26. Roma, The Show

42.6K 6.3K 772
                                    

Lagu Pretty Girl yang dinyanyikan penyanyi Italia terdengar bersamaan dengan Amara keluar dan berjalan ke catwalk center yang berbentuk huruf U stage, di sebelah catwalk duduk ratusan penikmat busana dari berbagai Negara. Setelah menunggu tampilan show dari desainer lain, akhirnya giliran kami.

Amara berjalan percaya diri dengan senyuman terbaiknya, menatap lurus tidak peduli bisik-bisik para penonton yang terkejut karena model tidak bertubuh proposional seperti biasanya. Setelah Amara diikuti model Keila, perempuan cantik bertinggi 140 cm, dia berjalan penuh percaya diri mengenakan mahkota dari rangkaian bunga. Jaket tebal yang menutupinya tidak membuatnya terlihat tenggelam, namun terlihat sangat elegan.

Penonton mulai terdengar riuh, sejatinya para penikmat yang benar-benar menikmati hanya duduk diam menyilangkan kakinya sembari terus mengikuti arah gerak para model yang memutari catwalk.

Show diadakan di mesuem Italia yang terkenal dengan art yang kental, kesan kuno mendukung konsep yang kami usung yakni The Angels. Layar besar megah bertuliskan "Not every beautiness always about visual, sometimes true beauty come from inside, whoever she is."

Berjarak sekitar dua meter, para model berlenggok di atas catwalk. Meski ada di antara mereka sedang flu, mereka bungkus itu semua dengan senyuman lebar. Langkah mereka jenjang, mengalir mengikuti musik yang mengiringi.

Aku berdiri di backstage menatap layar yang menampilkan beberapa model memasuki panggung catwalk dengan percaya diri. Gaun musim dingin berwarna serba putih dengan hiasan mahkota di rambut mereka, sangat terlihat cantik. Jika bukan karena panggilan dari David, aku mungkin sudah menangis di depan layar.

Model ke-14 mulai masuk catwalk bersamaan dengan Amara yang masuk ke backstage, para asisten desainer langsung bergerak cepat mengganti gaun Amara selanjutnya. Itu semua kita lakukan agar semua gaun yang terancang berhasil ditampilkan, para model bekerja lebih keras agar semua berjalan dengan professional.

"Your turn," titah Pak Shaka menambah rasa gugupku yang menggunung. Pria yang berstatus suami kontrakku itu menatapku dengan senyuman yang tidak kupercayai itu sebagai senyuman penyemangat.

Aku menarik napas panjang kemudian mengembuskan pelan, detik berikutnya aku mengayunkan kaki masuk ke panggung catwalk. Aku menarik dua ujung bibirku lalu berjalan percaya diri, meski pikiranku sempat kosong karena menatap kilatan kamera yang menyilaukan, juga tatapan para penonton.

"Kuncinya adalah kuasai napas, kalau kau merasa gugup, tarik napas panjang but slowly dan keluarkan melalui bibir dengan desisan. Napas yang tenang akan menenangkan degub jantung, I'm pretty sure your nervous will go on." Kalimat itu kudengar dari Pak Shaka beberapa jam yang lalu saat memutuskan aku yang akan menjadi model ke-15 agar pergantian gaun bisa dilaksanakan.

Tidak pernah kumimpikan bahkan kubayangkan akan berjalan di panggung megah ini, disaksikan ratusan pasang mata yang menyorot. Porsi Tuhan benar-benar melampaui batas mimpiku, rencana Tuhan seperti kado spesial yang begitu mengejutkan. Di tengah kilatan kamera, aku merasa emosional. Dengan senyuman lebar, aku menitihkan air mata setelah berpose di catwalk center. Meski ini bukan bagian dari mimpiku, tetapi aku yakin ini bisa jadi mimpi orang lain. Bukankah kita yang merasakan patut mensyukuri, kan? Ini juga kulakukan untuk saudari tiriku yang terbaring di rumah sakit. Ini adalah mimpinya.

Pintu masuk backstage terlihat, Amara muncul dengan gaun yang berbeda, lagu berganti judul. Alunan musik, suasana dan para penonton perlahan masuk ke dalam show. Seperti apa yang diharapkan, show terlihat berjalan lancar.

Keluar dari panggung, aku berlari menuju lemari ganti. Di sana sudah ada desainer dan para asisten untuk menggantikan gaunku dengan secepat kilat. Meski aku juga harus berhati-hati karena punggungku masih dalam perawatan. Setelah siap, aku berdiri di belakang model ke-14. Kembali melenggok memutari catwalk, begitu pun dengan gaun selanjutnya. Tidak ada yang bersantai, semua bekerja dengan keras.

Lagu Scars To Your Beautiful menjadi lagu penutup untuk segment show Shabiru Mode, biasanya setelah para model tampil akan keluar desainer yang merancang busana, namun untuk kali ini tidak hanya itu.

Aku meminta semua yang terlibat untuk menampilkan dirinya ke atas panggung dan berjalan seperti para model di atas catwalk. Dari para desainer, asisten desainer, para penjahit, terakhir aku dan Pak Shaka. Ini perjuangan bersama, sukses pun harus bersama. Di depan layar, di balik layar kita adalah sama. Tidak lupa juga, aku meminta David untuk menampilkan foto terbaru para model yang gagal tampil.

Malam yang dingin ini terasa hangat, terlebih lagi ketika mendapat apresiasi penikmat busana dengan standing applause mereka. Aku tidak lagi bisa menahan rasa emosional dalam hatiku, aku menangis bahagia sambil melambaikan tangan.

Jika bukan karena kalimat Pak Shaka tadi malam, aku tidak akan berani menemui para model untuk meyakinkan mereka bahwa kita baik-baik saja meski hanya berlima belas, kita pasti bisa meski setengah dari kita tumbang. Kita masih bisa professional, kita bisa tampil dan kita bisa sukses.

"Aku tau kalian takut dan gugup, its okay, me too. But, I just wanna say... bukan hanya harapan dan mimpi ke enam belas teman kalian yang sekarang terbaring di rumah sakit ada pada kalian. Tetapi, deep voice of heart dari jutaan perempuan yang merasa terpandang sebelah mata juga ada pada kalian. This the time to make the world knows... tidak ada perempuan yang tidak cantik, semua perempuan cantik. Semua tanpa terkecuali. Ini adalah kesempatan buat kalian agar tidak lagi menjadi objek penilaian," kataku subuh itu kepada keempat belas model yang saat itu merasa ragu untuk melanjutkan show.

Salah satu model yang berhijab, Kalisa adalah yang pertama berdiri dan mengatakan kesiapannya untuk berjuang hingga akhir. Dari Kalisa, diikuti para model lainnya. Di dalam kamar hotel itu kami menumbuhkan kepercayaan diri kita, kita bisa melewatinya, kita bisa berjuang apa pun nanti hasilnya.

Dan inilah hasilnya, we did it! Im so happy!

Ini akan terdengar sedikit tidak waras, tetapi aku tidak bisa memungkiri bahwa aku harus berterima kasih kepadanya, suami kontrakku, duda gila itu.

Di belakang panggung, kami merayakan kesuksesan ini. Aku memeluk Amara, Keila, Kalisa, dan model lainnya satu persatu. Aku juga memeluk para desainer, penjahit, dan staff yang sudah bekerja keras.

"Tidak mau memelukku juga?" David melebarkan tangannya sambil tersenyum lebar.

"Sure," kataku sambil berjalan kearahnya, bagaimanapun juga dia bagian dari show ini, jika tidak ada dia aku tidak tahu siapa yang akan menjaga para model selama pelatihan dan show ini. Dia sudah bekerja keras dengan baik. Aku mengangkat dua tanganku untuk menyambut pelukan untuk David, tiba-tiba Pak Shaka menarik kerah baju David membuat pria itu terseret ke belakang tubuh jangkung Pak Shaka.

Kontan aku menurunkan tangan, memasang wajah sinis, "Mau dipeluk juga?" tanyaku iseng sambil mengangkat dua tangan.

Satu sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman miring, "Ada wartawan Internasional ingin memewancarai, persiapkan dirimu lima belas menit lagi." Setelah mengatakan itu, dia melangkah pergi.

Baru saja aku menurunkan dua tanganku, tiba-tiba dia datang lagi dan langsung memelukku. Aku terkejut jika tawaran iseng tadi benar diterimanya, aku merasa napasku terhenti ketika merasakan hangat tubuh Pak Shaka memeluk.

"Congratulation," ucapnya tepat di sebelah telinga kiriku, aku mematung sejenak, "urusan kita belum selesai, aku harap kau tidak lupa itu," lanjutnya yang membuatku melotot penuh.

Aku tersadar begitu pria itu melepas pelukan dan melangkah pergi. Karena dilihat banyak orang, aku langsung mengubah ekspresi terkejutku dengan senyuman lebar. Lalu kembali melanjutkan memberi selamat kepada para model dan staff.

Pria itu benar-benar, tidak bisakah membiarkanku menikmati momen bahagiaku?

***

Kedai CinderellaWhere stories live. Discover now