Part 29 ~Sena's Sick~

42 4 6
                                    

"SENA!!!" Teriak orang itu.

Aku masih bisa merasakan kedua tangannya yang mengangkat tubuh lemah ku. Perlahan ku dongakkan kepalaku untuk menatap wajah orang itu, meskipun kabur, namun wajah orang itu terlihat begitu familiar di mataku.

"Su-suga," ujarku pelan dan kini pandanganku seratus persen gelap.

***

Aroma obat-obatan begitu menusuk di indera penciumanku. Sangat begitu tajam, akh.. aku membencinya, tak ada yang bisa ku lihat selain kegelapan. Apakah seseorang telah mematikan lampu, ataukah aku mengalami kebutaan? oh tentu tidak, bagaimana bisa aku mendadak buta. Jelas-jelas sebelumnya aku bisa melihat, bicara soal sebelumnya, sepenggal memori dari kejadian sebelumnya yang masih kuingat adalah diriku yang terjatuh di koridor dan..

"Suga."

"Sena, kau sudah sadar?"

Telingaku berhasil menangkap sebuah suara yang arahnya begitu dekat, lebih tepatnya di sampingku. Aku bahkan bisa merasakan sentuhan hangat yang begitu berat pada tangan kananku, perlahan kegelapan itu mulai sirna. Walau masih sedikit kabur dan cahaya yang langsung menghantam penglihatan ku dengan silaunya, namun aku masih mampu melihat sekitar yang rupanya sebuah ruangan. Akh ruangan yang paling ku benci, ruang perawatan, atau lebih tepatnya ruang inap rumah sakit. Kenapa? Itu artinya aku akan menetap beberapa hari disini, tanpa melakukan apapun seperti tahanan, dan belum lagi dengan aroma obat. Ukh haruskah rumah sakit adalah jalan terakhir ketika tubuh mengalami drop?

"Fiuh syukurlah kau siuman."

Sebuah wajah yang begitu familar langsung terpusat pada pandanganku. Kucoba mengerjapkan kedua mataku beberapa kali, guna menetralisir rasa silau ini, dan begitu 100% telah pulih, akhirnya aku dapat melihat wajah itu, yang rupanya adalah Nami. Tunggu, apa dia yang membawaku kemari? tapi kurasa yang kulihat saat di koridor tadi...

"Baiklah karena sudah siuman, saya akan memeriksa mu."

Seorang pria berjas putih, tiba-tiba datang menghampiriku bersama seorang wanita yang memakai seragam putih juga, dengan nampan yang berisi beberapa alat di tangannya. Entah apa alat itu semua, tapi yang jelas alat-alat itu sepertinya berhubungan dengan pemeriksaanku. Bisa kulihat sebuah suntikan yang ditata rapih di atas nampan itu, tak luput dengan tabung kecil berisi cairan berwarna bening itu.

"Ouchh," ringisku ketika sebuah jarum ditusuk masuk ke lengan kananku.

Sudah kuduga, jarum itu pasti berpartisipasi dalam pengecekkan ku. Setelah selesai, pria itu mengecek detak jantung ku dan suhu tubuh ku juga.

"Kau terkena tipes, sebelumnya aku ingin tahu apa saja aktivitas mu, sehingga pingsan."

Aku menatap kearah pria yang merupakan dokter di rumah sakit ini, mencoba mengingat kembali kejadian apa saja yang terjadi sehingga membuat ku terkena penyakit itu. Oh aku tidak sepikun itu, tentu aku ingat jelas aktivitas ku diluar.

"Oh kurasa karena bermain hujan-hujanan kemarin," jawab ku sekenanya.

Terlihat dokter itu menuliskan sesuatu pada papan clipboard di genggamannya.

"Hanya itu?" tanya dokter itu seakan meminta penjelasan yang lebih banyak lagi.

"Dan... dua hari yang lalu," aku memelankan suaraku seraya tersenyum kikuk.

The Tragedyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن