EXTRAPART 1

27.6K 3.2K 103
                                    

Aku membuka mata saat merasakan ada yang menelusup diantara pinggang dan lenganku. Aku melihat jam pukul satu dini hari. Karena aroma khas tubuhnya tercium jelas di hidungku, aku kembali menutup mata merasakan pelukannya.

"Berbaliklah, aku merindukanmu," katanya dengan suara lelah dan mengantuk.

Aku langsung berbalik menghadapnya, kemudian dia menyambutku dengan pelukan yang lebih erat.

"Mendarat jam berapa? Udah selesai urusannya di Dubai?"

"Jam dua belasan, udah. Aku langsung menyelesaikannya. Aku tidak akan kemana-mana lagi untuk seminggu ke depan," ucapnya tanpa membuka mata.

"Kau lelah sekali ya? Mau aku pijat?"

Dia menggeleng, "Cukup peluk saja. Lelahku hilang."

Aku tersenyum sambil semakin mengeratkan pelukan, "Kalau pijat plus plus?" godaku.

Dia tersenyum masih dengan mata tertutup, tiba-tiba dia melesakkan wajahnya diantara leherku.

"Ah, iya, aku lupa kalau sedang halangan," bohongku.

"Haish!" dia menarik wajahnya sambil memberiku tatapan sengit, "Kau sengaja menggodaku ya?"

Aku tertawa melihat ekspresi kesalnya. Saking kesalnya, dia mendaratkan sentilan di dahiku, "Hey! Sakit tau!" pekikku sambil mendorongnya jauh-jauh. Kemudian dia bangkit, memperangkap tubuhku dengan dua tangannya lalu menciumiku.

"Mana yang sakit? Mana? Mana?" katanya sambil terus menyiumiku.

"Hey, hentikan!" aku memberontak dan kembali mendorongnya dengan keras. Sebelum dia memerangkapku lagi, aku mengambil bantal kemudian menghantamkan bantal itu ke tubuhnya beberapa kali.

Bukannya mengalah, dia malah mengambil bantal juga lalu menghantamkan kearahku. Bukannya saling bercengkerama setelah seharian tidak bertemu, kami malah perang bantal di pukul satu dini hari.

Jika kalian pikir setelah kami menikah tanpa kontrak hubungan kami hanya dihiasi manis-manis saja, kalian salah. Nyatanya, kami masih tetap seperti dulu. Sering berdebat, apalagi masalah pekerjaan. Seleraku yang berbeda dengan seleranya. Konsep pemotretan, konsep acara, bahkan sampai pemilihan warna dan model menjadi sumbangan besar perdebatan kami. Memang sih aku tidak kembali kerja di Shabiru Mode, tetapi dia sering memintaiku pendapat yang justru sering berujung debat.

Namun, jika ada di masa paling romantis, Pak Shaka adalah jagonya. Secara tiba-tiba saja dia mengajakku makan malam mewah di luar negeri, secara tiba-tiba dia mengirimiku bunga ke kedai, secara tiba-tiba dia memberiku hadiah, secara tiba-tiba juga kadang dia datang ke kedai untuk memelukku dan bilang mencintaiku lalu pergi setelah mengatakan itu. Apapun yang dia lakukan, mau pergi kemanapun, dia selalu mengirimiku pesan, meski aku sudah mengatakan aku selalu percaya kepadanya. Dia tidak perlu selalu laporan, tetap saja dia melakukannya.

"Mim."

"Mim," ikutiku sambil menunjuk huruf-huruf hijaiyah di buku kecil berjudul IQro jilid satu.

"Nun."

"Nun."

Setelah salat subuh, dia menyempatkan untuk mengajariku mengaji. Karena sudah lama tidak melafalkan huruf-huruf kitab, lidahku kagok juga sebagian lupa pelafalan yang tepat. Jadi, suamiku yang saleh ini selalu menyempatkan waktu untuk mengajariku mengulang kembali bacaan Iqro dari awal.

"Wau."

"Wau," aku mendongak kearahnya, "Wau ai ni,"kataku sambil tersenyum manis kepadanya.

Ctak! Satu sentilan mendarat di keningku, "Aw! Haish!"

Kedai CinderellaWhere stories live. Discover now