16. White Night

349 167 5
                                    


"Sakit untuk bernapas. Sungguh menyakitkan untuk hidup. Saya membencinya, namun saya tidak berpikir saya bisa ada tanpa dirinya."

- Charlotte Featherstone


Happy reading


Seoul, 2020

"Kapan kita nyatuin kedua benda ini?"

"Kita tidak tau caranya, lebih baik kita meminta bantuan Jeno."

Aku mengangguk, benar juga, kedua benda ini tak akan bersatu jika tak ada prosedur caranya. Bagaimana bisa aku melupakan hal itu.

Oh ya, teringat Jeno. Aku selalu lupa akan menanyakan hal ini pada Jisung.

"Kamu cerita ke Jeno tentang kita yang mau kerumah Baekhyun waktu itu?"

Kening Jisung terlihat berkerut, "aku tidak cerita apapun ke Jeno. Ada yang salah?"

"Kamu beneran nggak cerita?"

Jisung menggeleng angkuh. "Aku hanya cerita pada kakakmu."

Hanya kakakku? Lalu bagaimana Jeno bisa mengetahui rencanaku dan Jisung, bahkan dia mengatakannya dengan detail kemarin. Aku masih bisa dengan jelas mengingat urut ucapannya kemarin.

Apakah dia orang yang mengikutiku akhir-akhir ini?

"Ada yang salah?" Lelaki itu mengulangi pertanyaannya tadi.

"Nggak ada, aku cuma tanya."

Jisung mengangguk pelan, jelas raut wajahnya ia sedang tak mempercayai ucapanku tadi. Ia tidak puas dengan jawaban yang kuberikan.

Oke, baiklah, aku sangat bodoh dalam hal berbohong.

—-oOo-—

"JENO!!"

Jeno menghentikan langkahnya, lalu berbalik kemudian menatapku.

Aku segera berlari mendekatinya, menetralkan napasku yang tak beraturan sehabis berlari. Kalian tau, aku memutari satu sekolah untuk mencari Jeno. Jaemin bilang Jeno sedang pergi, tapi lelaki itu tak mengatakan perginya kemana.

Sebab itu aku mencari Jeno hingga mengelilingi sekolah. Bukan apa-apa, aku hanya ingin meminta bantuannya untuk penyatuan Oxy dan Frost.

Jika kalian tanya dimana Jisung, laki-laki itu sedang tidak berangkat sekolah. Bukan karena sakit, ia sedang memperbaiki mesin waktunya yang sedikit rusak karena kemarin ia menggunakannya sangat mendadak.

Khusus hari ini sekolahku memberikan larangan bagi siswa-siswinya untuk membawa ponsel. Maka dari itu aku mencari Jeno dengan cara manual, yaitu dengan keliling sekolah dan bertanya kesana-kemari.

Sebenarnya aku bisa saja pergi ke ruang informasi lalu meminta petugas disana memanggilkan Jeno lewat pengeras suara.

Jelas aku tidak bisa melakukan hal gila itu, karena fans Jeno banyak bisa jadi mereka ikut datang karena tau Jeno pasti kesana. Hancur sudah rencanaku.

"Itu Jen—Apa itu—Anu—"

"Napas dulu baru ngomong."

Aku berdiri tegap, menetralkan bahuku yang naik turun. Sekiranya deru napasku sudah kembali normal, aku kembali menatapnya kemudian berbicara.

"Syarat penyatuan Oxy dan Frost apa aja?"

Jeno menatapku bingung lalu terkekeh sebentar. "Lo to the point banget. Ke rooftop aja yang agak sepian."

[✔️] DEFEND LIGHT : portent | PARK JISUNGWhere stories live. Discover now