Part 23~As Expected~

42 18 14
                                    

"Baiklah, semua terserah padamu. Tapi ingat, jangan segan-segan untuk berbagi beban hidup padaku."

Suga menghirup dan menghembuskan napasnya dengan dalam, menikmati sensasi dingin dari angin yang berhembus pada kulitnya. Beberapa helai rambutnya ikut mengiringi ketika angin menerpanya juga, seakan sedang menari-nari indah di kepala pria itu.

"Sebenarnya..aku.."

Dritttt drittt

Baru saja Sena akan mengungkapkan kejadian yang menimpanya, kalimatnya terpotong oleh dering ponsel yang berada di saku celana Suga. Pria itupun meminta izin untuk mengangkatnya sebentar. Begitu direspon anggukan kecil oleh Sena, lantas Suga segera berdiri dan berjalan meninggalkannya.

"Hahh giliran akan mengatakannya malah dihalangi ponsel," gerutu Sena.

Ia melempar bebatuan kecil ke arah danau sembari menunggu Suga selesai dengan teleponnya. Seketika ia mengingat sesuatu, sudah lewat jam pulang sekolah dan dirinya belum juga pulang ke rumah. Entah apa yang akan dilontarkan Eomma dan Appanya nanti, terutama Namjoon.

"Omo aku akan diceramahi 24 jam," Sena menepuk jidatnya.

"Wae? Berbicara sendiri," akhirnya Suga selesai dengan kegiatannya menelponnya.

Belum sempat pria itu mendudukkan bokongnya, lengannya sudah ditarik Sena untuk segera mengantarnya pulang. Sebelum pria itu mengutarakan alasan penarikan dadakan itu, Sena lebih dulu menjawabnya.

"Ini sudah lewat jam pulang, aku tidak mau kena marah Namjoon oppa."

Alhasil Suga mengikuti tarikan Sena, memang sudah lebih dari beberap jam yang lalu mereka disini. Tak enak juga kalau membawa Sena hingga jam begini, dia juga butuh istirahat.

"Bagaimana mood mu," tanya Suga sambil mengendarai mobilnya, Ia menatap kearah Sena sebentar.

"Lumayan, terima kasih." balas Sena tanpa balik menatap Suga.

"Kalau sedang bad mood begitu, katakan saja padaku. Aku akan membawa mu ke tempat itu lagi,"

"Omo ada guna juga kau," Sena menyengir dan hanya dibalas decihan pelan oleh Suga.

Beberapa menit kemudian mobil Suga berhenti tepat di depan pagar rumah Sena. Gadis itu pun pamit dan keluar dari mobil pria itu.

Sepeninggal mobil Suga, Sena segera memasukinya rumah. Ia melihat mobil Oppa nya yang sudah terparkir indah di garasi, rupanya sudah lewat jam bimbel matematika Oppanya dan sudah pasti saat ini Oppanya sudah lebih dulu berada dirumah ketimbang dirinya.

"Baiklah Sena, kau bisa menyalahkan.."

"Menyalahkan siapa?"

Badan Sena membeku kala melihat wujud orang yang dia ingin hindari saat ini. Namjoon berdiri tepat di depan pintu sambil melipat kedua lengannya di dada.  Tatapannya seakan meminta penjelasan pada Sena atas keterlambatan ia pulang.

"Suga, dia membawa ku ke suatu tempat. Oppa tau dia kan, memutuskan sesuatu tanpa membicarakannya terlebih dulu."

"Araseo, yang penting kau pulang. Cepat ganti baju mu, Eomma baru saja membuat hotteok."

Mata Sena langsung berbinar kala ia mendengar kata makanan kesukaannya, cemilan adalah hal yang paling nomor satu dihati Sena. Langsung saja ia berlari kearah Namjoon dan memeluknya sebentar, lalu masuk ke dalam rumah.

"Yakk ganti baju dulu, baru makan." Ujar Namjoon mengingatkan Sena.

***

Setelah puas memakan hotteok, Sena membaringkan badannya yang sudah berganti dengan piyama kesayangannya.  Kedua jarinya sibuk mengetikkan sesuatu di layar ponselnya, sesekali ia tertawa kecil begitu mendapat balasan konyol dari kedua sahabatnya.

The TragedyWhere stories live. Discover now