34. kyuhyun

309 56 51
                                    

Kyuhyun berbelok menuju gang sempit di sebelah tiang listrik itu. Ia berjongkok di samping tong sampah besar, berharap Seohyun, Ita, dan Trias tidak bisa mengejarnya sampai sini.

Cowok itu mengatur napasnya. Ia yakin sudah berlari cukup jauh dari Seohyun, tadi. Mereka pasti sudah kehilangan arah sejak di pertigaan tadi, bukan? Kini, rasanya sudah aman.

Kyuhyun menggigit bibirnya kencang, ia memukul tembok yang ada di sampingnya. Kalau bukan karena dirinya lupa membawa charger ponsel, ia tak bakal mendengar pembicaraan Seohyun, Trias, dan Ita tadi. Pembicaraan itu membuat dirinya kini mengingat semuanya, Kyuhyun tahu bahwa dia bukan anak kandung di keluarga itu, bahwa dia hanyalah anak yang dibesarkan di panti asuhan.

Kyuhyun menunduk, ia tak dapat menahan tangisnya lagi. Kehidupan di panti, penculikan itu, pertemuan kembali dengan kakaknya, kecelakaannya bersama Irham. Ia merasa sedih melihat kejadian-kejadian tersebut terputar di otaknya, seperti film. Kyuhyun bahkan sudah tak tahu kemana saja ia berbelok tadi, karena otaknya sudah tidak fokus.

Semenjak Kyuhyun mulai bermimpi aneh, cowok itu sebenarnya sudah punha firasat kalau semua kejadian di mimpinya itu benar. Namun, ia terlalu takut untuk mengakuinya, ia tak mau kalau dugaannya benar. Hidupnya ternyata semalang itu. Selama ini, Kyuhyun membatin tentang bagaimana Seohyun adalah sosok yang kuat dan hebat, anak itu bisa bertahan hidup walau keluarga yang ia miliki hanya Ita. Tidak disangka bahwa semua rasa kasihan itu ternyata ditujukan untuk dirinya sendiri. Kyuhyun benar-benar merasa jadi manusia paling bodoh sedunia. Orang-orang yang ia percayai itu membohonginya selama enam tahun.

Bodoh.

Kyuhyun memukul kepalanya, ia menatap sekeliling, kemudian terduduk di samping tong sampah itu. Harus kemana dirinya sekarang? Ia tidak mau kembali ke rumah itu. Harga dirinya sudah hilang.

Kyuhyun merasakan getaran di ponselnya, kemudian mengambil benda itu dari saku celananya. Ia hanya menghela napas saat melihat tangan yang ia pakai untuk meninju tembok tadi ternyata lecet dan berdarah. Kyuhyun meletakkan ponsel itu di tanah, ia bahkan sudah tak ada tenaga lagi untuk mengangkat telepon, meskipun itu dari Hyukjae. Kyuhyun akhirnya membiarkan panggilan itu sampai putus sendiri.

Mungkin Kyuhyun beruntung karena hari ini tidak banyak orang lewat, jadi tak ada yang memandangnya aneh karena duduk di samping tong sampah dengan tangan berdarah, rambut awut-awutan, serta mata merah. Namun, bila ada orang lewat pun, Kyuhyun rasanya juga tidak peduli.

Hyukjae: lo jd kesini?

Kyuhyun menghela napas dalam, ia memutuskan untuk membalas pesan Hyukjae.

Kyuhyun: lo udh siap?

Hyukjae: udhlah

Kyuhyun: yaudah gw otw
Kyuhyun: td ada yg ketinggalan soalnya

Kyuhyun menutup matanya sekilas. Toh, ia juga tak punya tujuan sekarang. Rasanya memang lebih baik kalau ia pergi ke rumah Hyukjae. Lagipula, lama-lama sendirian bisa membuatnya jadi gila.

●●●

"KABUR?"

"Ssst," desis Kyuhyun, ia meletakkan telunjuk di depan bibir. Kyuhyun takut kalau pekikan Hyukjae tadi terdengar sampai lantai bawah.

Hyukjae berdehem, ia menatap Kyuhyun intens. "Lo kabur dari rumah?"

"Mungkin."

"Yang bener kalo jawab."

Kyuhyun mendengus. "Gue lagi gak mood buat ngomong."

"Oke, oke," kata Hyukjae. Ia kemudian berpikir sebentar. "Coba lo tulis di hape?"

Yellow Daylilies. [COMPLETED]Where stories live. Discover now