19

28 14 14
                                    

Seorang wanita bertopi hitam berjalan dengan anggun di tengah banyaknya orang yang berlalu-lalang.

"Hey!"

Wanita itu berlari menghampiri seorang laki-laki memakai Hoodie biru lalu mereka saling berpelukan dengan erat. Melepaskan pelukan itu, dia melihat ke sekeliling, kenapa laki-laki yang dia tunggu tidak ada?

"Kenapa kau yang menjemput? Dia mana?"

Alerda menghela nafas kasar, lihat! Wanita ini tidak tahu terima kasih. Masih mending ada yang mau menjemputnya.

"Ayolah! Fokus denganku! Kau terlalu terobsesi pada Alarda"

"Ini tidak seru!" Wanita itu berjalan mendahului Alerda sambil menghentak-hentakan kakinya.

"Hey! Alarda itu sudah punya istri! Jangan terlalu berharap banyak" tiba-tiba wanita itu berhenti membuat Alerda tidak sengaja menubruknya.

"Aku bukan orang bodoh lagi! Aku tahu mereka itu hanya berpacaran saja tidak lebih. Lagian wanita itu masih sekolah menengah akhir, jangan berbohong!"

Alerda menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ternyata wanita ini semakin pintar ya, tidak seperti dulu yang gampang di kelabui.

"Tapi di pikir-pikir, mau ada apa kau datang lagi?" Wanita itu tersenyum penuh arti.

"Aku hanya ingin bertemu Alarda dan seseorang, kenapa memangnya?" Alerda menatap wanita di hadapannya bingung, wanita ini semakin aneh ya, Alerda juga menyadari bahwa wanita ini sudah dewasa, sudah mempunyai kesibukan sendiri tidak seperti dulu yang selalu merecoki.

"Ayolah, akan ku perkenalkan pada Neia" Alerda menarik tangan wanita itu menuju parkiran mobil.

"Neia? Oh'ho kau akan mengenalkan ku pada calon kakak ipar? Hayu kita berkenalan"

Bruk

Wanita itu menabrak punggung Alerda, kenapa laki-laki itu berhenti seketika? Ada yang salah atau bagaimana.

"Kau menyebut apa tadi?"

"Kakak ipar"

"A-ah, oh y-ya, lebih baik kita segera menuju rumah sakit" entah kenapa Alerda tiba-tiba merasa panas dikedua pipinya, kenapa malah dia yang bersemu. Jangan sampai wanita disampingnya tahu. Tapi nyatanya wanita itu sudah tahu, bahkan tersenyum simpul melihatnya. Ancang-ancang, dia berlari menubruk Alerda, dengan kini dia yang di gendong Alerda, Vio jadi merasa seperti anak-anak lagi.

"Kita cusss menemui kakak ipar!"

****

Di ruangan rawat inap keempat orang itu berkumpul tanpa berbicara. Pasangan yang satu sibuk makan, yang satu sibuk melamun sambil menonton adegan di hadapannya.

"Hah~Ale? Apa kau tidak lelah melihat pemandangan ini setiap hari?" Vio tanpa menatap Alerda, dia terus mengaduk makanan di pangkuannya.

"Entah lah, aku baru datang ke Bogor kemarin"

"Bagaimana?" Vio memutar tubuhnya kearah Alerda. Sepertinya wanita itu sudah tertarik dengan obrolan membosankan ini.

"Aku bersekolah di Bandung, mengikuti ibuku. Saat Neia di beri tahu masuk rumah sakit dan Alarda menyuruhku untuk kembali, yaa, aku kembali ke sini" Vio menganggukkan kepalanya mengerti, dia kira Alerda memang selalu berada disisi kakaknya.

"Apa Alarda akan terjebak?" Pertanyaan tidak masuk akal bagi Alerda. Terjebak? Terjebak bagaimana? Kenapa wanita disebelahnya ini jadi so tahu. Oh, apa benar memang dia mengetahuinya.

"Terjebak apa? Tahu masalah Alarda saja tidak" Vio menghela nafas pasrah lalu kembali memfokuskan tatapannya pada Alerda.

"Aku ini bukan anak kecil, aku sudah dewasa. Aku punya perusahaan, aku punya keluarga, kerabat, dan teman di sini. Ada sesuatu yang menanti" pola pikir Alerda mulai teracak, dia benar-benar tidak bisa mencerna apa yang Vio coba katakan padanya.

"Andai kau pintar mungkin Alarda akan sedikit tertolong"

Sudah lah! Alerda malas. Begini juga Alerda itu pintar hanya saja sedikit tertinggal karena dia malas belajar. Hey! Tidak ada manusia bodoh.

"Lebih baik kalian menjenguk tuan Felza bersamaku. Aku dengar dia sakit" Alerda menghela nafas, inikah alasan Vio datang? Hanya untuk kakek tua itu.

"Jangan bilang seseorang yang akan kau temui, maksudmu dia?"

"Pergilah sendiri" suara Alarda membuat Vio dan Alerda terdiam kaku ditempatnya. Kakaknya itu mendengar ya. Dari nada suaranya saja sudah bisa dipastikan, Alarda tidak suka ada yang membahas ayahnya.

"Itukan ayah kamu, masa orang lain yang jenguk" ucapan Neia membuat Alarda menghela nafas kasarnya. Gadis itu juga sadar, Alarda semakin tidak perduli pada ayahnya semenjak dia masuk rumah sakit, bahkan pekerjaan yang di perintahkan oleh ayahnya saja belum di selesaikan oleh Alarda.

"Aku gak mau Nei"

"Kok kamu gitu, gak boleh gi---"

Srak

Semuanya menatap kearah pintu masuk. Seorang wanita berambut merah datang dengan raut wajah yang mungkin kurang enak untuk di pandang.

"Bos, perusahan M.K mengadakan pertemuan, mereka meminta anda datang karena tuan Felza sedang berhalangan. Di sana ada anak dari keluarga Ambara"

Alarda melirik adiknya yang diam di sebelah Vio. Laki-laki itu mengepalkan tangannya sampai memerah. Alarda sendiri berpikir ketika mendengar keluarga ambara, apa yang di sampaikan Kevin beberapa hari yang lalu kembali berputar di otaknya.

-
-
-

"Yang gue tahu dari Om Wirdan, keluarga itu punya anak tiga yang kedua tahun kelahirannya 1997, tapi Yuna ini ternyata lahir tahun 2000 seumuran sama kita. Dan juga katanya anak itu punya adik laki-laki kelahirannya sama kayak Neia, tapi Yuna ini anak tunggal"

Alarda terdiam. Apa ini? Sebuah penipuan atau siasat licik? Dia jadi khawatir. Oh, Alarda tidak akan menanyakan anak pertama keluarga itu.

"Gue juga dapet info, kalo laki-laki yang terlibat kasus pelecehan yang Neia alami satu tahun lalu nama belakangnya Ambara. Dia anak terakhir dari keluarga itu. Sejak dia keluar dari penjara, orang gue selalu ngikutin dia dan tadi orang gue ngelaporin, terakhir kali mereka lihat anak itu disekolah Neia, dia merubah identitas dan wajahnya"

-
-
-

Mengingat apa yang di infokan Kevin padanya tempo lalu membuat senyuman itu kembali hadir. Apa rencananya mulai terselesaikan satu persatu? Oh, kita lihat sejauh mana mereka bermain. Apa kini mereka mulai mengambil alih pusatnya. Alarda yakin, pertemuan ini bukan murni keinginan pihak M.K

Mana anak dari keluarga Ambara, dia tidak sabar melihatnya, harus kah dia menyiapkan kamera untuk mengabadikannya? Lumayan, pertemuan ini bisa memberinya informasi siapa yang akan menjadi lawannya.

"Saya akan ke sana"





Tbc.

Ceritanya semaki ruwettt ya bund;)

ALARDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang