18. Wish You Were Here

319 151 3
                                    


Kamu tidak bisa menyeberangi laut jika hanya berdiri dan menatap air.


Happy reading


"Aku kira hanya aku yang merasakan hal itu, ternyata Jeno juga."

"Haruskah kita kembali ke masa lalu buat liat seluruh isi kejadian ini dan tau dimana kesalahannya?"

Lelaki itu menggelengkan kepalanya, "ini sudah terjadi. tidak bisa dirubah lagi atau semua akan tambah berantakan."

"Lagipula kita tidak tau kesalahan kita dimana." Lanjutnya.

Aku mengangguk dan sependapat dengannya.

"Gimana kalau kesalahan kita bener-bener fatal?" Tanyaku dan agak terdengar sedikit panik.

"Aku pikir tidak, hanya kita salah percaya pada orang—?"

Keningku mengerut disertai dengan mataku yang mulai menyipit, "maksudmu?"

Lelaki itu kembali menggelengkan kepalanya dengan pandangannya yang semakin menunduk dan raut wajah jengkel yang terlihat sangat. "Lupakan." Jawab Jisung sembari memalingkan wajahnya ke arah lain.

"O-oke.."

Tak berselang lama, aku merasakan bahu kananku menjadi berat. Jisung, lelaki itu menyenderkan kepalanya dan matanya yang memejam.

"Aku capek, sebentar aja boleh?" Ucapnya yang lebih terdengar seperti gumaman.

Aku mengangguk, "boleh, tidur aja. Kamu pasti capek banget." Walaupun aku tak tau ia lelah karena apa.

Kurasakan kepalanya mengangguk. Hening untuk beberapa menit, lalu mulai terdengar dengkuran halus, sepertinya lelaki itu sudah memasuki alam mimpinya.

Untuk kesekian kalinya, aku membolos lagi ke rooftop sekolah. Tetapi, kali ini Jisung yang mengajakku. Entah kenapa hari-hari ini, aku selalu bersama laki-laki ini.

Jangan khawatir, kita tidak akan ketahuan kamera CCTV. Karena benda itu sudah di kendalikan oleh Jisung, menggunakan alat yang sama seperti yang ia gunakan waktu lalu.

Waktu terasa begitu cepat, dan aku tak melakukan hal apapun selama lima belas menit, hanya duduk berdiam menemani Jisung yang tengah tertidur. Lama-kelamaan mataku terasa berat, hingga sesekali menguap.

Baiklah, aku ikut mengantuk sekarang.

Dengan hati-hati, aku menyenderkan punggungku agar menempel ke tembok. Ku lakukan dengan sepelan mungkin agar tak membuat Jisung terbangun.

Mataku mulai menutup disertai dengan kepalaku yang perlahan terjatuh di atas kepala Jisung.



—————


"Pacaran teros di rooftop! Mentang-mentang guru nggak tau."

"Bacot anjir." Jawabku sarkas lalu mendudukkan diri.

"Gue iri jancuk." Yeji berucap sambil kemasukan sesuap makanan ke mulutnya lalu mengunyahnya dengan tenaga penuh karena kesal.

"Bukan urusan gue."

"Lo mah—"

"Selamat siang cantik." Haechan datang dan langsung duduk di samping Yeji dan lengannya merangkul bahu wanita itu. Dengan sepontan Yeji langsung menggeser duduknya di sebelahku.

"Nih lagi! Malika ngapain lo kesini?!" Wanita itu menyebut Haechan dengan sebutan 'Malika' karena kulitnya yang sedikit kecokelatan.

"Galak banget sih. Pantesan nggak laku." Jawab Haechan lalu dengan santainya menyahut lalu meminum minumanku.

[✔️] DEFEND LIGHT : portent | PARK JISUNGWhere stories live. Discover now