Jingga

765 180 272
                                    

SMP ADIJAYA JAKARTA

Pukul 11.30, siang terik bel sekolah berbunyi tiga kali menandakan waktu sekolah telah usai.

Siswa-siswi remaja keluar dari gerbang depan. Terlihat, salah satu siswa remaja melambaikan tangan kepada beberapa temannya untuk berpisah arah, berjalan menuju rumahnya yang tak jauh jaraknya dari sekolah.

Ia berbelok ke kiri. Langkah kakinya terhenti ketika melihat seorang gadis tak jauh didepannya, yang mungkin hanya berbeda beberapa tahun dengannya.

Gadis itu tengah kesusahan berjalan di trotoar jalan Raya yang panas dan tak ada pohon lebat untuk meneduhinya itu.

Gadis tersebut berjalan terseok karena luka dikakinya dan berjinjit karena panasnya jalan. Sengan kaki kotor dan satu sandalnya yang putus ia jinjing menggunakan tangan kirinya.

Pemuda itu menipiskan bibir sembari mendengus. Tadinya ia ingin langsung melewati gadis itu namun tak tega juga melihatnya.

Entah dorongan darimana pemuda itu melepas sepatunya dan menghampiri gadis itu. Tanpa basa basi ia menyodorkan sepatu sekolah berwarna hitam miliknya.

"Nih, pake," kata pemuda itu, menyodorkan sepasang sepatunya dengan wajah datar.

Gadis itu mendongak. Sedikit melongo tiba-tiba diberi sepatu oleh orang yang tidak ia kenali sama sekali.

"Ck! cepet keburu kaki gua kebakar," sarkas pemuda tersebut. Menunjuk kakinya hanya memakai kaos kaki putih. Gadis itu pun mengerjap kaget, langsung menerima sepatu begitu saja.

Pemuda itu juga mengambil botol air dari dalam tasnya dengan sisa air minum yang ia bawa sekolah tadi. Lantas ia menyodorkannya.

Tak berpikir lama, gadis itu pun menerima botol itu dan membersihkan kaki kotornya sembari berjongkok memakai sepatu. Selesai ia memakai sepatu, pemuda itu langsung melenggang pergi tanpa bicara.

"Tunggu," tahannya, membuat pemuda itu berhenti dengan posisi masih membelakanginya.

"Siapa?" tanyanya, sedikit memajukan diri.

"Gua males kenalan kalo ngga kenal sama orang," jawab pemuda itu menggantung tapi tak ada lanjutnya juga.

Gadis itu mengernyitkan dahinya. Langsung menyahut ketika melihat pemuda itu melangkah lagi.

"Gue mau balikin, besok!"

Pemuda itu menipiskan bibir dalam diam.
"Gak perlu. Udah ngga muat gua pake," katanya dan mulai berjalan santai membelakangi gadis itu. Tanpa menoleh sedikitpun.

Dalam hati, sebenarnya pemuda itu juga bingung dengan dirinya sendiri, kenapa ia malah memberikan sepatunya kepada gadis yang tak ia kenali itu.

Gadis itu menatap punggung pemuda di depannya yang semakin menjauh dan beralih menatap sepatunya. Ia menautkan kedua alisnya. "Udah ngga muat? tapi tadi dia cuma pake kaos kaki kayak abis lepas sepatu ini."

"Males kenalan kalo ngga kenal? Ya kan fungsinya kenalan biar bisa kenal sama orang yang ngga dikenal."

Gadis itu menggeleng. Bingung dengan ucapan pemuda itu atau bingung juga dengan kalimat yang baru di ucapnya itu.

"Aneh."

Ia menatap ke depan. Masih terlihat sedikit bayang punggung pemuda itu yang semakin tenggelam dalam pandangannya. Tanpa sadar, kedua sudut bibir gadis itu tertarik ke atas.

"Jingga," gumamnya.

Namun tak lama lamunan gadis itu buyar ketika ada yang memanggil namanya.

"Fairy," panggil pria paruh baya yang saat itu berdiri di sampingnya.

"Eh! ya?" Fairy tersentak, agak linglung dan menoleh. "Eh Papa."

. . .

Hallo :)

Fyi, ini fiksi remaja SMA. Anggaplah saja SMP ini tempat mampir sebentar beli cemilan 😗

Gimana para readers lanjutin jangan?

Don't forget to vote and coment!

Thankyou :)

Salam hangat
awalian

 Jingga (Hiatus)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant