Resmi Jomblo

212 132 23
                                    

" Ih.. Kalau berangkat sendiri harus nungguin angkot dulu. Jadi makin telat nanti.. Antetin ya.. Please..! Please..! Ya? Ya? Ya? Kak Angkasa ganteng deh hari ini.. "

" Ck yaudah ayok."

" yes! "

_____

Gue sama kak Angkasa lalu bergegas menuju mobil kesayangannya nya Kak Angkasa. Mobil itu sudah terparkir rapi di depan rumah. Gue dan kak angkasa langsung masuk ke mobil dan berangkat.

Tak sampai 10 menit, mobil sudah sampai di tujuan. Gue pun beranjak turun.

" Eh.. Tunggu!" ucap Angkasa yang menghentikan semua gerakan gue.

Gue memutarkan mata jengah " ih.. Apaan sih.. Nanti telat." jawab gue gak sabaran.

" Salim dulu dong. " sambil menyodorkan tangannya ke hadapan muka gue.

Gue menerima tangan itu dan nyalamin tangan kakak gue.

Saat gue turun, untungnya gerbang masih terbuka lebar. Gue selamat kali ini. Masa iya gue telat. Baru sekolah satu hari di sini udah telat aje.

Gue mulai masuk ke sekolahan menuju ruangan kelas. Sesampainya di kelas, ruangan terlihat seperi biasa. Gaduh, berisik, dan bising khas ala ruang kelas pada umumnya.

Gue langsung menempati tempat duduk gue. Di sana juga udah ada Hani dan Bintang.

" Hai." Sapa gue.

" Hai. " balas mereka berdua.

" Kenapa loe telat sih?" tanya Bintang.

" Gue males cerita." jawab gue singkat.

Terlihat Bintang mendengus kesal karena jawaban gue. Emang iya gue lagi males. Kan mood seseorang bercerita itu tidak bisa datang secara tiba tiba.

Baru beberapa detik gue duduk, bel kemudian berbunyi. Dan semua orang yang ada di sini langsung duduk di tempat mereka masing masing.

Tak beberapa lama menunggu, akhirnya salah seorang guru pun masuk dan memulai pelajaran hari ini. Kayaknya untuk hari ini gue mau fokus belajar aja. Gak bakal tidur kayak kemaren. Buat yang lainnya, jaga jaga ya.. Karena kali ini gue bakal fokus belajar.. Hahahaha momen langka banget ini.

Empat jam sudah berlalu. Guru yang tadi ngajar juga sudah keluar. Sekarang bagian jam istirahat lah yang sedang menempati posisisinya.

Berarti, ini adalah waktu gue untuk beraksi.

" Awan. Loe udah siap?" tanya Bintang memastikan.

" Siap kok. Loe tenang aja.. Gue mah selalu siap."

" Ada apa sih?" tanya Hani bingung.

" Ah.. Nanti loe juga tahu." Jawab Bintang.

Hani hanya menghembuskan napas panjang. Mungkin dia kesal. But, bodo amat hahaha.. Toh nanti dia juga tahu sendiri.

Gue lalu mulai keluar kelas mencari keberadaan Dafa. Oh iya lupa kasih tahu, kalau gue sama Dafa itu satu sekolah tapi beda kelas.

Jam istirahat begini, biasanya dia ada di lapangan buat main basket. Emang ternyata bodo banget ya tuh orang. Disaat yang lain pada makan di kantin untuk mengisi tenaga, dia malah main basket kayak gini yang dimana kegiatan itu buang buang tenaga. Awan.. Awan.. Apasih yang lu liat dari orang itu sampe loe dulu cinta mati banget sama dia.

Sampai di lapang basket terlihat Dafa di sana. Dia terlihat sedang mendrible bola di tangannya dengan lincah. Gue emang akui dia jago banget main basket. Yaiya lah wong dia aja kapten basketnya. Masa iya gak jago.  Kalau begitu, itu penipuan publik namanya

Dafa terlihat fokus banget sama permainannya. Sampai gue yang berdiri di tepi lapangan tak juga dilihatnya. Namun tak lama kemudian, dia menyadari kehadiran gue dan kemudian tanpa basa basi langsung menghampiri gue.

"  Awan. Kamu mau ngapain disini?" Tanya Dafa

" Kita harus bicara." ucap gue serius.

" Yaudah tinggal bicara aja." jawab Dafa enteng.

" Gak disini. Disini rame." ucap gue ketus.

Lalu, gue memutuskan untuk pergi ke taman sekolah karena tempat itulah yang kini terlihat kosong.

Gue kini berdiri di Hadapan Dafa. Dari sorot mata yang gue lihat, Dafa kayaknya bingung kenapa gue ngajak dia ke tempat ini. Lalu, diapun bertanya " Kamu ngapain ngajak aku ke sini?"

kuatkan hati loe Awan.. Ini pasti sangat rumit.
Ok gue langsung to the point aja.

" Gue mau, kita putus!" ucap gue ketus.

" Loh. Kamu jangan bercanda dong! Emangnya kita ada masalah apa? Kenapa kamu tiba tiba minta putus?" tanya Dafa bertubi tubi

Gue masih gak bergeming. Antara bingung mau ngomong apa, dan gue gak mau ngomong tentang malam itu.

" Jawab Awan! Apa alasan kamu buat mutusin hubungan ini ? " tanya dia lagi dengan agak kecewa.

" Gak ada. Gak ada alasannya." jawab gue bohong dengan suara parau.

" Hah? Terus kenapa kamu minta putus?" tanya dia lagi.

" Gue cinta sama loe itu gak butuh alasan Daf. Dan untuk melepaskan diri gue dari cinta yang loe tanam di hati gue juga gak perlu alasan. Gue mau, hubungan kita cuma sampai disini aja!" ucap gue yang tiba tiba diiringi dengan isakan tangis.

Sebenernya diri dan pikiran gue kuat. Tapi ternyata di hati gue masih ada terselip kartu cinta Dafa. Kartu yang dia selipkan di lembar hati gue yang sampai sekarang gue gak bisa ambil dan buang itu kartu karena belum nemu halaman yang tepat. Dan itu yang buat gue jadi sedih kayak gini.

" Gue pergi !"

" Awan!" teriak Dafa yang menyusul gue kala berlari meninggalkan dirinya.

Kenapa dia jadi ngejar...?

Bersambung...

AwanWhere stories live. Discover now