27. Misi Menaklukkan Hati Alisa (2)

45.6K 7.3K 1.2K
                                    

Rombongan Shabiru Mode pulang setelah keenam belas model yang dirawat di rumah sakit dinyatakan dalam kondisi stabil. Meski gagal tampil, keenam belas model tersebut tetap merasa bangga dan bahagia karena show sukses besar. Kecuali Fastelin yang tidak terima mimpinya gagal terwujud, dia memohon kepadaku jika ada show nanti untuk mengajaknya lagi. Aku tidak bisa berjanji karena kewenangan show mungkin bukan milikku lagi.

"Besok saya ke sini lagi untuk mengganti kasanya," kata perawat sambil membantuku memakai baju setelah perawatan luka di punggungku.

Aku mengangguk, "Terima kasih, ya."

Kini giliran dia yang mengangguk, "Omong-omong, Congratulation for the show, itu sangat menganggumkan."

Aku tersenyum lebar mendengar itu, "Thank you."

"Saya permisi, ya."

Aku mengangguk sembari merebahkan punggung ke tempat tidur, menatap langit kamar yang menampakan lukisan awan biru. Sangat indah, entah kenapa baru sekarang aku merasa terbiasa dan nyaman dengan tempat ini. Meski terkadang aku merindukan kamar yang sempit di rumahku yang dulu.

Setelah kontrak ini berakhir, aku akan membeli rumah itu. Tabunganku selama tiga bulan menjadi istri kontrak duda gila sudah banyak, mungkin tidak hanya membeli rumahku yang dulu, tetapi juga membeli apa yang pernah terlewat untukku, pendidikan desain. Aku masih ingin kuliah meski ya...sedikit terlambat. Ah lagian, tidak ada batasan usia untuk mengejar mimpi, kan?

Kurang tiga bulan lagi kontrak ini berakhir, tetapi aku belum bisa mendapatkan hati Alisa. Nyaris, karena sikap egoisku aku kehilangan kesempatan itu. Sekarang apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan hatinya kembali? Bagaimana? Cara apa?

"Jadilah ibu untuk anakku, maukah kau jadi ibu untuk anakku?" perkataan duda gila saat pertama kali kita bertemu tiba-tiba muncul di benakku.

Kenapa? Apa maksudnya? Aku memejam, mencoba menemukan korelasi perkataan itu dengan situasi yang aku hadapi saat ini.

"I got it!" cetusku sembari membuka mata lebar. Aku mendapatkan ide cemerlang yang selama ini sering aku abaikan.

Untuk mendapatkan hati dan perhatian Alisa, aku harus melakukan apa yang seorang ibu lakukan. Memasak, membantunya mengerjakan PR, mengantarnya pergi ke sekolah, membacakan dongeng sebelum tidur. Intinya, aku menghidupkan istana dingin ini!

"Ohoo, Sabella, you are smart girl," pujiku pada diriku sendiri sambil tersenyum lebar, kesenengan.

"Aku rasa voicenote itu bukan membicarakanku, tetapi membicarakan dirimu sendiri."

Meski terkejut dengan kedatangan duda gila itu secara tiba-tiba di pintu kamarku, aku mencoba bersikap biasa saja. Aku tidak mau sampai dia tahu ekspresi mukaku yang penuh dengan rencana-rencana.

"Bisa tidak ketuk pintu dulu? Aku tahu ini rumahmu, tapi please jaga batasanmu dengan privasiku," cibirku tidak terima dengan sikap seenaknya sendiri.

Tok! Tok! Dia mengetuk pintu dua kali, aku memutar bola mata jengah. Benar-benar pria satu ini, tidak pernah gagal membuatku emosi.

"Ada apa?" tanyaku dengan nada ketus.

"Boleh aku masuk?"

Aku terkekeh sumbang, menertawakan izinnya padahal tadi dia melupakan etika itu. "Tetap di tempatmu, katakan apa urusanmu menemuiku? Aku mau beristirahat."

"Kalau lusa kau merasa sehat, pergilah ke kantor. Ada perayaan kecil-kecilan yang diadakan staff Shabiru Mode. Itu pun kalau kau mau datang," katanya.

Kedai CinderellaWhere stories live. Discover now