1. 152 Kali

4.5K 600 853
                                    

Sasi mendudukkan dirinya di bangku kelas dengan kasar, membuat sahabatnya tersentak kaget. Dia, Melodi Zemira, gadis lemah lembut, anggun dan sopan. Bahkan, dia selalu membahasakan aku-kamu bukan lo-gue seperti remaja Jakarta pada umumnya.

Melodi duduk sebangku dengan Sasi sejak kelas sepuluh. Selain menjadi teman pertamanya pada awal-awal masuk sekolah, Melodi juga termasuk golongan orang-orang pintar di SMA Brawijaya. Sama seperti Nayara Maheswari, cewek seangkatan Sasi dan Melodi dari kelas 11 IPA 2 yang terkenal dengan wajah galak dan tercuek di sekolah, ibaratnya Sagara versi cewek.

Masalah ranking paralel, Melodi selalu bersaing dengan Nayara Maheswari, Sagara Mahaprana dan Paris Prambudi, si ketua OSIS di SMA Brawijaya. Sasi mah ranking sembilan atau sepuluh paralel udah bersyukur banget.

"Sasi, kenapa sih nggak bisa pelan-pelan?" Melodi protes, tapi tetap dengan suaranya yang lembut.

Sasi hanya menunjukkan wajah masam sambil meletakkan tasnya dan duduk dengan berpangku tangan. "Kenapa sih susaaaaahhhhh banget," keluh Sasi sambil berpangku tangan menatap ke papan tulis depan.

"Sagara lagi?"

"Iya lah, Mel. Emang siapa lagi yang gue suka selain dia? Satu aja bikin pusing, apa lagi banyak!" Sasi merengek sambil menatap Melodi.

"Sabar ya, aku yakin pasti suatu saat berbalas kok," ujar Melodi sambil menepuk-nepuk pundak Sasi.

Tuh kan, Melodi kelihatan anak baik-baik banget dan juga pendengar yang baik.

"Apa gue nyerah aja ya, Mel?" Sasi memberikan pandangan sedih.

"Yakin kamu mau nyerah?"

"Ya nggak yakin sih, tapi gimana, Sagaranya aja nolak terus," keluh Sasi.

"Mungkin kamu harus pakai cara yang beda, bukan ngejar-ngejar begini." Melodi berusaha memberi saran yang baik untuk sahabatnya yang sedang dilanda kegalauan berat.

"Tapi kan gue emang begini, mana tahan gue pakai cara yang diem-diem memperhatikan gitu. Kurang bagaimana gitu, Mel! Kurang greget!" jelas Sasi.

"Nah itu dia, tantangan juga kan buat kamu. Bisa apa nggak stay calm di depan Sagara."

"Nih ya, Mel. Gue begini aja, Sagara nggak ngelirik, apalagi cuma diem-diem memperhatikan. Kenal gue aja kayaknya nggak akan ada dalam sejarah hidup dia," ucap Sasi.

"Maksud aku, sekarang ini kan Sagara udah tau kamu. Nah coba kamu pakai cara yang lain," saran Melodi.

Sasi berpikir sejenak. "Hm, nanti deh, gue pikirin lagi cara lo."

Melodi mengangguk, kemudian kembali ke buku pelajarannya. Mengerjakan soal-soal yang bahkan belum masuk ke bab itu.

"Mel, emang lo nggak bosen apa belajar mulu. Guru kan juga belum dateng," ujar Sasi menatap Melodi heran.

Melodi menggeleng. Belum sempat menjawab Sasi, guru kelasnya sudah datang.

"SELAMAT PAGI, ANAK-ANAK. Saya absen dulu."

"Nah, itu, gurunya udah dateng," jawab Melodi sambil tersenyum lembut.

Sasi hanya memutar bola matanya dan mengambil buku pelajarannya.

———————————

Kelas 11 IPA 1 sedang hening, bukan karena anaknya terlalu rajin. Tapi saat ini mereka sedang ulangan di mata pelajaran guru paling galak seantero sekolah.

"Psstt!" bisik seseorang, Dewa namanya. "Oi, Sagara nomor lima apaan?"

Dewa adalah teman dekat Sagara, juga teman sebangkunya. Salah satu teman Sagara yang tahan banget. Tau kan, Sagara kalo ngomong suka tidak kontrol mulutnya. Bikin sakit hati. Tapi namanya juga cowok, pantang BAPER.

ESCOGER : Memilih [COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang