Kringg
Sena keluar dari toko buku dengan riangnya karena, telah berhasil membeli beberapa novel limited edition incarannya menggunakan uang tabungannya. Dibelakang ada Suga yang menenteng kantong plastik berukuran besar yang sudah pasti buku-buku milik Sena, wajahnya terlihat lesu karena telah berjam-jam dirinya menemani gadis itu berkeliling area toko buku.
"Kau hampir membuatku pusing dengan mengelilingi toko itu, apa kau tidak bosan dengan kertas-kertas ini?" keluh Suga.
"Hey sekali-sekali kau yang membantuku," ujar Sena.
Suga hanya menghela napas dan tetap berjalan mengekori Sena. Sebelah tangannya memainkan ponsel, fokusnya sekarang pun tak luput ikut sibuk menatap layar ponselnya, hingga ia tak sadar jika Sena yang berada di depannya berhenti. Membuatnya menabrak gadis itu, baru saja Suga ingin memberikan keluhan kedua kali lagi, mendadak Sena menunjuk kearah depan mereka dengan riangnya.
"Ada corndog, aku mau..aku mau," ujar Sena sambil berjingkat-jingkat.
"Kau ini seperti anak kecil," Suga memicingkan matanya begitu melihat tingkah Sena.
"Aku kan memang masih kecil."
"Anak kecil mana yang sudah sebesar ini," ledek Suga dan kemudian tertawa terbahak-bahak.
Sena mengerucutkan bibirnya dan langsung memukul pria itu, membuat Suga akhirnya mengalah dan berjalan ke stand penjual corndog yang ditunjuknya tadi.
Begitu bahagianya Sena saat pria itu kembali dengan dua stick corndog di tangannya. Kini mereka berjalan ke eskalator untuk turun ke parkiran, sudah waktunya mereka pulang. Saat mereka menunggu tangga eskalator yang membawa mereka turun, seorang pria berbadan besar menyerebet mereka begitu saja. Membuat Sena hampir terjatuh, jika saja Suga tidak sigap meraih dan menarik lengan Sena ke samping tubuhnya.
"Gwencanha?"
Sena mengangguk dan berkata, "Nee, gomawo."
Sena menatap jemarinya yang dipegang Suga dengan begitu erat.
***
"Sena!!" seru Zindy karena panggilan keempat kalinya tidak didengar sang empu.
"Eh, wae?" Sena tersentak kaget.
Rupanya ia melamun sedari tadi, hingga tak sadar kedatangan Nami dan Zindy ke kamarnya. Gadis itu masih memikirkan kejadian barusan, bahkan ia masih bisa merasakan hangatnya pergelangan tangan milik Suga. Ini kali pertamanya memikirkan pria itu sampai melupakan lingkungan sekitarnya, entah racun apa yang diberikan pria itu padanya.
"Hmm sepertinya ada sesuatu," ujar Nami penuh selidik.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Zindy.
Mereka berdua kini duduk diatas kasur Sena, menatap sahabat mereka dengan intens. Seakan ingin menggali lebih dalam lagi tentang sesuatu yang disembunyikan olehnya.
"Tak ada," Sena langsung menggelengkan kepalanya.
Namun matanya sedikit membulat, terlihat seperti terkejut dan gugup, Nami dan Zindy begitu peka akan ekspresi wajah gadis itu, sehingga mereka tidak percaya atas hasil yang mereka dapatkan.
"Kami tau kau bohong Sena," Zindy menunjuk wajah Sena.
"Kami begitu hafal raut jelek itu," Nami memberikan tatapan seringai.
Sena memutar kedua bola matanya, dia memang masih perlu banyak belajar dalam hal berbohong. Ia akhirnya menceritakan kejadian singkat kemarin yang berhasil menjajah otak dan pikirannya, terutama bagian yang saat Suga memegang tangannya.
आप पढ़ रहे हैं
The Tragedy
फैनफिक्शनBagaimana rasanya jika tiba-tiba kau dijadikan Budak Paksa oleh pria yang entah berantah. Bahkan sekedar tau namanya pun, tidak. Yah itulah yang dialami oleh seorang gadis cantik bernama Kim Sena. Hanya berawal dari sebuah TRAGEDY kecil, membuat dir...
