23. Jelajah Alam

1.3K 256 286
                                    

HAPPY 7K ESCOGER 🥳🥳

Nggak nyangka bisa sejauh ini, semoga ESCOGER makin banyak yang sayang 💞

Happy Reading~

————————

Hari ketiga camping. Pagi ini mereka akan melakukan jelajah alam ke dalam hutan untuk menemukan air terjun. Kegiatan kali ini, mereka individu karena dalam rangka menikmati kemurnian alam.

Sasi berjalan sendiri sambil menikmati pohon-pohon lebat di sekitarnya. Kegiatan hari ini Melodi tidak ikut karena dadanya terasa sesak katanya.

"Wei!" sapa Penta mengagetkan dirinya dari belakang.

"Astaga! Lo nih ya, dateng tuh bikin jantung gue disko," ucap Sasi sambil mendorong bahu Penta.

"Bagus dong, berarti tandanya lo jatuh cinta sama gue," canda Penta.

"Mana ada begitu," ucap Sasi sambil berjalanan beriringan bersama Penta.

"Loh kata orang kalau jantung lo berdebar tandanya lo jatuh cinta," ucap Penta.

"Lah, ini kan gara-gara lo kagetin," protes Sasi.

"Oh beda ya?"

"Beda. Main disambung-sambungin aja," ucap Sasi.

"Yaudah sih, Sas. Bilang aja iya sih, biar gue seneng," canda Penta.

Sasi terkekeh. "Lo nih, pasti yang kemarin lo bercanda kan," tuding Sasi.

"Sembarang. Kemarin itu gue serius tau.

"Ah, masaaa?" goda Sasi.

Penta berhenti, lalu menggenggam tangan Sasi. Menghadapkan badan Sasi ke arahnya.

Waduh?

Sasi meneguk ludahnya dalam-dalam.

"Apa ucapan gue beneran keliatan bercanda banget di mata lo?" tanya Penta serius.

"Ng—nggak kok, cuma ya gue pikir lo bercanda."

"Tapi gue serius, Sas. Ya emang sih, gue tau lo sukanya sama Sagara. Tapi, kenapa lo harus mengejar seseorang kalau tanpa lo sadari ada banyak orang yang mengejar lo," ucap Penta menatap manik mata Sasi.

Penta, yang selama ini Sasi kira tidak bisa serius karena penuh dengan kebanyolan bisa-bisanya berbicara seperti ini sekarang.

"Tapi Penta, lo ini udah gue anggep saudara cowok gue. Gue nggak mau nyakitin lo. Kalau kita pacaran terus putus, nanti gue malah kehilangan lo."

"Klise, Sas." Penta tersenyum sambil mencolek pucuk hidung Sasi. "Gue tau emang dari awal lo nggak ada rasa sama gue. Guenya aja yang nekat. Seenggaknya gue udah nyatain perasaan gue ke lo." Penta terkekeh beberapa saat.

Sasi jadi nggak enak. Sasi tau, meski saat ini Penta terkekeh, Penta juga pasti merasa terluka. Sasi tau karena Sasi pernah berada di posisi yang sama.

"Maafin gue," ucap Sasi lirih.

Rasanya ingin menangis saja. Tanpa sadar, air mata itu jatuh bergitu saja

"Hei, nggak papa." Penta dengan sigap mengusap air mata Sasi. "Jangan nangis."

"Gue jahat." Sasi terisak.

"Nggak, Sas. Udah, shhhh ...." Penta membawa Sasi ke dalam pelukannya sambil mengusap-usap rambut Sasi.

Nah kan, bukannya berhenti malah makin kencang. Penta sebaik ini, tapi Sasi nggak bisa buka hati buat dia. Sasi benar-benar menyayangi Penta sebagai sosok sahabat sekaligus kakak. Bersama Penta, Sasi bisa bercerita dengan lapang, ditambah lagi pribadi Penta yang sama dengan Sasi.

ESCOGER : Memilih [COMPLETED]✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora