6. Galau yang terlupakan

163 17 1
                                    

Pengakuan secara langsung yang diucapkan oleh Alden kemarin sukses membuat Venus galau setengah mampus. Bagaimana bisa perkataan itu terlontarkan dari bibir Alden?

Ting!

Dering handphonenya itu langsung membuat Venus memencet tombol home handphonenya. Terlihat satu pesan masuk yang membuat Venus langsung membulatkan matanya.

Darma: Gue jadi babu lo mulai dari kapan?

Venus tersenyum melihatnya. Ia merasa senang karena ternyata Darma sudah pasrah terhadap apa yang Venus pinta kemarin.

Venus: sekarang

Darma: k

Venus: oke babuQ

Chat terakhir dari Venus terlihat hanya di read oleh Darma. Venus menghela nafas kesal. Karena gabut yang tak berujung, Venus memutuskan untuk membuka salah satu grup chat yang berisikan dia, Carla dan Lila.

Asikin ajon(3)

Carla: woi

Carla: SYAVIN NGAJAK GUE JALAN LAGI!

Carla: Gila kan!!

Lila: DIH KAMPRET

Lila: bilang aja seneng

Lila: cih sok jual mahal

Carla: ya hati aq kan cuma buat alden. Hehehe

Lila: ih tau gax seh

Lila: kata fadli si vivi itu bau ketek

Lila: dih pantesan kan gue sering nyium bau ketek gitu

Benar saja dugaan Venus. Pasti isi chatnya hanya obrolan yang unfaedah dan chat alay yang kalo gak ngomongin cowok, gibahin orang. Ck.

Lila: IH VENUS SIDER

Carla: tau dari mana u?

Lila: astagaa carlaa. Ini grup cuma bertiga dan yg ngeread 2. terus lo pikir satunya siapa? Setan!?!

Carla: oiya heheh

Venus: dasar

Venus melempar handphonenya ke arah kasur. Lalu berbaring di atas kasur. Dan pikirannya tetap menjerumus ke sana. Ke perkataan Alden kemarin.

"AHH." Venus mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia berguling-guling diatas kasur ukuran king sizenya itu lalu menutup wajahnya menggunakan bantal dan berteriak.

Tok! Tok!

Pintu kamar Venus diketuk.

"Masuk." Teriak Venus sambil masih menutup wajahnya menggunakan bantal. Ia tidak takut kehabisan nafas karena mengingat perkataan Alden saja bisa membuat oksigen disekitarnya mendadak menghilang.

"Non ada pacarnya dibawah." Suara itu sontak membuat Venus langsung bangun dari posisi tidurnya.

"Suruh tunggu bentar bi." Venus langsung buru-buru berlari menuju lemarinya. Dan langsung mengubrak abrik isi lemari.

Bi Ami yang menyaksikan itu hanya bisa mengglengkan kepalanya.

Venus langsung mengambil salah satu hot pans miliknya dan baju croptopnya. Ia memakai keduanya dan kemudian menarik salah satu jaket yang digantung.

Setelahnya Venus menuju ke meja rias. Mengambil lipstik dan memoleskannya ke bibirnya. Menyemprotkan parfum ke bajunya. Memakai maskara pada bulu matanya. Tidak lupa memakai bedak juga. Kemudian dia menuju kasurnya dan merangkak mengambil handphonenya lalu berlari ke pintu keluar.

"Hai!" Teriak Venus penuh semangat. Ia seakan akan terhipnotis untuk lupa akan kejadian kemarin.

Terlihatlah Deno dengan memakai t-shirt berwarna putih dan celana jins selutut tersenyum ke arah Venus.

"Ayok." Venus mendekat ke arah ruang tamu dan langsung menarik Deno yang tadinya sedang duduk.

"Kenapa?" Tanya Deno yang langsung membuat Venus mengerutkan dahinya.

"Kenapa apanya?"

"Udah gak marah?" Tanya Deno sambil tersenyum, lalu mengecup pipi Venus singkat.

Dan Venus tidak menjawabnya. Dia hanya tersenyum lebar sambil masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh Deno.

ᴛ ᴘ ᴏ ᴜ

"Ven. Aku gak bisa nganter kamu pulang. Kamu naik taksi bisa kan?" Kata Deno ke Venus yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Venus.

"Yaudah aku tinggal." Deno terlihat berjalan menjauh.

Disinilah Venus. Ditempat yang seakan akan sudah menjadi rumah keduanya. Tempat yang dipenuhi oleh orang-orang yang berjoget seperti orang gila. Suara dentuman musik yang Venus dengar seakan akan sudah menjadi musik favoritnya.

Dia masih duduk di salah satu kursi. Meneguk air yang berwarna bening seperti air putih, namun membuat dunia Venus seakan berputar.

Venus bangun dari duduknya lalu menerobos kerumunan orang yang sedang berjoget. Berjalan kepintu keluar. Setelah sampai didepan, ia terlihat mengeluarkan handphonenya lalu menelfon seseorang.

"Dar. Jemput gue ya." Ucap Venus sambil menaruh handphone di telinganya.

"Gila lo! Gak liat ini jam berapa?" Terdengar nada marah di sebrang telpon.

"Jam dua." Jawab Venus dengan nada santainya.

"Lo dimana?"

"Kelab."

Tuttt---"

Sambungan diputuskan sepihak. Darma yang menyadarinya langsung buru-buru mengambil jaket yang berada di balik pintu. Dia langsung keluar kamarnya dan menuruni tangga secara perlahan.

Entah apa yang ada di pikirannya saat itu.

𝕓𝕖𝕣𝕤𝕒𝕞𝕓𝕦𝕟𝕘...

YEY. UDH 6 EPISODE. Jangan lupa Vote...

The Part Of UsWhere stories live. Discover now