Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Una masih ingat betul gimana cara Jeff natap dia tadi pagi.
Pertama, cowok itu kaget sampai matanya membulat sempurna. Untung matanya nggak sampai keluar.
Kedua, mukanya langsung biasa lagi-kayaknya lebih ke flat mukanya, tapi ya tetep ganteng.
Ketiga, Jeff kelihatan gak senang begitu Una dateng sama Dejun dan mantan nya itu gandeng tangan Una waktu mau balik ke Villa.
"Otak gue kenapa mikirin Jeffri terus sih?" Una sedikit meringis sambil jambak rambutnya sendiri.
Lalu pandangannya beralih ke polaroid yang sengaja dia cetak malam itu.
"Ini lagi! Kenapa gak gue buang aja coba polaroid nya?!"
Terlampau kesal, Una bejek-bejek itu polaroid dan berakhir dia lempar ke lantai. Sayangnya, hal itu bertepatan sama Yara yang baru masuk kamar.
Buru-buru Una ambil polaroid nya-tapi, keduluan Yara.
"YARA BALIKIN GAK?!"
"Kalo gue kasihin ke Kak Jeffri gimana?"
"GAK USAH ANEH-ANEH YA LO!"
Yara gak bisa nahan tawa nya lagi. Gadis itu jalan ke kasur dan rebahin tubuhnya disana. Mandangin satu per satu polaroid milik Una.
Polaroidnya doang yang milik Una, orang yang ada di polaroid itu kan milik sejuta umat.
"Lo suka sama Kak Jeffri."
"Enggak."
"Yang tadi pernyataan btw, bukan pertanyaan."
Yara bangun, lalu dia samain posisinya kayak Una. Natap cewek itu serius sebelum berujar,
"Kak Jeffri keliatannya serius sama lo."
"Yang keliatannya belum tentu yang sebenarnya, Yar."
"Coba gue tanya, waktu lo pulang malem siapa yang jemput kalo bukan Jeffri? Waktu lo tembus dan kekeuh gak mau keluar dari kamar mandi, siapa yang beliin pembalut terus ngasih jaketnya buat nutupin noda merah di celana lo? terus soal dia yang nyamperin lo setiap jam sembilan malem-
"Jeffri cuma gabut."
"Setaun, Una! Setaun!! Dia nunjukkin effortnya sama lo terus lo bilang dia cuma gabut?!" Kali ini Yara kebawa emosi.
