03. Miracle in My Past

757 267 25
                                    


"Tak ada yang bisa merubah jalannya takdir, belajarlah dari kesalahanmu agar kamu dapat hidup lebih baik."



Happy reading


"Mau minum apa, aku traktir," tanyanya sambil mengangkat satu alisnya. Air muka tengil yang ia keluarkan benar-benar membuatku kesal. Sepertinya itu bukan ekspresi yang dibuat-buat, melainkan ekspresi alaminya memang seperti itu. Yang membuat kesan anak itu menjadi mengesalkan.

"Samain aja deh."

"Oke."

Sambil menunggunya memesan minum, aku membuka timeline instagramku. Tiba-tiba banyak sekali yang mengetag aku dalam sebuah postingan. Saat aku ingin membuka potingan itu, mendadak sinyaku menghilang. Sial sekali, padahal aku sangat penasaran.

Apakah akun lambe turah menguntitku saat di perpustakaan bersama Jeno tadi? Kalau iya pun, aku tidak peduli. Hal ini bukan pertama kalinya terjadi. Bahkan fotoku dengan Kakakku berdua pun, pernah ada di dalam beranda akun sialan itu.

Tak lama, Jisung datang dengan dua gelas americano dingin. Dia duduk di depanku lalu memberikan satu gelas yang ia bawa padaku.

Aku hanya menatap kosong gelas itu, tanpa berniat sedikitpun untuk meminumnya. Entahlah, aku juga tidak tau apa yang sedang terjadi padaku sekarang. Tanganku terlalu 'mager' untuk bergerak.

Jisung yang sendari tadi memperhatikanku, menghela napas pelan, "minumlah, aku tidak menaruh racun di dalam situ."

Aku tersentak dari lamunanku, terkekeh sebentar, lalu meminumnya. Padahal aku sama sekali tak berpikir Jisung menaruh racun di situ. Dia sangat lucu. "Makasih."

Tak ada obrolan diantara kami. Aku diam, menunggu ia memulai obrolan, karena aku tak tau apa kalimat pertama yang harus ku mulai. Sesekali aku memperhatikannya, lelaki itu terlihat memainkan jari-jarinya, sesekali ia menggigit kecil bibir bawahnya. Ketara ia sedang gugup.

Ehem Jisung berdehem, kurasa ia akan memulai percakapan.

"Apa kamu benar-benar melupakan masa lalumu—maksudku, masa lalumu sebelum kecelakaan itu?"

"Kalau aku ingat, aku nggak akan menemuimu," kataku dingin sambil menyedot kopi. Untuk apa menemuinya, kalau aku ingat dengan masa laluku, dan tidak mempermasalahkan mimpi itu.

"Sebenarnya, aku nggak lupa semuanya. Hanya beberapa hilang setelah aku kembali ke China," lanjut ku.

Jisung sempat terkekeh, kemudian memasang raut wajah serius, "kamu mengingatku?"

Aku mengernyit bingung, "tapi maaf aku benar-benar lupa."

Lelaki itu terdiam sejenak, kemudian bertanya lagi, "kejadian paling terakhir yang kamu ingat?"

"Kecelakaan, pria bertopi hitam, dan seorang anak laki-laki."

Jisung tersenyum tipis, sangat tipis, sampai tidak terlihat seperti senyuman. "Apakah wajah anak laki-laki itu seperti ini?" Jisung menunjukkan sebuah foto anak laki-laki.

Seketika aku melotot saat melihat foto itu. Benar! Itu foto anak laki-laki yang ada dalam mimpiku. Meskipun laki-laki dalam mimpi itu tidak jelas tapi aku yakin foto yang di tunjukan Jisung barusan adalah dia.

"Right! Gimana kamu punya fotonya?" Tanyaku kagum, tak menyangka.

"Sudah ku bilang, aku bagian dari masa lalumu."

Aku mengernyit, otakku masih menerka-nerka siapa dia sebenarnya, dan mengapa dia bersikeras membantuku. Apakah Jisung laki-laki itu, tapi wajahnya sangat berbeda, tak terlihat sedikit kemiripan disana.

[✔️] DEFEND LIGHT : portent | PARK JISUNGWhere stories live. Discover now