9. your side

265 57 46
                                    

"Tiff, gue duluan, ya," Seohyun memakai tas ranselnya, menoleh ke arah Tiffany yang sedang membereskan berkas-berkas.

Tiffany mengangguk, kemudian melambaikan tangannya. "Hati-hati, Seo."

Gadis itu mengambil sepatunya dari rak, kemudian memakainya asal-asalan. Ia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul lima sore. Seohyun berdiri, melirik ke arah kantin yang masih buka– lebih tepatnya hanya beberapa gerai yang buka.

Seohyun tersenyum saat melihat gerai minuman masih buka. Setiap selesai ekskul Bahasa Inggris, tenggorokannya selalu haus bukan main, dan botol minumnya sudah kosong dari beberapa jam lalu. Seohyun melangkahkan kakinya, berlari kecil menuju gerai minuman.

Ia terperanjat saat merasakan sebuah sensasi dingin di pipinya– tanpa perlu menoleh, ia tahu siapa pelakunya. 'Adik kembar'nya, Kyuhyun. Namun, tampaknya ia sudah tidak bisa menggunakan julukan itu lagi karena anak-anak satu angkatannya sudah tahu bahwa mereka bukanlah saudara kandung.

Seohyun menatap sebal Kyuhyun yang tersenyum konyol, muncul dari belakang. Kyuhyun meletakkan gelas plastik berisi teh jeruk nipis itu di tangan Seohyun. Melihat es-nya yang masih utuh, Kyuhyun pasti belum lama membeli minuman ini.

"Udah selesai?" tanya Kyuhyun.

Seohyun mengangguk. "Lo katanya hari ini gak ada rapat?"

"Emang gak ada," balas Kyuhyun.

"Terus, kenapa belom pulang?" tanya Seohyun heran.

"Nungguin lo."

Seohyun mengalihkan pandangannya dari Kyuhyun, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. "Oh."

Kyuhyun menatap langit karena merasakan ada beberapa tetes air yang mengenai kulitnya. Dalam beberapa detik saja, gerimis itu berubah menjadi hujan lebat, membuat Kyuhyun dan Seohyun, serta anak-anak lain yang berada di luar langsung berlari menuju tempat yang ada atapnya.

Kyuhyun menarik lengan Seohyun, mengajaknya berteduh di kantin, dengan cepat sebelum kursi kantin penuh. Seohyun mengikuti Kyuhyun yang duduk di kursi panjang itu, menepuk-nepuk bajunya yang lumayan basah karena hujan.

"Tuh, kan, ujan," ujar Kyuhyun sembari menunjuk ke luar. "Makanya gue nungguin lo."

Seohyun mengangguk-angguk, menyeruput es tehnya. "Kayaknya lo peramal."

Kyuhyun tertawa, kemudian menoyor kepala Seohyun. "Tadi kan mendung, makanya gue mikir bakal ujan."

Seohyun mengerucutkan bibirnya, balik menoyor kepala Kyuhyun. Kyuhyun tidak membalasnya, hanya tertawa dan memukul-mukul pelan kakinya ke lantai. Hening selama beberapa detik, ditemani oleh suara hujan. Seohyun menarik napas dalam, menghirup bau tanah basah yang menurutnya menenangkan.

"Udah gak marah sama gue?" tanya Kyuhyun pelan.

Seohyun ikut menggoyang-goyangkan kakinya. "Kapan gue marah?"

Kyuhyun hanya mengangguk-angguk. Jelas-jelas, selama beberapa hari lalu, setelah kejadian keripik kentang, Seohyun dan Kyuhyun tidak pernah ngobrol, kalau pun ngobrol pasti ada orang ketiga atau keempatnya seperti Sooyoung, Hyukjae, Mama, Papa, atau teman-teman lainnya. Kyuhyun rasanya mau mati mengingat betapa canggungnya beberapa hari kebelakangan ini.

Namun, bila Seohyun berkata seperti itu, tampaknya anak ini sudah tidak marah kepadanya. Kyuhyun menendang pelan kaki Seohyun yang bergoyang-goyang, menahannya agar diam. Seohyun menahan tawa, berusaha melepaskan kakinya dari kaki Kyuhyun. Kyuhyun tentu tidak akan semudah itu menyerah, ia memperkuat kuncinya, tawa-tawa kecil mulai keluar dari bibirnya, membuat Seohyun terkekeh juga.

Yellow Daylilies. [COMPLETED]Onde histórias criam vida. Descubra agora