19. 背叛者 : Betrayer

314 150 21
                                    


Pikiran sering kali membuat kita menjadi lebih panas daripada api.



Happy reading



"Kapan kamu ambil buku itu?" Tanyaku tak percaya.

"Baru saja."

"Bukanya dari tadi lo disini?" Gantian Jeno yang bertanya. Tangannya mengambil buku yang di tangan Jisung, kemudian membolak-balik dan mengamatinya.

"Mesin waktu. Benda itu sudah lebih cangging dari pada dulu."

Aku dan Jeno ber-oh, ternyata dia menggunakan benda itu. Bodohnya kita berdua melupakan fakta bahwa Jisung sedang membawa mesin waktunya. Munkin saja Jisung menghentikan waktu sebentar untuknya ke perpustakaan sekolah untuk mencari dan mengambil buku itu.

Otak anak itu terlalu cepat untuk bekerja.

"Syarat keduannya apa?" Tanya Jisung. Sepertinya ia sudah sangat tidak sabar.

"Bentar."

Jeno membolak-balik halaman buku itu hingga akhir kemudian membukanya lagi dari awal. Matanya mulai menyipit dan jarinya mulai menyusuri baris-baris kata tiap halaman, lelaki itu tak berhenti sampai halaman terakhir.

"Ada masalah Jen?" Tanyaku ragu.

Dengan cepat Jeno langsung membukan sebuah halaman, lalu mendekatkan buku itu kepadaku dan Jisung. Air mukanya terlihat panik, membuatku ikut panik di buatnya.

"Harusnya di halaman dua belas ada mantranya, tapi kenapa halamannya kosong."

Aku tercekat dan langsung cepat-cepat menyambar buku itu dari tangan Jeno dan menelitinya ulang. Keringatku semakin mencucur deras saat mataku juga tak menemukan halaman tersebut.

"Nggak ada kan?"

Aku menggeleng pelan. Terdengar hembusan napas kasar dari kedua lelaki itu.

Buku ini...

Bukan kah ini buku yang ku baca di perpustakaan itu saat berusaha mencari Legenda Oxy dan Frost.

Aku terdiam sebentar sampai otakku dengan sempurna menangkap apa yang harus ku lakukan selanjutnya. Dengan cepat aku langsung membuka case ponselku dan mengambil sebuah sobekan kertas yang masih tersimpan rapi disana.

Jisung dan Jeno menatapku bingung, kemudian mereka ikut manatap kertas yang baru saja ku keluarkan.

Perlahan aku membuka kertas itu dan mataku langsung menangkap tulisan angka kecil yang menujukan angka 'dua belas' di ujung bawah kertas ini.

"Mantranya... Ini bukan?" Tanyaku sambil memberikan kertas itu pada Jeno.

Jeno mengambilnya dan mengamatinya sebentar. "Lo yang nyobek buku ini?" Tanya Jeno sambil menunjukan buku hitam itu dan menatapku ragu sekaligus bingung.

Aku mengangguk ragu, "iya. Gue pikir itu penting makanya gue sobek dan simpen."

Mendengar menuturanku, Jisung dan Jeno langsung menghela napas kasar dan sama-sama membuang pandangan jengah. Kedua lelaki itu saling menatap sebentar hingga salah satu dari mereka tertawa dan membuat satunya ikut tertawa.

"Kenapa?" Tanyaku bingung.

"Kamu sudah membuat Jeno hampir mati panik," jawab Jisung sambil sesekali tertawa.

Aku ikut tertawa saat sadar apa yang telah ku lakukan. Mataku mulai menatap Jeno yang sedari tadi mencoba menahan tawanya, "maaf Jeno," dan membuatku kembali tertawa.

[✔️] DEFEND LIGHT : portent | PARK JISUNGWhere stories live. Discover now