15. Ciuman

18 1 0
                                    

Venus menghirup nafasnya panjang disaat dia sampai di atas rooftop. Tangan kanannya masih memegang tangan Darma tanpa ia sadari.

"Lepas." Pinta Darma.

Venus yang menyadari akan hal itu seketika langsung melepaskan tangan Darma lalu berjalan mendahului Darma menuju sudut rooftop lalu duduk disana.

"Mau sampe kapan lo berdiri?" Tanya Venus.

Darma berjalan menghampiri Venus lalu duduk di sebelahnya.

"Ngapain kesini?" Tanya Darma.

Venus merogoh sakunya lalu mengeluarkan sebungkus rokok. "Nih." Ucap Venus sambil memberikan rokok tersebut ke Darma.

Darma masih diam. Tidak berbicara apapun. Dia seakan membeku di tempatnya.

"Santai aja kali. Lo ngapa shok gitu?" Tanya Venus. Dia sibuk mengunyah roti yang tadi diberikan oleh Darma.

"Oh iya, nih koreknya." Lanjutnya sambil melemparkan korek api ke Darma yang langsung reflek ditangkap olehnya.

"Lo ngantongin ini daritadi?" Tanya Darma.

Venus mengangguk.

"Hahaha lucu ya. Harusnya lo sebagai ketos marah karena gue bawa gituan ke sekolah. Tapi sayangnya, lo gak bisa apa-apa." Kata Venus sambil terkekeh pelan.

Darma menghela nafasnya. Dia memilih untuk tidak membalas ucapan Venus.

"Itu mau atau enggak?" Tanya Venus sambil melirik ke arah rokok yang sedari tadi hanya Darma pegang.

Lagi-lagi Darma diam dan tidak menjawab ucapan Venus.

"Ih budek lo ya?!" Seru Venus sambil merampas rokok yang Darma pegang. Menyelipkan satu batang di bibirnya, lalu menghidupkan rokoknya menggunakan korek.

Melihat Darma yang sedari tadi hanya memperhatikan Venus, Venus menyeringai.

"Ngeliatin gue terus, suka lo ya?" Ucap Venus blak-blakan yang langsung membuat Darma membuang arah pandangannya.

"Oh masih bisa denger ternyata. Gue kira pendengaran lo tiba-tiba ilang." Lanjutnya.

Venus menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya. Namun Venus tiba-tiba menghentikan aktifitasnya. Dia melirik ke Darma yang masih membuang wajahnya.

"Kalo mau ambil aja." Ucap Venus lagi. Tetapi Darma tetap diam.

Tiba-tiba Venus memasukan rokok yang tadi di hisapnya ke dalam mulut Darma. Membuat Darma kaget dan reflek membuka bibirnya agar tidak terkena api rokok yang masih menyala.

"Anjing," umpat Darma.

"Gue tau lo kepengen." Venus menyeringai.

Darma menghisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya.

"Lo belom jawab pertanyaan gue." Ucap Venus.

"Yang mana?" Tanya Darma.

"Kenapa lo ngerokok?"

"Itu bukan urusan lo."

"Ya sebenernya juga gak juga masalah sih. Lo cowok dan wajar-wajar aja ngerokok. Tapi maksud gue, orang kayak lo,"

"Kayak gua?"

"Iya.. Secara, hidup lo kan udah termasuk sempurna. Lo pinter, disukain guru-guru, dan lagi lo ketua osis, bukannya orang kayak lo harusnya gak boleh ada minus satupun?"

Darma diam.

"Lo tau kan kalo hal itu bisa ngerusak semuanya? Apa yang guru-guru pikirin kalo mereka tau ketua osis yang paling teladan di sekolah ternyata ngerokok, di lingkungan sekolah lagi?"

"Gak bakal ketahuan, kalo lo diem."

"Gue cuma tanya alesannya,"

"Karena pengen aja." Darma bangkit dari duduknya. Membuang puntung rokoknya ke lantai, lalu menginjaknya.

Namun belum sempat Darma berjalan menjauh, dia langsung menyeret tangan Venus untuk ikut bersamanya, bersembunyi di balik kursi-kursi rusak yang menumpuk.

"Lo apa-apaan—" belum selesai Venus berbicara, Darma langsung menutup bibir Venus menggunakan telapak tangannya.

"Shhh." Darma menaruh jari telunjuknya di bibirnya. Memberikan isyarat agar Venus tidak mengeluarkan suara.

Venus mengerti dan menutup bibirnya rapat-rapat.

Terlihat dua orang murid laki-laki yang masuk lewat pintu rooftop. Mereka berjalan santai menuju ujung atap. Salah satunya merogoh kantong celananya dan mengeluarkan, sebuah bubuk yang dibungkus plastik kecil?

Mata Darma langsung melotot dikala dia melihat apa yang dikeluarkan salah satu murid laki-laki tersebut. Venus juga tak kalah kaget melihatnya, Venus tahu jelas bahwa barang tersebut adalah narkoba.

Kedua lelaki itu tidak berkata apapun selain transaksi berupa menukar plastik kecil itu dengan selembar uang.

"Darma, keluar." Bisik Venus sangat pelan, namun Darma bisa mendengarnya dengan jelas.

Namun Darma malah menggelengkan kepalanya.

"Gila lo—" Venus masih berbisik, namun belum sempat Venus menyelesaikan bisikannya, Darma menutup bibirnya menggunakan telapak tangannya lagi.

"Ehmpp—"

"Diem Ven." Bisik Darma dengan menekankan setiap perkataannya.

"Makasih bro," Ucap salah satu murid yang menerima plastik kecil yang diberikan oleh murid yang lain.

"Lo tau kan konsekuensinya kalo nyebarin hal ini?" Murid yang satunya menyahut.

"Iya,"

"Yaudah, ayok balik ke kelas."

Venus berusaha memberontak namun tenaganya sudah jelas kalah dari tenaga Darma.

"Emphhh—" Venus berusaha berteriak, membuat salah satu murid laki-laki tadi yang hendak berjalan ke arah tangga, menghentikan langkahnya.

"Lo denger suara gak?"

"Enggak ah."

"Apa perasaan gue doang?"

"Perasaan lo doang, lagian mana ada sih yang kesini jaman sekarang."

Lagi-lagi Venus berusaha memberontak, sehingga menimbulkan suara gesekan. Namun dalam sepersekian detik, Darma melepaskan telapak tangannya yang tadi dia gunakan untuk menutup bibir Venus, lalu menggantinya menggunakan bibirnya.

Tubuh Venus seketika langsung menegang ketika ia merasakan sesuatu yang empuk dan basah menempel pada bibirnya. 

Darma mulai memperdalam ciumannya membuat Venus benar-benar membeku di tempatnya.

"Udahlah ayok."

Kedua murid laki-laki itu kembali berjalan menjauh ke arah tangga. Hingga akhirnya benar-benar hilang dibalik sana.

𝕓𝕖𝕣𝕤𝕒𝕞𝕓𝕦𝕟𝕘...

The Part Of UsWhere stories live. Discover now