Part 14~So Bad!~

124 70 73
                                        

"Baiklah kami tidak akan memaksamu menceritakannya tapi heyy apa kau bisa ceria sedikit?"

Akhirnya kedua gadis itu menyerah terhadap teman mereka ini.

Sementara Sena hanya menatap Nami sebentar dan kembali fokus kedepan.

Membuat sang empu mengerucutkan bibirnya. Sudah ada dari beberapa menit ia mencoba membuat gadis itu tersenyum walau hanya beberapa senti. Namun usahanya gagal total. Zindy hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauan Sena, membiarkan gadis itu tenang mungkin cara nya bagus.

Beda hal nya dengan Nami, dia begitu gelisah layaknya cacing kepanasan. Pasalnya bisa saja gadis itu akan mempertahankan wajah itu selama beberapa hari.

Nami sempat melirik Sena sebentar, seperti dugaannya mata gadis itu tetap di posisi yang sama. Lurus ke depan, memperhatikan koridor yang hampir mereka lewati.

"Hmm Sena kau yakin akan memendam perasaan marah itu sendiri?" kali ini Nami kembali mencoba membujuk Sena agar gadis itu mau menceritakannya.

Bukannya dia tipe orang yang penasaran, tapi mungkin saja dengan dirinya tau akar dari permasalahan Sena, bisa sedikit membantu teman nya itu. Setidaknya wajah itu bisa hilang sedikit dari pandangannya.

Tetap tak ada jawaban.

"Yaa aku hanya tidak ingin kau cepat tua karena marah terus."

"Dasar bodoh," Zindy mengatuk kepala Nami dengan hentakan keras.

Bisa bisa nya gadis itu sempat bercanda di saat seperti ini.

"Yakk itu sakit," Nami  mendengus kesal seraya.

"Sudahlah, aku sedang tidak mood untuk bicara. Sampai besok," Sena langsung berbelok kearah parkiran.

Meninggalkan kedua sahabatnya yang masih dilanda rasa penasaran. Namun gadis itu sedikit terkikik saat membalikkan wajahnya, sepertinya Nami berhasil membuat dirinya kembali tersenyum walau hanya sedetik.

Besoknya

Buru-buru Sena berjalan ke kelasnya dengan perasaan was-was, bukan karena terlambat. bahkan hari ini dia lumayan cepat datangnya, yaa walau harus berjuang dulu untuk membangunkan Kakaknya.

Masih ingat kejadian kemarin? kejadian dimana dirinya lari dari kerja paksa yang diberikan Suga. Yaa dia yakin jika pria manekin itu akan dan menambah kekejamannya lagi. Mungkin 1000 kali lipat, dan itulah mengapa Sena was-was berjalan menuju kelasnya.

*bruk*

Gadis itu tidak mengingat jika dia tengah memeluk beberapa buku pelajaran yang lumayan tebal dan alhasil karena keberatan plus langkahnya yang sangat cepat, membuat gadis itu malah menjatuhkan buku-bukunya.

"Akh sial," Sena segera meraih buku buku yang berjatuhan.

"Hey kau!!"

Baru saja kulit jarinya menyentuh sampul buku itu, suara yang sangat tidak ingin ia dengar langsung berkoar tepat dibelakangnya. Mengakibat reaksi terkejut sekaligus khawatir yang hinggap pada gadis itu. Tanpa menoleh pun ia sudah tau siapa si pemilik suara itu, suara yang sudah banyak kali bergema di indera pendengarannya.

*glek*

Sena menelan ludahnya, dengan secepat kilat gadis itu meraih bukunya dan berjalan meninggalkan Suga.

"Mianhe tapi aku buru-buru."

"Yakk jangan kabur!!" Suga mempecepat langkahnya, mengejar buronan yang dari kemarin ia cari.

Sesekali Sena berbalik ke belakang, pria itu masih dibelakangnya bahkan hampir dekat. Kekuatan pria memang lebih kuat dibandingkan wanita, terlebih Sena tengah menenteng bawaan banyak.

The TragedyWhere stories live. Discover now