18. Takut

13 1 0
                                    

Venus menghela nafasnya panjang dan dipenjamkan matanya. Dia masih bisa merasakan rasa nyeri pada tangan kanannya karena memukul wajah Deno tadi.

Ting! Ting! Ting!

Mendengar suara pesan masuk, Venus langsung meraba handphonenya yang berada di sekitar kasur tempat ia duduk saat ini. Ketika dapat, ia langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur dan melihat pesan yang masuk.

Deno: inget kan gue bilang

Deno: masalah kita blm selesai. bakal gue kejer lo sampe neraka

Deno: malem ini jam 11 gue tunggu di tempat biasa. lo tau kan konsekuensinya kalo gk dateng?

"Argh anjing." Umpat Venus. Dia benar-benar merasa kesal saat ini. Ia mengetikkan pesan balasan untuk Deno.

Venus: lo gila

Venus menghela nafasnya. Dia tahu jelas apa yang akan dilakukan Deno jika ia tidak datang nanti. Deno itu tipe orang yang gak akan pernah menyerah sebelum dapetin apa yang dia mau. Venus sendiri juga bingung kenapa Deno harus selingkuh jika akhirnya dia akan seperti ini.

Ting!

Handphonenya berbunyi lagi. Venus seketika melihat pesan yang masuk. Pesan itu bertuliskan:

Deno: lo yang buat gue gini

Melihat balasan dari Deno, Venus langsung mengigit bibir bawahnya kencang. Rasa ingin memukuli Deno seketika muncul. Padahal Deno sendiri yang memulai semuanya. Kenapa sekarang Deno malah menyalahkan Venus?

Venus menutup matanya perlahan. Ia mengambil guling yang berada disampingnya lalu memeluknya hingga tanpa ia disadari, ia benar-benar terlelap.

ᴛ ᴘ ᴏ ᴜ

Disinilah Venus sekarang. Berjalan tanpa arah mencari keberadaan Deno. Bajunya bahkan berbeda dari biasanya. Ia hanya memakai sebuah hoodie yang kebesaran dan celana pendek. Ia tidak memakai baju yang kurang bahan. Entah kenapa semenjak ia dekat dengan Darma, ia kehilangan selera untuk keluar malam dan mabuk-mabukan.

Suasana yang biasanya Venus sukai juga tidak sama lagi rasanya. Venus merasa sesak karena gerombolan orang yang meloncat-loncat mengikuti alunan musik yang keras ini menghalangi jalannya.

Hingga akhirnya Venus menemukan Deno, dia berada di salah satu meja yang penuh dengan botol minuman. Deno terlihat sedang menyalakan korek untuk menghidupkan rokoknya. Venus dengan cepat menghampirinya.

"Ayok ngomong diluar." Ucap Venus ketika ia benar-benar berada di depan Deno.

Deno yang baru saja ingin menghidupkan rokoknya terlihat mengurungkan niatnya. Ia menaruh korek dan rokoknya diatas meja.

"Eh dateng juga lo ternyata." Deno terkekeh kecil.

"Ayok keluar." Kata Venus dengan penuh penekanan. Ia juga meninggikan suaranya karena suara musik disana yang sangat kencang.

"Disini aja." Deno terlihat menuju ke sebuah kursi lalu duduk diatasnya. "Sini duduk." Lanjutnya sambil menepuk ruang kosong disebelahnya.

Venus memutar bola matanya kesal. Ia berjalan mendekat ke arah Deno dan duduk ditempat yang Deno tunjuk.

"Mau apa nyuruh gue kesini?" Tanya Venus langsung. Ia merasa tidak ingin menghabiskan waktu lama-lama bersama Deno.

Namun Deno malah mengabaikannya. Deno mengambil sebuah botol minuman keras dan meneguknya. Tidak berminat menjawab perkataan Venus.

"Gue pulang aja." Ucap Venus lalu bangkit dari posisi duduknya. Namun belum sempat ia melangkahkan kaki, Deno menarik tangannya.

"Gue udah bilang, gue gak mau putus." Deno menaruh botol minumannya dan menatap Venus dalam-dalam.

Venus menarik tangannya yang dipegang Deno lalu berkata,"Terus kenapa selingkuh?"

"Ya karena lo gak mau kasih apa yang gue mau!!" Seru Deno yang seketika membuat Venus kaget karena suaranya yang meninggi. "Gue cowok normal ven! Wajar aja kalo gue cari kesenangan sendiri karena cewek gue gak bisa kasih!" Nafas Venus seketika menjadi naik turun karena mendengar perkataan Deno barusan. Matanya tiba-tiba terasa perih.

"TERUS GUE SALAH? IYA?!" Bentak Deno lagi. Namun tidak ada yang memperhatikan mereka berdua sama sekali. Orang-orang pada fokus kepada kegiatannya masing-masing.

"Kalo gitu kenapa lo gak pacaran sama cewek lain aja?!" Seru Venus. Dia sendiri tidak tahu kenapa perkataan itu keluar dari bibirnya. Dia membuang pandangan matanya. Tidak berniat melihat ke arah Deno. Dia merasa sangat kesal.

"LO!" Tiba-tiba Deno menarik dagunya dan mendorongnya ke belakang. Membuat Venus seketika kaget dan melotot. Lalu tangan Deno berpindah ke leher Venus.

"Deno sakit!" Seru Venus karena ia merasa Deno mencengkram lehernya cukup kuat. Saat ini juga Venus merasakan sakit yang menjalar dari bagian lehernya.

"Woi no udah lepasin!" Teman Deno yang berada disekitar tempat kejadian tiba-tiba menyahut karena melihat perlakuan Deno kepada Venus. Ia juga berusaha menarik tangan Deno. Hingga akhirnya terlepas.

"Lo gila! Stress tau gak?!" Teriak Venus dan tanpa aba-aba dia langsung berlari kecil meninggalkan Deno. Bahkan airmata yang sedari tadi ia coba tahan tiba-tiba lolos begitu saja. Venus menengok kebelakang. Berjaga-jaga kalau saja Deno mengikutinya. Dan ternyata dia benar. Deno mengikutinya.

Venus takut. Sangat takut. Bahkan tanpa ia sadari ia mulai sesegukan. Nafasnya tidak beraturan. Ia mencoba menerobos kerumunan secepat mungkin.

"VENUS!" Teriakan Deno terdengar namun Venus sama sekali tidak menghiraukannya. Dia tetap berlari kecil menerobos kerumunan mencari jalan keluar. Hingga akhirnya dia menemukan pintu darurat. Ia langsung berlari dan masuk kedalamnya. Namun ternyata Deno masih mengikutinya.

"Ven, jangan bikin gue marah deh." Ucap Deno. Nadanya memang terdengar santai. Namun karena mereka hanya berdua didalam pintu darurat, Venus merasa sangat takut.

Venus tetap berlari kecil menuruni tangga. Ia berharap segera menemukan pintu keluar yang menuju ke lantai utama sehingga ia bisa cepat-cepat keluar dari sini.

BRUK!

Kaki Venus terkilir tiba-tiba karena menuruni anak tangga dengan cepat. Seketika ia terbanting ke bawah dan melangkahi beberapa anak tangga. Membuatnya seketika diam karena rasa sakit yang menjalar.

Venus tidak bisa merasakan apa-apa pada kakinya. Kepalanya tiba-tiba terasa sangat pusing. Pandangannya mulai gelap. Namun sekuat mungkin ia mencoba bangkit.

"Sakit?"

Venus sangat kaget ketika menyadari bahwa Deno sekarang sudah berada di depannya. Deno menundukan tubuhnya untuk menyamakan posisinya dengan tubuh Venus yang tersungkur.

Deno menarik dagu Venus. Membawa wajah Venus tepat didepan wajahnya. Mata Venus seketika melotot dikala ia melihat bahwa Deno tersenyum.

"L-le-lepas.." ucap Venus terbata-bata. Ia bahkan tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Kepalanya terasa sangat pusing. Bahkan pandangannya mulai kabur karena air mata yang menumpuk. Venus pasrah. Ia tidak tahu harus berbuat apa kali ini. Kakinya saja bahkan tidak bisa ia gerakkan.

Hinga akhirnya, pandangannya benar-benar gelap. Ia tidak sadarkan diri.

𝕓𝕖𝕣𝕤𝕒𝕞𝕓𝕦𝕟𝕘...

The Part Of UsWhere stories live. Discover now