-Awal-

848 151 24
                                    

[Flashback]

Lucas yang berusia 15 tahun duduk di atas sofa sembari memeluk kedua lututnya.

Entah sudah berapa lama dirinya tidak masuk sekolah.

Lucas tidak berani karena di sekolah dia hanya menjadi bahan fitnah. Dituduh mencuri padahal dia tidak pernah melakukannya.

Dia yakin sekali sekarang teman-temannya sedang membicarakannya.

Tangannya bergerak menekan tombol remote tv. Hingga berhenti di salah satu acara tv yang menarik perhatiannya.

"Nona Athanasia, bagaimana perasaan anda setelah difitnah habis-habisan oleh para netizen?"

"Biasa saja sih. Saya tidak pernah melakukannya jadi untuk apa saya merasa bersalah?"

"Lalu bagaimana cara anda untuk meyakinkan bahwa anda tidak bersalah?"

"Berusaha mencari bukti"

"Apa anda yakin suatu saat mereka akan mempercayai anda? Bagaimana kalau mereka semakin menuduh anda?"

"Saya belum kalah karena saya belum menyerah. Dan saya memiliki cara sendiri untuk bersinar"

Kata-kata itu, kata-kata yang memotivasi Lucas untuk lebih percaya diri.

Lucas bangkit dari duduknya dan segera bersiap. Hari ini dia harus bersekolah apapun yang terjadi.

Tidak apa walau telat sedikit, karena tidak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu.

Setelah siap, Lucas berlari kecil mencari angkutan umum. Untung saja masih ada yang lewat di depan rumahnya.




Pemuda bersurai hitam itu menarik napas dalam dan membuangnya secara perlahan. Ditatapnya gedung sekolah itu. Jantungnya berdegup kencang entah apa yang akan terjadi ketika ia memasuki kelas nanti.

Sudah sampai di sini Lucas tidak boleh pulang. Ia sudah meyakinkan dirinya sendiri untuk masuk sekolah.

Kakinya bergerak melangkah memasuki pagar sekolah. Langkah demi langkah ia lewati dengan perasaan tak tenang. Dan tibalah ia di depan kelas dengan tulisan '9A' di pintunya.

Krieeet

Semua pasang mata tertuju padanya. Tentu saja! Dia baru saja masuk.

"Lucas, kemana saja kau selama ini?" ucap guru yang mengajar. Kebetulan ia adalah wali kelasnya.

"Maaf"

"Duduklah"

Lucas duduk di bangkunya. Aneh. Biasanya di laci mejanya akan ada surat berisi hujatan-hujatan. Namun kali ini lacinya kosong.

Tak terasa bel istirahat telah berbunyi. Teman sekelasnya nampak mengerubungi Lucas.

Lucas diam. Ia sudah menyiapkan diri untuk mendengar hinaan-hinaan yang akan ditujukan kepadanya.

Namun bukannya menghina, teman sekelasnya justru meminta maaf kepada dirinya.

"Lucas, maafkan kami yang sudah menuduhmu"

"Ternyata bukan kamu pelakunya, tapi anak kelas sebelah"

"Iya, maafkan kami yang malah memfitnahmu tanpa mendengar penjelasan darimu"

[Flashback off]

---

Ingatan itu lagi. Hari dimana ia pertama kali menyukai Athanasia.

Hari dimana dirinya mulai percaya diri. Hari dimana Athanasia benar-benar menginspirasinya.

Lucas tersenyum tipis menatap sebuah tiket konser di genggamannya. Kini dirinya tengah menunggu kedatangan temannya di tempat janjian mereka.

"Cok! Udah nunggu lama ya?"

Suara khas seorang Cabel memasuki indra pendengaran pemuda bersurai hitam itu. Lucas menoleh ke belakang, menatap datar temannya itu.

"Ciee yang sekian lama pengen dateng ke konser Athanasia akhirnya kesampaian juga wkwk"

"Lu bawa lightstick nya kan?"

"Bawa dungs. Cabel gitu loh"

"Yodah skuy"

---

Lucas berdiri di antara ribuan penonton yang sama-sama menyukai Athanasia.

Tapi, Athanasia di sana. Berdiri di atas panggung dengan sejuta pesona. Bersinar di atas sana, sementara Lucas di sini.

Lucas baru menyadarinya, meskipun mereka berteman, meskipun mereka sering bertemu, ada saja jarak yang memisahkan.

Lucas berpikir, akankah dirinya bisa......









.....menggapai Athanasia?

"Nothing nothing nothing is impossible oh oh~"🎶

Mendengar lirik itu. Bagian yang dinyanyikan Athanasia, membuat hati Lucas menjadi lega. Dirinya tersenyum. Benar, tidak ada yang mustahil.

Menjadi teman Athanasia saja menjadi hal yang sulit dipercaya bagi Lucas. Itu kemajuan!

Meski pertemanan mereka bersifat rahasia, tapi Lucas tetap bahagia. Lucas tidak perlu orang lain mengetahui hubungan pertemanan mereka, yang paling penting adalah Athanasia.

Ya, hanya gadis itu.

Biarlah pertemanan ini menjadi rahasia di antara keduanya.

Tanpa Lucas sadari, Athanasia menatap dirinya dengan senyuman.

'Di antara ribuan penonton, akhirnya aku bisa menemukanmu,

Lucas' -Athanasia.

-Bersambung-

Double up jangan??

IMPOSSIBLE [SIBAP Fanfiction]Where stories live. Discover now