintai pekerjaannya, dan atas hal apa hingga Taehyung masih ingin merenggutnya begitu cepat ? Biarkan Jungkook bisa menikmatinya selagi ia merasa bisa.














Pada akhirnya keduanya menuju ruangan si pemuda Kim, berjalan sisihan menuju lift khusus yang hanya menuju ruangan ayahnya, dirinya dan Park Jimin saja.

Hingga kala denting lift berbunyi menandakan lift berhenti dan gesekan halus pada terbukanya pintu lift, menjadikan kedua netra Jungkook membola. Disana berdiri Cha Eunwoo dengan setelan rapinya, sama terkejutnya menatap Jungkook dan Taehyung yang berdiri bersisian dihadapannya.

Nyatanya yang lebih mengejutkan lagi, pemuda Kim tetap bersikap tenang menuntun Jungkook memasuki lift, membiarkan pintu lift kembali tertutup kemudian menekan tombol angka menuju ruangannya, membiarkan Jungkook yang kini menjadi gugup beserta heran yang begitu kentara. Sedangkan Eunwoo yang terdiam melihat punggung keduanya, meski seharusnya ia keluar pada lantai dimana Taehyung dan Jungkook tadi membuka.

Hening menjadi latar, tanpa minat ketiganya sekedar membuka obrolan. Bahkan Taehyung sempat memberi sebuah ulas senyum pada Jungkook yang menatapnya dengan gugup.

Hingga entah detik keberapa, saat pintu lift akhirnya terbuka menjadikan pemuda Kim lagi-lagi menuntun Jungkook untuk bergegas melangkah keluar. Dan detik pintu lift akan tertutup, pemuda Kim sengaja memutar tubuh dengan netra yang mentap pada pria Cha yang kini masih belum melepas pandang pada keduanya dalam diam.

"Kuharap kau tidak tersesat Cha Eunwoo-ssi, ini bukan lantai yang sembarangan bisa dikunjungi."

Dan saat seulas senyum Kim Taehyung berikan, lalu melanjutkan.

"Semoga kedepannya berjalan dengan baik."

Dan derit halus tertutupnya pintu lift menyisakan bayangan Eunwoo yang mengangguk kecil sebagai jawaban. Meninggalkan hening setelahnya.

"Kim, apa yang kau maksud ?"

Hanya seulas senyum sebagai jawaban, dan Jungkook tau ada yang tidak beres.












TBC



Hai semuaaaa, 100 like lagi buat up chapter selanjutnya ya :D

Purple Line (TAEKOOK)Where stories live. Discover now