32. flashback

224 50 22
                                    

Tahun 2000.

Wanita itu memicingkan matanya saat melihat sebuah panti asuhan dari kejauhan. Ia akhirnya memberhentikan mobilnya agak jauh dari panti itu.

Ia mendengus, menatap anak laki-laki umur satu tahun yang sedang tertidur di kursi sampingnya, beralaskan kotak kardus yang dilapisi kain dan bantal kecil. Setelah itu, wanita tersebut menoleh ke belakang, menatap anak perempuan umur sembilan tahun yang sedang mengemut lolipop.

"Kita turun sekarang ya, Ita," ujar wanita itu. Ia mengenakan kupluk hoodie-nya, serta topi. Ia juga mengambil masker, dan memakainya.

Wanita tersebut berlari kecil menuju pintu satunya, membukanya dan mengeluarkan anak umur satu tahun tersebut, menggendongnya bersama kardusnya. Ita juga turun dari mobil, mengikuti langkah mamanya.

"Mau kemana, Ma?" tanya Ita.

Sambil tangan kirinya mempererat gendongannya pada kardus berisi anak laki-lakinya, telunjuk tangan kanan wanita itu ditempatkan di depan bibir, bermaksud untuk menyuruh Ita diam.

Ita mengikuti perintah mamanya, segera diam dan merapatkan jaketnya. Sekarang pukul dua pagi. Suhu udara terasa sangat dingin, tak terkecuali bagi Ita.

Sesampainya di depan panti, wanita itu menoleh kesana kemari, memastikan bahwa memang tidak ada orang di sekitarnya. Ia sengaja memilih pukul dua dini hari agar tidak ada yang memergoki aksinya.

Wanita itu meletakkan anak laki-laki bersama kardusnya. Anak itu masih tertidur lelap, hanya sesekali menggeliat.

Perempuan itu menghela napas dalam. Ia menutup matanya sebentar, kemudian menatap Ita.

"Ma, dingin," ujar Ita.

Wanita itu mengangguk. "Iya. Kamu tunggu di sini sebentar ya, jagain Kyuhyun juga. Mama mau beli teh anget."

Ita mengenggam tangan mamanya. "Ita mau ikut aja."

Wanita itu menggeleng, melepaskan genggaman Ita. "Jangan, di sana banyak orang jahat. Mereka suka ngincer anak kecil. Makanya, biar Mama aja yang ke sana. Ita sama Kyuhyun di sini, oke?"

Ita terlihat ragu. Setelah beberapa detik, anak perempuan itu akhirnya menganggukkan kepalanya.

Perempuan itu membenarkan letak ransel yang ada di punggung Ita. "Kalo gitu Mama pergi dulu ya, 'Nak."

"Iya, Ma. Hati-hati."

Perempuan itu dengan cepat pergi meninggalkan Ita dan Kyuhyun di depan panti. Ia tak mau menoleh ke belakang, karena bisa saja kalau ia melihat Ita dan Kyuhyun sekali lagi, keputusannya untuk meninggalkan mereka di depan panti itu akan goyah.

Sudah satu jam, dua jam, bahkan sampai hampir lima jam Ita menunggu bersama Kyuhyun, mamanya tidak kunjung datang. Untung saja, Bu Rina dari panti itu mendengar tangis Kyuhyun, kemudian segera membawa dua anak itu ke dalam.

●●●

Tahun 2006.

"Maksudnya gimana, Bu?" tanya Ita. Ia menghentikan aktivitasnya melipat baju, pandangannya fokus kepada Bu Rina.

"Ada yang mau adopsi kamu sama Kyuhyun," balas Rina. "Katanya, mereka saudara kalian."

"Saudara?" dahi Ita mengernyit heran. Ia tak pernah tahu siapa saja saudaranya. Sewaktu masih tinggal dengan mamanya pun, Ita tak merasa pernah bertemu orang lain selain Mama, Ayah, serta ayahnya Kyuhyun.

Rina mengangguk. "Katanya, mereka sepupu jauhnya Mama kamu, makanya, sekarang mau adopsi kamu."

"Tahu dari mana kalau dia beneran saudara aku sama Kyuhyun, Bu?" tanya Ita lagi. Ia kemudian menghela napas panjang. "Lagian, aku juga gak ada niatan mau ketemu Mama."

Yellow Daylilies. [COMPLETED]Where stories live. Discover now