Chapter 8

6.4K 699 48
                                    


Happy reading...










Helaan nafas terdengar, bahkan ini masih begitu pagi namun sosok pemuda Kim sudah duduk manis di depan meja kerjanya.

Bedanya dari pagi sebelumnya adalah senyum terlampau bahagia yang terukir di wajah tampannya sangat Jungkook tau itu karena dirinya. Dan ia pun sadar bukan jalan yang tepat untuk mundur sekarang, karena bagaimanapun Jungkook mengakui bahwa senyum persegi itulah yang kini selalu ingin ia lihat pada wajah tampan si pemuda Kim ini.

"Selamat pagi sayang." Suara riangnya menggema pada seluruh ruang kerjanya hingga tanpa sadar menghangat pada dasar hatinya.

"Ini masih pagi Kim, jangan berulah. Pekerjaanku menumpuk hari ini."

"Tch, aku hanya ingin menyambutmu." Taehyung mendecih sembari bangkit dan melangkah mendekat kearah Jungkook berdiri.

"Aku rindu loh." Ucapnya pelan, bahkan netranya mengunci telak pergerakan Jungkook.

Dan Jungkook pun sadar kedua belah pipinya memanas karena ucapan bocah ingusan di hadapannya ini. Menjadikan Jungkook berdeham sekedar mengalihkan tatapan dari hazel yang sedari tadi enggan berpaling dari onyxnya.




"Selamat bekerja gwajangnim, nanti siang kita harus lunch bersama untuk merayakan hari jadi kita. Saranghae."

Dan sapuan hangat pada ranumnya dapat Jungkook rasakan, seketika otak pintarnya menjadi kosong dan tanpa ampun hanya bayang Kim Taehyung yang memenuhi akalnya. Hingga pada lumatan-lumatan hangat yang membawanya melayang diatas awan lagi-lagi menjadikannya lupa diri, tanpa sadar membalas lumatan dari si bocah Kim saat netranya tertutup demi merasakan tiap sengatan pada sekujur tubuhnya.

Lalu kesadarannya seolah dipaksa bangun saat kecipak basah memenuhi rungunya dan adegan panas bersama bocah Kim malam itu terus berputar didalam memorinya.

"Hah hah hh K-kimm." Jungkook terengah dengan juntaian saliva yang menjuntai pada sudut bibirnya yang sialnya begitu terlihat cantik dimata si bocah Kim yang lagi-lagi jatuh pada pesona si tua Jeon yang kini ada dihadapannya.

"Aku disini gwajangnim." Jemari panjangnya terangkat demi membelai ranum Jungkook yang berkilat basah dan membengkak akibat ulahnya. Dan seorang Kim tentu saja merasa begitu bahagia saat semu merah pada kedua pipi pujaan hatinya semakin merambat hingga di telinganya.



"T-taehyung."

Kemudian Jungkook hanya bisa menghambur pada pelukan hangat si bocah keparatnya, merasa bahagia sekaligus malu saat bayangan adegan panas itu terus berputar dan sialnya ia tau miliknya mulai sedikit menegang.


"J-jangan tinggalkan aku."













Lalu Taehyung bisa apa ketika seluruh dunianya meminta dirinya selain menyerahkan diri seutuhnya hanya sekedar kembali jatuh pada seorang pria tua bermarga Jeon yang begitu ia gilai.

Bibirnya perlahan mengecup leher putih Jungkook, memberi sapuan lembut yang seketika membuat Jungkook semakin bergetar, memeluk semakin erat sekedar menyembunyikan wajahnya yang memanas karena malu sekaligus bernafsu. Miliknya keras dan bisa dia rasakan milik Taehyung pun mulai mengeras ketika tanpa sengaja bersentuhan dengan tubuhnya.














Hingga sebuah ketukan terdengar dari balik pintunya membuatnya tersadar bahwa keduanya kini berada didalam ruangannya, ini kantornya dan siapa saja bisa masuk.

"Kook." Panggilan terlampau familiar terdengar dari balik pintu, membuat si bocah Kim berdecak kesal merasa terganggu.

"K-kau harus keluar Kim." Jungkook berbisik kemudian dengan cepat berusaha menata penampilannya yang mingkin berantakan, padahal Taehyung bahkan belum menyentuh fabric yang dikenakannya sama sekali.

Purple Line (TAEKOOK)Where stories live. Discover now