Benci Dibalas Benci

156 100 10
                                    

"Ya ampun adek yang ga ada ahlak sama kakaknya ya loe!" teriak Kak Angkasa dari belakang.

Gue yang mendengar itu hanya mengangkat tangan dan menunjukkan jari tengah. Males banget berdebat untuk saat ini.

Satu hari lagi yang panjang dengan sedih dan bahagia yang bersamaan.

_____

"Ah...."

Gue merebahkan diri di kasur empuk yang ada di kamar gue. Gue menatap nanar langit langit kamar yang sengaja diberi lukisan awan awan yang sangat indah.

"Sebenernya gue itu masih suka sama si Dafa gak sih? Atau ternyata gue malah suka sama Haidar?" tanya gue bermonolog pada diri sendiri yang masih setia rebahan.

Sesulit itu ya yang namanya cinta. Sampe sampe gue gak bisa nebak siapa yang gue cintai.

Gue memejamkan mata dan secara tidak sengaja gue tertidur.

Gue terbangun pukul delapan malam. Gue yang inget belum mandi, langsung membawa handuk dan bergegas pergi ke kamar mandi.

Selesai mandi, gue ngerasa perut gue laper. Padahal tadi gue udah makan kue coklat banyak banget. Emang ya, orang Indonesia tuh belum merasakan kenyang sebelum makan nasi.

Gue memutuskan untuk pergi ke dapur mencari makanan. Biasanya, Bunda selalu menyisakan makanan untuk Ayah. Tapi, seperti biasa, ayah tidak pernah datang. Kasihan sekali Bunda. Dia sudah susah payah memasak untuk semua anggota keluarga, tapi malah perjuangannya itu sia sia saja.

Saat gue turun, terdengar suara alunan musik romantis dari taman belakang. Gue penasaran dengan apa yang terjadi. Lantas, gue pergi menuju taman belakang untuk memastikan kejadian aneh apalagi yang sedang terjadi di rumah gue.

Saat gue berada di taman belakang, nampaklah kak Angkasa dengan kekasihnya tercinta Bintang. Mereka sepertinya tengah melakukan makan malam romantis di luar ruangan dengan diselimuti angin malam serta langit yang bertabur bintang diiringi lagu romantis yang menambah keindahan.

Gue memperhatikan dua sejoli yang sedang di mabuk asmara itu dari jauh. Ternyata kak Angkasa orang yang romantis juga ya. Gue jadi inget Dafa sekarang. Dia lagi ngapain ya?

"Dafa." gue berguman di kesendirian.

Gue langsung berhambur ke dalam rumah dengan perasan bahagia yang datang tiba tiba. Senyum tak pernah terlihat lepas dari gue sekarang. Entah lah setiap kali mengingat Dafa, gue jadi sangat bahagia. Tapi juga membuat gue bingung seketika.

Bingung apakah gue masih mencintainya, ataukah ini hanya perasaan biasa, atau juga inikah yang namanya sulit untuk move on? Entah lah. Gue juga tak tahu.

Gue tak jadi makan. Melihat dinner romantis tadi tiba tiba membuat perut gue kenyang. Gue kembali ke kamar sekarang.
Gue tak langsung tidur. Gue duduk di jendela kamar yang lumayan besar sambil menikmati keindahan malam.

"Ternyata Dafa ya?" tanya gue pada diri sendiri.

Ya, akhirnya gue tahu siapa yang sebenarnya gue cintai. Dafa Aditya. Orang yang selalu bersama gue hampir seumur hidup gue. Gue dan Dafa emang udah temenan dari kecil banget. Sampai sampai kita lupa kapan kita saling kenal.

AwanWhere stories live. Discover now