8. Pelukan pertama

62 4 2
                                    

"Mau?" Venus menyodorkan burger yang dia pegang ke arah Darma. Tentunya telah dimakan satu gigitan olehnya.

Darma menggeleng. Membuat Venus menarik tangannya dan kembali makan burger itu.

"Lo tinggal di apart itu sama siapa?" Tanya Venus dengan burger penuh di mulutnya. Namun suaranya masih terdengar jelas.

"Gue gak tinggal disana. Gue bawa lo kesana karena gak mungkin bawa lo ke rumah gue." Jawab Darma.

"Itu apart punya lo sendiri?"

"Bukan punya gue."

"Terus punya siapa?"

"Banyak tanya lo." Ucap Darma membuat Venus meliriknya kesal.

"Galak banget sih?!" Venus balik nyolot.

Darma diam. Dia mengalihkan wajahnya dari pandangan Venus. Beralih melihat ke tempat lain. Karena menurut Darma, melihat ke arah Venus hanya membuat dia kesal saja.

"Lo kenapa ngerokok?" Tanya Venus lagi. Membuat Darma reflek melihat ke arahnya.

"Bukan urusan lo." Jawab Darma dingin.

"Gue perintahin lo, buat jawab pertanyaan itu." Ucap Venus lagi. Membuat Darma menarik nafas panjang lalu menghembuskannya.

"Stres lo." Jawab Darma singkat.

"Gue ke kamar mandi bentar." Darma bangun dari duduknya lalu meninggalkan Venus sendirian di meja. Venus tau jelas, Darma merasa kesal karena dirinya banyak tanya.

Bodo amat, pikirnya.

Tapi semakin lama dia menunggu, semakin berputar jelas di otaknya pertanyaan yang berbeda-beda.

"Tunggu, kenapa gue jadi penasaran sama hidup dia?" Gumam Venus. Lalu tak lama dia mengambil cola di hadapannya, lalu meminumnya.

ᴛ ᴘ ᴏ ᴜ

Keesokan harinya...

"Halo?"

"Apa."

"Jemput ya dar! Dirumah gue. Tapi tunggu bentar, gue mandi dulu."

"Gila ini udah jam tu--"

Sambungan diputuskan sepihak. Venus menyeringai. Dia beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi.

ᴛ ᴘ ᴏ ᴜ

Venus sekarang berada di belakang Darma. Menaiki motor vespa milik Darma. Darma mengemudikan motornya ngebut. Mengejar waktu karena dalam waktu tiga menit lagi gerbang sekolah akan ditutup.

"Jangan ngebut-ngebut dong! Rok gue terbang-terbang nih. Aurat tau." Protes Venus.

"Ck." Darma berdecak. Dalam hati ia mengumpat.

Hingga beberapa saat kemudian dia sampai di depan sekolah. Dan sialnya, gerbang sudah tertutup rapat.

"Sialan." Umpat Darma. Dia mematikan mesin motornya. Lalu membuka kaca helm.

"Telat deh." Kata Venus dengan wajah tanpa dosanya. Darma jadi kesal sendiri liatnya.

Pasalnya, disekolah mereka. Yang terlambat datang ke sekolah, tidak diperbolehkan masuk lagi.

"Ck." Darma berdecak lagi. Dia terlihat sangat kesal.

"Biasa aja kali. Telat sekali gak bikin mati mendadak kok." Venus turun dari motor Darma. Bibir Venus tidak berhenti mengunyah permen karet. Dia terlihat sangat santai.

"Tas gue di dalem!" Seru Darma.

"Oh, gitu? Gampang." Venus mengambil handphonenya yang berada di saku rok sekolahnya.

Dia terlihat mengetikkan sesuatu di handphonenya.

"Beres."

"Lo ngapain?"

"Chat Carla. Nyuruh sumputin tas lo." Ujar Venus. Setelahnya ia tersenyum.

Melihat reaksi Darma yang kesal bercampur kaget, Venus kembali naik ke atas motor Darma.

"Turun."

"Gak."

"Turun."

"GAK!"

Darma diam.

"Lo turun apa gue yang turun." Ancam Darma. Namun Venus malah tertawa kemudian menjawab:

"Ya lo aja. Gak rugi gue."

"Ck." Tanpa aba-aba, Darma langsung menghidupkan motornya dan membawa motornya ngebut. Membuat Venus hampir terjungkal jika tidak cepat-cepat memeluknya.

"Gak usah meluk-meluk gue." Ucap Darma pelan. Namun masih bisa terdengar oleh Venus.

"YA MAKANNYA JANGAN NGEBUT-NGEBUT. GILA LO." Teriak Venus. Dia mempererat pelukannya.

"Gue gak bisa napas!" Bentak Darma namun Venus mengabaikannya. Dia malah semakin jadi memeluk Darma kuat.

Cittt.....

𝕓𝕖𝕣𝕤𝕒𝕞𝕓𝕦𝕟𝕘...

The Part Of UsWhere stories live. Discover now