-Aku Ingin Melihatmu-

982 152 27
                                    

"Lu kenapa sih?" Tanya Cabel kepada Lucas. Mereka kini duduk berhadapan di kantin.

"Dari tadi keknya gak fokus dengerin dosen yang lagi jelasin" lanjut Cabel.

Lucas menggeleng pelan sebagai tanda bahwa ia baik-baik saja.

Tidak, sekarang ini Lucas tidak sedang bersedih. Melainkan dia sedang berbahagia mengingat beberapa hari yang lalu ia mendapat kesempatan untuk bertemu sang idola. Bukan hanya sekali melainkan dua kali.

Saking bahagianya sampai ia melamun saat dosen sedang menjelaskan. Beberapa kali juga Cabel memergokinya tengah senyum-senyum sendiri tanpa sebab.

"Pasti kebanyakan ngehaluin Athanasia" tebak Cabel.

Lucas mendengus. Dari gerak-geriknya sepertinya Cabel sebentar lagi akan memulai sesi ceramahnya.

"Sadar, bro. Dia bahkan gak tau lu idup. Daripada kebanyakan ngehalu Athanasia yang mustahil lu dapetin, mending mulai belajar mencintai yang ada" ucap Cabel.

'Gak tau gua idup gundulmu. Kemaren gua jabat tangan cuy'

"Tidak ada yang mustahil di dunia ini" jawab Lucas.

"Ya iya sih. Tapi fans Athanasia itu bejibun-jibun. Lu harus jadi yang terbaik dulu biar bisa bersanding sama dia. Mending ama Juleha noh, dia keknya tertarik ama lu"

"Juleha kan penjaga kantin"

"Ya gapapa, lumayan, janda awokawok"

_-

---

"Papa beneran mau ke luar negeri?" Athanasia menatap Claude dengan wajah memelas.

"Hm. Masalah perusahaan" jawab Claude.

"Kalau mama?" Kini pandangan gadis itu beralih pada sosok wanita bersurai keemasan seperti dirinya dengan iris merah muda yang indah.

"Mama juga ikut, sayang. Menemani papamu. Athy jaga diri di rumah ya, makan yang teratur dan istirahat yang cukup. Jangan terlalu memaksakan diri untuk latihan. Apalagi sekarang musim penyakit, harus jaga kesehatan" Diana mengusap lembut surai anaknya sembari tersenyum.

Athanasia memanyunkan bibirnya "Berarti Athy sendirian lagi di rumah?"

"Kan ada Lily. Felix juga tidak ikut ke luar negeri. Athy juga kan suka pergi latihan, nanti ketemu teman-teman dan kakak manager. Kalau mau nanti Ijekiel Mama minta untuk menemani Athy kalau dia luang" ucap Diana.

"Tidak perlu. Athy bisa sendiri"

"Kami berangkat dulu"

Claude dan Diana mengecup kening Athanasia secara bergantian sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil dan menuju bandara untuk naik pesawat pribadinya.

Athanasia memperhatikan mobil yang melesat di jalanan dan perlahan menghilang dari pandangan.

Senyum terukir di wajah cantiknya. Kemudian ia masuk ke dalam mansion dan bersiap untuk pergi.

Ah, gadis itu sudah memiliki rencana rupanya.


"Aku berangkat, Lily" Athanasia berucap setelah selesai bersiap-siap. Dirinya sudah mengenakan pakaian yang menutupi identitasnya.

"Apa anda yakin akan pergi sendiri, nona? Bagaimana jika saya panggilkan Felix untuk mengantar anda? Anda harus dikawal, nona" ucap Lilian.

Athanasia tersenyum kecil lantas menggelengkan kepalanya. "Tidak apa, aku bisa sendiri"

Belum sempat Lilian bicara, Athanasia sudah berlari kecil keluar dari pintu utama mansion dan menghampiri taksi online.

Lilian menghela napas pasrah. Mau ia berbicara panjang kali lebar sekalipun Athanasia tetap bersikeras untuk pergi sendiri. Namanya juga batu.

IMPOSSIBLE [SIBAP Fanfiction]Where stories live. Discover now