LDR ?

9 5 11
                                    

Hari ini, aku akan terbebas dari seragam putih abu abuku. Hari perpisahan.

Ayah, Ibu, Kak Angkasa, Kak Nabila dan aku kini berada di mobil. Kita sama sama pergi ke sekolahku. Aku rasa, setelah sekian lama, baru kali ini kita menaiki mobil bersama. Kak Angkasa sedari tadi sibuk bising dengan celotehan dan jokes nya. Ayah dan Bunda juga tertawa dibuatnya. Sementara Kak Nab yang selalu menjadi sasaran empuk candaan kak Angkasa hanya bisa sabar dan merengut. Sampai disini aku berpikir, kenapa keliargaku tidak seperti ini saja dari dulu? Aku hanya berharap semoga kita terus seperti ini selamanya. Penuh dengan canda tawa dan bahagia.

Mobil yang ku tumpangi ini sudah memasuki gerbang sekolahku yang di kiri kanannya terdapat pohon pohon hijau yang menjulang.

Ayah memarkirkan mobilnya, dan satu persatu dari kita mulai turun. Kita semua berjalan menuju ke aula sekolah.

Aula sekolah ini sudah dihias dengan begitu indah. Saat aku masuk, kesannya sangat mewah dan elegan. Yah.. akhirnya aku sampai di titik ini. Tak kusangka aku bisa membuktikan pada semuanya bahwa aku berhasil.

Seperti acara kelulusan pada umumnya. Ada sambutan, pemberian penghargaan dan lain lain. Beberapa sambutan yang disampaikan membuatku terkadang beberapa kali menguap. Aku duduk di barisan kiri bersebelahan dengan Bintang dan Hani tentunya. Sementara keluargaku duduk di barisan kanan.

"Wah, kita udah bebas sekarang," obrol Bintang.

"Eh, kuliah dulu Bintang.." Tekan Hani.

"Gue mau langsung nikah aja lah. Gak kuat otak gue."

"Astaga.." sahut Hani

"Nikah sama siapa kamu ?" Tanyaku

"Kakak lo lah."

Aku dan Hani terdiam sejenak dan saling memandang. Tubuhku mendadak merinding mendengar ucapan bintang.

"Gak gak gue bercanda. Gue juga bakal kuliah kali. Bisa habis dimarahin bokap kalau gue gak kuliah."

Hatiku mengucapkan syukur seketika. Dasar Bintang. Hobinya bercanda saja.

"Oh iya selfi dulu yuk." Ajak Hani. Dia mengeluarkan ponselnya dan kitapun berswafoto sebagai pengingat di suatu saat nanti bahwa kita bertiga pernah berada di titik ini.

Acara demi acara telah selesai. Aku dan keluargaku tentunya pulang, mau kemana lagi. Yah ini hanya kelulusan SMA. Mau senang senang juga malah inget kalau ini bukan akhir. Aku harus kuliah yang mungkin akan lebih sulit dari ini. Dan juga aku memutuskan untuk ke Amerika.

Iya, aku sudah meyakinkan orang tuaku untuk sekolah di sana. Tapi, walau mereka setuju, masih ada satu perasaan yang mengganjal di hatiku. Haidar.

Aku akan pergi meninggalkannya. Aku tidak tahu apakah aku sanggup dengan hubungan jarak jauh ini. Apakah aku sanggup jika tidak ada dia lagi di sampingku nanti.  Pertanyaan seperti itu selalu berputar di pikiranku.

Sampai di rumah aku langsug pergi lagi ke taman dekat perumahan untuk bertemu seseorang. Aku mampir dulu ke mini market untuk membeli minuman teh hijau kesukaanku. Aku membeli dua. Untukku satu dan satunya untuk orang yang ku temui itu.

Tamannya tidak terlalu ramai tapi masih ku lihat ada satu dua orang yang lewat. Ku lihat sekeliling untuk memastikan keberadaannya tapi tidaak ada. Menyebalkan sekali. Tadi dia minta datang cepat sekarang malah dianya yang gak ada.

"Ish.. kemana sih tuh orang..." gerutuku.

Sampai tiba tiba, ada dua buah telapak tangan yang menutup mataku membuat semua nya jadi gelap.

"Hey.. siapa sih ini ?" Kesalku

"Tebak."

Aku tertawa mendengar suaranya. "Udah deh dari suaranya aja aku udah tau kamu siapa."

AwanOnde histórias criam vida. Descubra agora