04

57 38 20
                                    

Alarda telah duduk di kursi kebesaraannya, mengerjakan pekerjaan yang makin lama, semakin banyak menumpuk. Suara decitan pintu membuat laki-laki itu menoleh dan mendapati sosok laki-laki paruh baya berpakaian formal sepertinya, namun di belakang laki-laki itu ada seorang wanita cantik sedang tersenyum.

Merasa sudah sedikit terancam Alarda bangun dari duduknya. Menatap penuh amarah pada laki-laki yang berstatus ayahnya. Ya, ayahnya, si Tuan Felza.

"Ada apa anda kesini?" Ekspresi wajah Alarda berubah sangat drastis. Yang tadinya biasa saja, kini menjadi dingin dan benar-benar datar.

"Santai saja anak tampan, saya kesini hanya mengantarkan sekertaris baru untukmu"

"Aku tak butuh sekertaris baru!"

"TURUTI PERINTAHKU!" Setelah bentakan itu, Alarda memilih diam dengan perasaan kesal bercampur amarah di hatinya.

"Kenapa tidak di perusahaanmu saja? Kenapa harus di perusahaanku? Memangnya kau siapa?" Alarda berjalan mendekat dan berhenti tepat dihadapan ayahnya.

"Di perusahaanku sedang tak membutuhkan sekertaris, tapi aku tahu kamu membutuhkannya di sini sebagai sekertaris kesatu. Turuti perintahku!!! Perlakukan dia dengan baik dan benar, karena dia sekertaris sekaligus calon ibu barumu"

"AKU TAK SUDI!!"

"JAGA PERILAKUMU!"

"Aku tak sudi mempunyai ibu baru! Ibuku hanya satu, yang selama ini selalu kau kurung di dalam kamar! Semakin tak sudi lagi, saat aku tahu wanita yang akan kau nikahi itu seumuran denganku! Dasar bapak tua yang tak tahu umur!"

PLAK

"Sebenarnya aku tak mau menamparmu, tapi aku harus. Lagi pula memangnya kenapa jika calonku masih muda? Lebih baik mencari lagi dari pada mempertahankan ibumu yang sakit-sakitan! Jika kau mau memakai calon ibumu ini juga boleh, silahkan cari lubang baru tinggalkan yang lama" Seakan tahu kemana ucapan ayahnya tertuju, kepalan tangan Alarda semakin erat. Apa-apaan laki-laki tua ini membawa urusan hubungannya dengan Neia

"Jangan membawa soal urusanku dengan Neia!" Entah kenapa, tapi Alarda rasa ayahnya ini benar-benar menguji kesabarannya. Apakah Tuhan tidak berniat mengambil nyawa laki-laki tua ini?

"Ternyata kau anak yang mudah diajak bicara rupanya" ucap Tuan Felza dengan kekehan mengejek. Jika saja Tuan Felza bukan ayahnya, mungkin kini laki-laki itu telah terbunuh dan nyawanya terbuang dilaut.

"Lebih baik kau pergi! Aku tak mau melihat wajahmu terlalu lama" dengan beraninya Alarda mengusir bahkan berbalik seakan tak mau menatap wajah laki-laki yang telah membesarkannya.

"Oke, tapi aku ingin bertanya. Sejauh mana misi'mu?"

"Sudah sampai di empat orang, sisanya nanti aku atasi" jawab Alarda lalu kembali duduk ditempatnya. Tuan Felza berdecih pelan. Dia merasa belum puas dengan jawaban Alarda.

Memang benar, setelah kemarin dia ketahuan oleh Neia, dan kekasihnya itu langsung marah lalu mengoceh panjang lebar, Alarda jadi semakin waspada. Dia lebih memilih menyewa seseorang untuk menjalankan misinya dan menyerahkan semuanya pada sahabatnya, Leon.

"Cih, kenapa harus nanti? Aku bilang secepatnya!" Ucap Felza yang sepertinya kesal mendengar pernyataan dari Alarda.

"Aku tak mau Neia curiga, bahwa kenyataannya aku kembali membunuh lagi. Dan kenapa kau protes? Lebih baik secara perlahan dari pada aku tak mau melakukan rencana bodohmu itu sama sekali" Alarda sedikit meninggikan suaranya, laki-laki itu benar-benar ingin mematahkan kepala ayahnya yang rakus itu. Sedangkan tuan Felza mendengar itu hanya tersenyum lalu berbalik menghadap wanitanya.

"Aku akan sering menemuimu" setelah mengatakan itu, tuan Felza pergi meninggalkan ruangan dan kini hanya tersisa Alarda dan wanita itu.

"Kau dengar! Ayahku akan selalu menemuimu dan itu tandanya dia akan sering mengunjungi perusahaan ini. Ternyata secara tak langsung, kau itu pembawa sial" ucap Alarda frustasi dengan mengacak rambutnya kasar. Sepertinya kesialan akan berlangsung selama wanita itu selalu berada disini, punya karma apa dia.

"Aku tak tahu apa-apa. Ayahmu yang menyuruhku disini. Memangnya dimana salahku? Aku hanya ingin bekerja saja" ucap wanita itu membela dirinya. selalu saja mengelak.

"Salahmu karena kau ingin berkerja, dan malah menumpang diperusahaanku! Kenapa memangnya? Menjadi jalang ayahku itu tidak cukup? Jika bisa, akan ku bayar semahal apapun dirimu asalkan kau tak berada di dekatku. Dasar wanita murahan!" Alarda melempar dokumennya tepat kehadapan wanita itu. Merasa dihina terlalu jauh, wanita itu menginjak dokumen dibawahnya lalu menatap Alarda.

"Jangan menghinaku! Akan ku pastikan kau berada di bawah tekananku laki-laki sialan!" Ucap wanita itu dengan emosi yang sudah ingin meluap.

"Memang kenyataannya begitu. Lalu kau bilang aku akan berada di bawah tekananmu? Tidak sudi!!! Kau lebih haram dari pada sebuah daging babi sekalipun!"

Wanita itu berbalik dengan tangan yang mengepal kuat. Luapan amarah benar-benar akan keluar, namun dia tahan demi kebaikannya. Dia berjalan keluar meninggalkan Alarda dengan wajah berantakannya.

Alarda bingung. Dia stres terus memikirkan semua beban hidupnya. Belum soal ayahnya dan kenapa dia harus bertemu wanita seperti itu. Di dalam lubuk hatinya, suatu ada perasaan buruk. Alarda merasa bahwa kehadiran wanita itu bukan hal bagus bagi hidupnya. Bagaimana jika Neia mengetahui dia mempunyai sekertaris wanita? Bagaimana jika kekasihnya akan mengamuk? Bagaimana nanti jika dia di putuskan? Hiks, Dia jadi takut.

Semoga Tuhan masih berpihak kepadanya. Bila perlu dia akan berdoa setiap saat. Ah, dia akan membunuh gadis itu saja, itu lebih baik bukan? Tidak ada anjing pengganggu dikeluarganya.






Tbc.

ALARDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang