Pergi

258 150 39
                                    

Tidur tadi cukup nyenyak. Gue lalu mendelik menuju jam diding yang terpasang di sini. Dan ya, sekarang udah jam 10. 00 WIB. Berarti gue tidur udah 2 jam. Lumayan lama juga ya gue tidur. Hebat kau Awan !

Saat gue bangun ruangan itu kosong. Om tua itu udah gak ada.

"Dia kemana?"

_____

Belum gue menginjakan kaki di lantai, ada sebuah kertas di samping bantal yang bertuliskan, 'Saya ada urusan, jadi saya pergi. Dan saya sudah menaruh uang di meja untuk kamu pulang. Untuk kunci apartemen ini simpan saja di bawah keset. Dan satu lagi makanannya jangan lupa di makan.'

Kira kira seperti itu isinya. Dan setelah gue mengedarkan pandangan gue di meja yang ada di ruangan ini memang ada beberapa lembar uang seratus ribuan yang sudah ada di atas meja dengan beberapa makanan di sekitarnya.

Gue mulai melangkahkan kaki ke meja. Gue bukan orang munafik. Gue juga lapar, gue butuh makan. Alhasil gue makan semua makanan yang ada di sana sampai tidak menyisakan apapun kecuali piringnya.
Dan uang yang ada itu juga gue ambil. Karena gue juga butuh duit buat naik taksi.

Setelah gue rasa gue udah selesai dengan tempat ini, gue segera memakai heels yang semalam gue pake dan gue mulai melangkahkan kaki ke luar dari apartemen itu.

Tak lupa gue menutup pintu dan naroh kuncinya di bawah karpet sesuai dengan perintah si Om itu. "Jadul banget sih. Apartemennya super mewah, tapi masih nyimpen kuncinya di bawah karpet. Dasar orang aneh."

Gue gak ngambil barang apapun di sana ke cuali uang yang emang dia kasih. Gue gak mau di tuduh mencuri. Dan yang paling penting, gue gak mau ketemu lagi sama dia, gue gak mau lagi liat wajah dia. Dan semoga ini yang terakhir kalinya kita ketemu.


Gue pergi menuju lobi dan keluar dati gedung ini. Dan setelah gue perhatikan ternyata gue tau letak gedung ini. Dan sebenernya gue bisa pulang dari tadi. Tapi karena gue yang bego dan nurutin apa kata om itu pun alhasil menyebabkan gue terjebak di tempat yang gak pengen lagi gue kunjungin itu.

Karena gue udah tahu lokasi sekarang gue berada, gue langsung nyetop taksi dan pulang ke rumah.

☁☁☁

Sekarang rumah gue udah terpampang di depan mata. Rasanya gue kangen banget tempat ini. Gak tahu kenapa, tapi sehari doang sama dia kayak satu tahun buat gue.

Gue turun tari taxi dan dan melenggang menuju halaman rumah.
Saat gue masuk ke rumah, ternyata gak ada siapa siapa. Padahal ini hari minggu. Hanya terlihat beberapa pembantu yang sedang bersih bersih rumah.

"Kak Angkasa..! Loe dimana kak?" teriak gue memastikan jeberadaan orang itu.

Tak ada sahutan dari sang pemilik nama. Karena kak Angkasa gak ada, gue memutuskan untuk pergi ke kamar, lalu mandi.

☁☁☁

Kini badan gue udah segar. Gue baru saja selesai mandi. Gue langsung menuju lemari untuk mengenakan pakaian. Gue ngambil hot pants yang biasa gue pake dan baju kaos putih over size kesayangan gue. Lagian inikan cuma di rumah. Ya.. Pake baju nya yang sederhana aja keles.

Karena ngerasa bosan di kamar gue yang dari dulu gak pernah ganti cet tembok, gue memutuskan untuk pergi menuju taman menjernihkan pikiran gue yang mumet.

Tapi sebelum itu gue pergi dulu ke dapur untuk mengambil beberapa cemilan kesukaan gue.

"Bi, Kak Angkasa mana?" tanya gue pada salah seorang pembantu yang kebetulan lewat.

"Tadi sih ada non. Emang non gak liat?"

"Enggak Bi, gak ada tuh." kata gue pada bibi pembantu itu. "Kalau ayah sama bunda kemana bi? Kok gak ada juga?" lanjutku.

"Kalau Tuan dan nyonya pergi keluar non. Ada urusan katanya." jelas si bibi.

"Oh.. Gitu. Oh iya bi, buatin jus mangga dong!"

"Iya non."

Si bibi itu langsung pergi membuat jus mangga yang gue inginkan. Jadi gue cuma duduk duduk di meja makan aja sambil nunggu jus yang si Bibi buat jadi.

"Ini non jus nya sudah jadi. Silahkan non." ucapnya sopan.

"Makasih bi."

Gue langsung membawa cemilan dan jus itu ke taman yang ada di belakang tumah gue.

Taman sudah ada di di hadapan. Rumputnya asli, bukan rumput sintetis, rapih pula karena selalu di jaga. Tempat ini juga selalu di pake kalau ada pesta pesta yang di adain di sini. Sebab itu daetaah taman ini sangat di jaga keindahannya.

Gue mulai berjalan menuju kursi taman yang ada di sana.
Sebelum gue melangkah kan kaki, gue juga ngeliat ternyata Kak Angkasa ada juga sedang duduk di sana.
Tapi, tunggu ! Dia gak duduk sendiri. Dia sama seorang cewek. Mana mesra banget lagi. Gua harus kesana sebelum apa apa yang gak dinginkan terjadi.

"Woy. Kak!"

Kak Angkasa dan cewek nya otomatis menoleh ke arah gue yang berteriak memergoki mereka berdua.

Saat mereka berdua noleh, nampaklah wajah si cewek itu. Wajah yang gak asing buat gue. Cewek itu gue kenal. Kenal banget malah. Dia ngapain disini?

"Cewek itu....."

Bersambung...

AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang