Prolog

10.1K 850 637
                                    

Masa terindah SMA adalah kelas sebelas. Kamu tidak menjadi junior yang malu-malu, kamu juga tidak menjadi senior yang harus memikirkan tentang ujian dan tryout. Kelas sebelas adalah masa di mana kamu sudah mengenal sekolah, menjadi junior dan juga senior. Masa di mana indahnya pertemanan, indahnya kisah cinta yang bersemi di sekolah.

Sasi Kirana, siswi kelas 11 Bahasa 1 sekaligus menjabat sebagai Sekertaris PMR adalah gadis periang dan kepintarannya yang biasa saja. Sasi menyukai seorang Sagara Mahaprana sejak kelas sepuluh. Sasi termasuk jajaran cewek cantik yang disukai banyak siswa di sekolah karena keramahannya dan suka menolong. Berbanding terbalik dengan Sagara yang cuma diem aja.

Sagara Mahaprana adalah cowok pintar, cuek, super nyebelin karena ngomongnya pedes kayak cabe rawit masih ditambah lada putih dan Bon Cabe level 30, tapi dia ganteng dan menjadi idaman siswi-siswi SMA Brawijaya. Selain itu, Sagara adalah kapten basket di sekolahnya. Dia juga bisa taekwondo karena ayahnya mengajarkannya saat dia masih Sekolah Dasar.

Sudah sekitar satu tahun ini Sasi menyukai Sagara. Mungkin sekitar seratus lima puluh kali Sasi menyatakan cinta tapi berujung ditolak dengan kalimat-kalimat menyakitkan dari bibir cowok itu. Semakin ditolak, bukannya mundur, Sasi malah semakin tertantang untuk mendapatkan hati Sagara. Baginya, 'masa iya nggak ada celah sedikitpun?'

Setiap hari, mau pagi hingga pulang sekolah, yang dilakukan gadis itu selain belajar adalah menarik perhatian Sagara. Seperti pagi ini.

"Sagara!"

Cowok itu, hanya melirik dengan jengah pada gadis yang sedari tadi mengikuti langkah kakinya yang lebar.

"Sagara, selamat pagi!" Sasi, masih tetap berusaha menarik perhatian Sagara dengan langkah terburu-buru agar bisa sejajar dengan langkah Sagara.

Ibarat satu langkah Sagara, adalah dua langkah gadis itu. Sekarang ditambah, satu langkah Sagara cepat karena ingin menghindarinya. Apa nggak tambah ngos-ngosan!

"Sagara, jalannya jangan cepet-cepet dong. Capek nih!" Sasi menarik lengan Sagara, membuat cowok itu berhenti dan melepas pegangan Sasi.

"Nggak ada yang nyuruh lo buat ngejar! Lagian lo tuh ganggu banget!" ketus Sagara pada Sasi yang mendongak menatapnya. Tubuh Sasi ini memang mungil, tingginya cuma sekitar dada Sagara saja.

Sasi mencebikkan mulutnya mendengar ucapan Sagara. "Ih, lo tuh ya, kalo ngomong kenapa sih pedes banget. Gue nih juga punya hati, Mas." Sasi berdrama dengan suara mendayu-dayu.

Sagara kembali berjalan tanpa mengomentari Sasi.

"Ih, Sagaraaaa!" Sasi mengentakkan kakinya. Bete. Tapi masih tetap mengejar Sagara. Tangguh, pantang menyerah pokoknya.

"Kenapa sih lo, berisik banget!" Sagara menghentikan langkahnya lagi, membuat Sasi ngerem mendadak karena tadi langkahnya setengah berlari.

Sasi hanya memberikan cengiran polosnya, membuat Sagara menaikkan alisnya. "Gue cuma mau nanya, lo udah suka sama gue apa belum?" tanya Sasi dengan wajah puppy eyes.

Sagara menghembuskan nafasnya sejenak sambil menatap Sasi. Aww, Sasi jadi makin baper ditatap begitu sama Sagara.

"Nggak!"

Sekitar Sasi yang tadi ibarat ada lope-lope di udara, langsung hempas seketika mendengar jawaban Sagara.

Tuh kan ditolak lagi!

Belum sempat Sasi menjawab, Sasi sudah melihat Sagara berjalan dengan cepat menjauhinya.

"NGGAK PAPA KOK SAGARA! NANTI ISTIRAHAT GUE TANYA LAGI YA, SIAPA TAU LO UDAH SUKA SAMA GUE!" teriak Sasi dari kejauhan membuat siswa-siswi di sekitarnya melihat ke arah Sasi.

Mereka semua sudah hafal dengan teriakan Sasi setiap mengejar Sagara. Sasi yang ditatap seperti itu hanya tebar cengiran. Kemudian berbalik menuju kelasnya, sambil menyemangati dirinya sendiri.

"Semangat Sasi, pasti Sagara bentar lagi suka sama lo."

————————

EITSS! Jangan berhenti dulu ya, masih banyak rasa nano-nano di belakangnya ❤️ happy reading~

ESCOGER : Memilih [COMPLETED]✔️Where stories live. Discover now