Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“martabak is the key to make your girlfriend's parents get melted.”
- jeff
***
Jeffri kira pertemuannya sama Ayah malam ini bakal jadi pertemuan ter-creepy seumur hidupnya. Tapi nyatanya enggak.
Ayah nggak se-seram itu. Kalau kita throwback, Ayah suka keluar bawa sapu kalau Jeffri nyamperin Una jam sembilan malam—Salah Jeffri juga sih nyamperin anak cewek jam segitu.
"Dulu, jaman Ayah pacaran sama Bunda kita suka keliling Bandung naik motor cb klasik," Ayah bercerita tanpa diminta.
Jeffri, Una, sama Riu yang juga ada di ruang tamu merhatiin Ayah secara seksama.
"Seringnya tuh ke jalan Asia-Afrika, ngelewatin gedung merdeka—inget nggak, Bund?"
Bunda cuma ngangguk sebagai jawabannya.
"Kayak Dilan 1990 gitu ya, Om?"
"Ayah lebih romantis, Dilan mah lewat."
"Bohong Nak Jeffri, jangan dipercaya," Kata Bunda.
"Tapi Yah, dulu kalo pacaran komunikasinya gimana? Kan jaman dulu belum ada Handphone. Belum bisa chat apalagi video call."
"Nah itu dia, Teh." Ayah neguk minumnya sebelum ngelanjutin, "Dulu mah komunikasinya langsung, kalau ketemu aja. Terus nggak ada istilahnya lagi berduaan tapi main Hp terus."
Una ngelirik Jeffri. Oke, yang dilirik barusan merasa tersindir.
"Emang udahannya nggak kangen, Om?"
"Ya kangen! Gimana aja kamu kalo habis ngajak Una jalan. Kangen kan? Padahal baru aja beberapa menit yang lalu ketemu."
Sambil benerin posisi duduknya Una nanya, "Terus kalo udah gitu biasanya gimana?"
"Ya nggak gimana-gimana," Kali ini gantian Bunda yang jawab. "Tapi darisitu kita jadi lebih menghargai waktu. Karena jaman dulu nggak kayak sekarang kalau kangen bisa langsung telfon atau ngirim pesan."
"Apalagi telfonan nya sampe subuh ya, Bun," Sindir Riu.
"Eh Riu kemaren jalan siapa, ya?" Una balas dendam.
"Oh iya, Ri, nginep juga kan?" Jeffri juga ikut-ikutan.
