Olimpiade Matematika

61 26 11
                                    

Aku dan yang lainnya memasuki mobil yang sekolah sediakan. Tujuan kami kini adalah sebuah universitas ternama di kotaku. Masih sama dengan kampus Kak Angkasa. Karena olimpiade itu memang di adakan di sana.

Aku duduk di paling belakang, dan sendirian. Aku lebih suka kayak gini. Dan kayaknya mereka gak mau duduk disampingku juga.

"Anak anak, sudah sampai. Ayo turun!" perintah Bu Amanda pada kita semua.

Satu persatu dari kami semua turun dan mukai menapakkan kaki di sebuah tanah luas nan lapang. Dapat ku lihat sebuah tugu abu abu dan biru bertuliskan Universitas Senara.

Ya, itulah tempat kita akan berjuang.

Universitas ini cukup luas. Aku tak tahu dimana tempat pasti atau ruangan olimpiade itu akan dilaksanakan, tapi kemarin Kak Angkasa bilang ruangannya dekat dengan gedung fakultas Kak Angkasa.

Aku hanya mengekor Bu Amanda dari belakang. Tepatnya paling belakang dari semua orang. Entahlah, kali ini semua orang seperti tidak suka akan kehadiranku. Apalagi si paralel satu itu yang entah siapa namanya akupun lupa. Dia menatap tak suka padaku sedari tadi.

"Oke, akan ada acara pembukaan di aula. Setelah iu, kalian akan di arahkan menuju ruang kalian masing masing," jelas Bu Amanda yang mulai memasuki aula yang sangat luas nan megah serta sangat aesthetic.

Bu Amanda mengarahkan kami semua pada kursi kosong yang akan kami tempati. Aku menyapu pandanganku ke seluruh ruangan ini. Muncul ke khawatirkan pada diriku. Karena banyak sekali siswa dari sekolah lain yang juga ikut berpartisipasi dalam lomba ini.

Aku duduk di barisan anak anak dengan bidang olimpiade matematika. Kami di pisah sesuai bidang olimpiade yang kami ikuti.

Tak beberapa lama, seorang bapak bapak kira kira seumuran ayah naik ke atas podium. Bapak itu membuat semua perhatian kami yang terpecah kemana mana menjadi tertuju pada satu hal. Ya, siapa lagi kalau bukan bapak itu.

Setelah dia memulai berbicara, aku tahu beliau bernama Bapak Cahyadi. Dia adalah rektor universitas ini. Dia sedang menyampaikan sambutan di depan sana. Pak Cahyadi juga bilang, siapa saja pemenang olimpiade ini, dia tak hanya mendapatkan uang tunai dan piala tapi juga mendapatkan beasiswa full di universitas ini. Ini sangat menggiurkan buka bagi siapa saja yang mengikuti olimpiade ?

Acara sambutan kali ini tak berlangsung lama. Mungkin pihak universitas takut jika semakin lama sambutan, maka otak orang orang cerdas disini malah jadi ambyar. Haha, itu cuma opiniku saja sih. Setelah acara sambutan selesai, acara olimpiadepun sepertinya akan segera di mulai. Para peserta dari bidang olimpiade lain sudah di arahkan oleh para mahasiswa yang ikut membantu acara ini ke ruang mereka masing masing. Sementara aku, belum juga ada seseorang yang mengantar kami.

"Hai adik adik !"

Aku mendengar suara seseorang yang tak asing di telingaku. Benar saja, saat aku memalingkan wajahku mencari si pemilik siara itu, ternyata aku memang mengenalinya. Dia kakakku. Kak Angkasa.

"Perkenalkan nama Kakak Angkasa. Kalian bisa panggil saya Kak Aksa," ujar Kak Angkasa yang terlihat ramah pada semua orang terkecuali padaku.

'So iye ih si Angkasa.' ucapku membatin.

"Oke adik adik, kakak akan membawa kalian semua pada ruangan kalian. Ayo ikuti kakak !"

Semua orang yang mengikuti bidang olimpiade yang sama denganku langsung saja mengekor kak Angkasa. Kak Angkasa membawa kamu semua keluar dari aula menuju ke sebuah ruangan bertuliskan 'Ruang Olimpiade Bidang Matematika' menggunakan kertas HVS yang tertempel di pintu.

"Nah, adik adik, ini ruangan kalian." Kak angkasa membuka pintu dan nampaklah isi dari ruangan yang mungkin sekitar beberapa jam ke depan akan aku tempati. Ruangnya cukup nyaman dan luas. Kami semua langsung pergi mencari kursi kami masing masing. Oh iya, sebelumnya kami juga sudah di beri kartu pengenal dan nomor duduk. Ya, tujuannya agar tidak saling berebut dan teratur.

AwanWhere stories live. Discover now