14. 從頭開始 : End to Start

370 169 11
                                    


Bukankah seorang telah menjauh darimu karena kau mengecewakannya hingga sangat dalam? Tapi ingatlah, tak semua kekecewaan itu akan abadi



Happy reading



"Erin, please jangan lakuin hal gila kaya gini."

"Cuman ini satu-satunya cara kak."

"Ini bukan mainan dan sama sekali nggak seru."

Aku menghela nafas kecil. "Aku tau."

Kak Yiyang terang-terangan menolak saat aku menceritakan rencana gilaku padanya. Aku tau ini hal yang sangat fatal jika gagal, tapi bagaimana lagi, tak ada cara lain.

Aku sudah sangat matang dengan rencana ini. Lagipula Jisung juga sudah mendapat banyak informasi dimana rumah Baekhyun dan seluk-beluk rumahnya.

Bahkan dimana letak kamar mandinya pun ia sudah mengetahuinya. Entahlah, ia kembali tak memberitahukan kepadaku bagaimana cara ia mendapatkan semua informasi itu semua.

Katanya jika ia memberitahu ku, rahasia besar akan kembali terbongkar. Kalimat itu sangat membuatku penasaran, hingga aku berusaha mendesaknya agar mengatakannya. Namun, sekuat apapun cara yang kulakukan hasilnya sama aja.

'Belum waktunya kamu tau.' Jawaban yang selalu ia katakan. Baiklah, aku menyerah untuk menanyakannya lagi.

"Erin, ini kakak terakhir nanyain ini lagi ke kamu. Kamu besok jadi enggak?"

Aku mengambil nafas dalam-dalam sebelum mengatakan, "iya, jadi."

Jujur, aku sendiri pun ragu untuk melakukan rencana gila ini. Apakah aku harus menunggu sampai Baekhyun mengatakannya sendiri dimana ia menyembunyikan Frost? Astaga, itu sangat mustahil.

Kak Yiyang mulai menghembuskan nafas pasrah. "Yaudah kalau memang itu kemauan kamu. Kakak cuma bisa doain biar kamu sama Jisung berhasil dan selamat."

"Makasih kak."


—————


"Erin, lo nanti malem mau kerumahnya Baekhyun ya?"

Seketika kau melebarkan mata dan langsung menoleh pada sumber suara.

Lee Jeno, laki-laki itu tau tentang rencanaku. Aku tak pernah menceritakan apapun padanya, jangankan menceritakannya bertemu dengannya saja sangat jarang.

"I-iya, lo tau dari mana?"

"Jisung cerita ke gue."

"Oh."

Uhm, rasanya mustahil jika Jisung menceritakan ini. Tapi mungkin saja, dia juga butuh teman untuk bercerita. Tak jauh berbeda denganku yang selalu menceritakan masalahku pada Yeji.

Oh, ya. Ini sudah jam pulang sekolah, dan sekarang aku sedang berada di perpustakaan bersama Jeno. Bukan apa-apa, aku hanya membantunya membawa tumpukan buku baru. Jika bukan karena suruhan Pak Sehun, mungkin aku tak akan membantunya.

Kalian tau, ini sangat melelahkan.

Untungnya, Jeno hanya memberikan seperempat buku yang ia bawa, jadi itu sedikit meringankan pekerjaanku. Seperempat buku aja sudah membuat tanganku merasakan pegal, apalagi aku membawa semuannya.

"Ini taruh sini aja nih?"

"Iya, situ aja. Kalau lo mau balik, balik aja. Biar gue yang nata entar."

Tiba-tiba aku mengurungkan niatku untuk kembali ke kelas saat pandangan mataku mendapati seorang Huang Renjun sedang membaca buku di salah satu bangku di perpustakaan ini.

[✔️] DEFEND LIGHT : portent | PARK JISUNGUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum