-Datang-

855 159 19
                                    

"Lucas, setelah ini kamu mau kerja apa?" Tanya Athanasia sebelum meneguk minumannya.

"Ah, aku juga mau membicarakan hal itu. Jadi, Ayahku membangun resort dan akan selesai 5-6 bulan lagi. Resort itu nantinya akan ku urus" jelas Lucas.

Athanasia mengangguk-angguk mengerti.

Lucas mendengus. "Kalau begini kita jadi lebih sulit bertemu karena sama-sama sibuk"

Athanasia terdiam. Baru menyadari kenyataan bahwa mereka akan sangat jarang bertemu nanti.

"Hmm kalau begitu selama 5-6 bulan ini kita harus menghabiskan waktu bersama sebanyak mungkin" ucap Athanasia dengan penuh semangat.

Lucas tersenyum tipis. Ia merasa lega karena gadis itu masih bisa bersemangat.

"Tentu saja"

---

Hari ini Lucas sedang berkeliling toko perhiasan untuk membelikan hadiah karena besok Athanasia akan berulang tahun.

Jujur ia bingung harus membelikan apa.

"Ada apa, Tuan?" Tanya pegawai toko dengan ramah.

"Aku tidak mengerti selera wanita" ucap Lucas diiringi helaan nafas berat.

Pegawai toko itu terkekeh dan mengantarkan Lucas ke suatu tempat lantas menunjukkan berbagai macam perhiasan yang cantik dan tentunya mahal.

"Apa anda ingin melamar seorang wanita?" Tanya pegawai itu dengan tampang dora.

"Bukan. Ini untuk kado ulang tahun" jawab Lucas datar.

"Begitu. Kalau untuk kado ulang tahun saya sarankan yang di sebelah sini" ucap pegawai itu sembari menunjukkan sebuah lemari kaca penuh perhiasan.

Sesuatu menarik perhatian Lucas. Sapphire, mengingatkan Lucas dengan mata permata gadis itu.

"Aku mau yang ini satu set"

---

Keesokan harinya, Ayah Lucas menghampiri anaknya yang masih tertidur pulas padahal jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi.

"Lucas, bangun nak" ucap sang Ayah dengan lembut.

Pemuda bersurai hitam itu menggeliat tak nyaman karena merasa ada yang mengusik tidurnya.

"Bentar, masih adu panco sama Thanos" gumamnya pelan tanpa membuka mata.

Sang Ayah hanya bisa terkekeh mendengarnya. "Bangun, nak. Sudah siang"

Lucas perlahan menyadari bahwa itu adalah suara Ayahnya yang jarang pulang seperti bang toyib.

Kelopak matanya terbuka dan menampakkan iris semerah batu ruby miliknya yang indah.

"Nanti malam kamu ikut Ayah, ya. Ke acara ulang tahun anak teman Ayah"

Lucas merubah posisinya menjadi duduk dengan kening yang sudah mengkerut.

Apa-apaan ini?

Ayahnya saja tidak mau menghadiri acara kelulusannya. Lantas kenapa ia mengajak Lucas untuk menghadiri acara ulang tahun anak temannya?

Menyebalkan, pikir Lucas.

Tapi bagaimana pun Lucas tak bisa menolak dan hanya mengangguk.

"Cuci muka dulu, lalu ke ruang makan untuk sarapan" ucap sang Ayah sebelum meninggalkan Lucas sendirian di kamar.

Pemuda itu mengusap pelan kelopak matanya menggunakan punggung tangan. Dapat dilihat raut wajah khas bangun tidurnya.

Lucas melangkah memasuki kamar mandi dan mencuci mukanya agar lebih segar. Setelah itu ia pergi menuju ruang makan.

Sejujurnya Lucas malas berjalan menuju ruang makan yang jaraknya jauh dari kamarnya. Wajar saja karena rumahnya yang terbilang luas. Akan tetapi perutnya yang lapar terus menuntut Lucas untuk mengisinya. Alhasil mau tak mau Lucas harus menguras tenaga yang tak seberapa untuk berjalan menuju ruang makan.

Di meja makan hanya ada Ayahnya dan banyak sekali makanan.

"Kakak kemana?" Tanya Lucas sembari mendudukkan diri di kursi di hadapan sang Ayah.

"Ada urusan, sudah pergi sejak pagi-pagi buta"

"Ibu?"

"Masih di luar negeri"

Lucas mengangguk dan mulai meletakkan makanan di atas piringnya. Setelah itu memakannya.

"Memang siapa anak teman Ayah yang berulang tahun?" Tanya Lucas disela aktivitas makannya.

"Kamu pasti kenal"

Lucas menaikkan sebelah alisnya tak mengerti.

"Dia itu anak yang berada dalam poster yang dipajang di kamarmu"

Bola mata Lucas melebar dengan sedikit kemerahan di pipinya. "Maksud Ayah Athanasia?"

Sang Ayah hanya mengangguk dengan senyum khas bapak-bapak.

Lucas terdiam. Matanya tertuju pada makanan namun tatapannya kosong, masih dengan sedikit kemerahan di pipinya.

"Ayahnya Athanasia, Claude, itu teman kecil Ayah. Teman sejak masih masa sulit sampai sukses"

"B-begitu ya"

Ayah Lucas terkekeh. Anaknya memang jarang menunjukkan sisi remajanya.

---

Lucas sudah siap dengan kemeja putih dan jas hitamnya. Rambutnya tertata rapi dan tubuhnya pun wangi.

"Ayo berangkat" ajak sang Ayah.

.
.
.

Di perjalanan, Lucas terus menerus memandangi kotak yang berisi satu set perhiasan yang akan ia jadikan sebagai hadiah untuk Athanasia. Seulas senyum tipis terukir di wajah tampannya.

"Apa itu?" Tanya sang Ayah penasaran.

"Hadiah" jawab Lucas.

Singkat cerita, mereka sudah sampai di gedung pribadi keluarga Alger yang dijadikan sebagai tempat perayaan ulang tahun Athanasia yang ke 21 tahun.

Beberapa wartawan nampak sudah menunggu dengan antusias.

Lucas dan Ayahnya turun dari mobil dan menjadi pusat perhatian karena ketampanan keduanya. Apalagi sang Ayah yang masih terlihat muda di usianya yang sekarang.

"Tampan sekali"

"Hari ini ada banyak pria tampan yang datang"

"Tatapannya itu melelehkan hatiku"

Kira-kira seperti itulah bisikan para gadis yang membuat kepala Lucas kian membesar.

Pemuda itu tampak tersenyum bangga memamerkan wajah tampan yang ia miliki.

Di dalam gedung itu sudah didekorasi dengan tema bunga-bunga yang mayoritas berwarna putih dan emas.

Lucas dapat melihat dari kejauhan, seorang gadis bersurai keemasan yang tengah menyambut satu persatu tamu yang datang dengan senyum lembutnya.

Hingga iris ruby dan iris sapphire saling bertemu pandang.

-Bersambung-

IMPOSSIBLE [SIBAP Fanfiction]Where stories live. Discover now