4. Kepergok

226 19 1
                                    

"HAHAHAHA." Suara tawa itu memenuhi kantin bersamaan dengan bel yang berbunyi dua kali. Tanda bahwa saat ini jam istirahat sedang berlangsung.

Banyak siswa maupun siswi yang keluar dari kelasnya lalu berbondong-bondong menuju kantin. Berbeda dengan Venus dan kedua temannya yang sudah berada di kantin sedari tadi.

"Mampus hahaha." Carla tertawa. Hampir saja tersedak kalau dia tidak buru buru meneguk air putih didepannya. Dia menarik nafasnya pelan-pelan. Hampir saja ia kena karma karena menertawakan Venus.

"Serius lo disuruh kayang? Duh gak bisa ngebayanginnya gue. Mana panas lagi." Ucap Lila, dia masih tertawa.

"Receh lo bedua. Gitu aja ngakak." Venus memasang wajah sebalnya. Dia mengaduk-aduk es teh dihadapannya tanpa minat.

"Hahaha. Seneng gue lo tersiksa." Kata Lila sambil memasukan sesendok somay kedalam mulutnya.

"Hoi!" Venus kaget bukan main saat ada orang yang menepuk pundaknya kencang sambil berseru. Dia sontak melihat ke sumber suara. Terlihat Alden sedang tersenyum kikuk di depannya; takut dimarahi Venus.

Venus menjitak kepala Alden. "Hampir gue jantungan."

"Ven jangan gitu dong. Kasian kan sakit kepalanya." Ucap Carla berusaha membela Alden sang pujaan hatinya.

Venus memutar bola matanya malas.

"Lo tadi ngapain di lapangan?" Alden terkekeh lalu tersenyum jahil.

"Isshh. Sana deh lo!" Usir Venus karena tentu dia merasa malu.

Bagimana tidak, dia tadi menjadi tontonan dari jendela satu angkatan karena dihukum kayang di lapangan upacara selama sepuluh menit. Meskipun sebentar, tetap saja membuatnya malu setengah mati karena banyak yang memperhatikannya lewat jendela kelas.

"Hahaha. Balik bareng gue ya nanti?" Ucap Alden lalu mengacak rambut Venus dan berlari kecil menjauh. Bahkan Venus belum menjawab ajakannya.

"Ck. Jeles achu liatnya." Ujar Carla sambil menatap ke arah Alden yang semakin menjauh. Berbeda dengan Venus yang malah melihat ke arah Carla sambil mengerutkan dahinya.

"Sakit kali ya mata lo yang begituan masih aja disukain." Kata Venus menyindir Carla.

"Ih Alden itu ganteng tau! Baik lagi, terus wangi!" Carla terlihat membela Alden, lagi.

"Gue bilang kan sama Syavin aja!" Seru Lila yang terlihat tidak terima jika cinta temannya bertepuk sebelah tangan.

Namun dengan lantang Carla malah menjawab;

"Gak bakal dan gak akan."

ᴛ ᴘ ᴏ ᴜ

Bel pulang sudah berbunyi sejak tadi. Tetapi, Venus masih menunggu di halte depan sekolah. Beberapa kali ia mengecek handphonenya. Berharap ada pesan masuk.

"Ah lama." Gumamnya..

Sedari tadi ia sedang menunggu pacarnya, Deno. Dia merasa kesal sendiri menolak ajakan Alden untuk pulang dengannya kalau jadinya malah begini. Ia mulai mengutak atik handphonenya. Berusaha menghubungi Deno.

Galat jaringan.

"Arghh." Venus mengacak acak rambutnya.

Tiba-tiba dia melihat Darma berjalan kedalam sekolah. Namun entah mengapa Venus penasaran.

"Darma? Ngapain dia balik masuk ke dalem sekolah?" Gumam Venus.

Akhirnya Venus diam-diam mengikutinya.

***

Darma? Ngerokok?

Venus mengucek matanya berkali-kali. Memastikan bahwa yang dia lihat itu benar benar Darma.

Benar saja, itu Darma. Wajahnya tidak berubah.

Tiba-tiba suatu ide terlintas di dalam otak Venus.

"Darma. Ketos. Ngerokok."

Dia buru buru mengeluarkan handphone dari saku roknya.

Cekrek

Suara memfoto barusan membuat Darma Wira Atmajaya, ketua osis yang akrab dipanggil Darma menengok ke arah Venus.

Venus tersenyum sumringah ke arah Darma.

"Bagaimana jadinya bila 'sang' ketua osis yang terkenal disiplin ketahuan merokok di rooftop sekolah?" Ucap Venus dengan menekankan kata sang.

Darma membuang puntung rokoknya ke sembarang tempat.

"Kayaknya kalo semua orang tau bakalan jadi berita yang bagus nih." Venus menyeringai.

"Lo!" Seru Darma kesal.

"Kenapa?!" Venus nyolot dengan wajah menantangnya.

"Siniin hpnya." Pinta Darma.

"Ih enak aja. Emangnya lo siapa?" Kata Venus sewot.

"Mau lo apa?!" Seru Darma dengan wajah kesalnya.

"Kok ngegas?" Venus berjalan menjauh dari Darma. Dia berjalan menuju pintu tangga.

Darmapun tak tinggal diam. Dia mengejar Venus. Darma berhasil memegang pergelangan tangan Venus. Setelahnya, dia mengepung tubuh Venus di tembok dengan kedua tangannya.

"Whoa-whoa. Santai." Venus berusaha menyingkirkan tangan Darma tetapi percuma saja, hal itu sia-sia karena pasti Darma jauh lebih kuat.

"Hapus." Ucap Darma dingin.

Venus diam. Sungguh, ini posisi yang sangat tidak mengenakan bagi Venus. Jantungnya berdetak tak sesuai tempo.

"Minggir gak lo!" Kata Venus galak.

"Terserah gue mau ngapus foto ini apa enggak. Bukan urusan lo ya!" Venus masih menatap Darma tajam.

"Itu urusan gue."

"Minggir." Venus mendorong tubuh Darma sekuat tenaganya. Lalu ia buru buru menuju pintu.

"GAK AKAN GUE HAPUS!" Teriakan Venus terdengar sampai akhirnya dia menghilang dibalik pintu.

Darma mengacak acak rambutnya frustasi.

"Kenapa harus dia yang mergokin?" Gumam Darma dalam hati.

Darma sadar, mulai dari saat itu, hidupnya tidak akan setenang dulu.

𝕓𝕖𝕣𝕤𝕒𝕞𝕓𝕦𝕟𝕘...

The Part Of UsWhere stories live. Discover now