7. Kesempatan

205 21 1
                                    

"LO gila? Hah!?" Ini adalah kalimat pertama yang diucapkan oleh Darma saat bertemu Venus.

Bagaimana tidak, di cuaca dingin malam hari ini Venus memakai baju yang sangat kurang bahan. Bahkan jaket yang tadi Venus bawa sudah tidak diketahui keberadaannya.

"Pulang." Kata Venus pelan. Namun masih dalam posisi duduknya. Venus sedari tadi menunggu Darma sambil duduk di tangga depan kelab malam yang dia datangi.

Darma melepas jaket yang dia pakai. Lalu menyampirkan jaketnya di pundak Venus.

"Bisa jalan?" Tanya Darma.

"Bisa." Venus berdiri dari duduknya lalu mencoba berjalan. Baru dua langkah ia berjalan. Tubuhnya sudah ambruk kembali. Ia sepertinya sudah minum alkohol sangat banyak. Sehingga dunianya seperti berputar-putar.

"Ck." Decak Darma. Dia menghampiri Venus. Dan tanpa aba-aba, dia mengangkat tubuh Venus dan menggendongnya ala bridal style. Venus ikut mengalungkan tangannya di leher Darma.

Darma membawanya ke parkiran. Lalu menyuruhnya duduk di atas motor vespanya. Melihat Venus yang tidak sadarkan diri alias masih mabuk, Darma menepuk-nepuk wajahnya pelan.

"Woy! Sadar!" Ucap Darma. Namun Venus sama sekali tidak berkutip.

"Gue sayang banget sama dia, tapi kenapa--" Venus membuka mulutnya. Tapi yang keluar dari mulutnya malah kata-kata yang ngelantur.

"Gue mau mcd."

"Gue--" Venus beranjak dari motor Darma.

"Hooek---" Dia muntah.

Darma yang melihat itu langsung menghampirinya dan mengelus pundak Venus.

Tak lama, Darma menarik tangan Venus, lalu membawanya naik keatas motornya. Dia juga ikut naik dan menghidupkan mesin motornya. Tidak lupa memakai helm.

"Pegangan." Darma mengarahkan tangan Venus untuk melingkar di pinggangnya. Tapi mungkin karena Venus sedang mabuk, tangannya terlepas dari pinggang Darma.

Darma membuang nafasnya kasar. Dia memegang kedua tangan Venus untuk melingkar di pinggangnya lagi, namun tangan kirinya tetap memegangnya. Tetap menuntun tangan Venus dipinggangnya. Sedangkan tangan kanannya, dia pakai untuk menggas motornya. Meninggalkan kelab malam itu.

"Ngerepotin." Batin Darma dalam hati.

ᴛ ᴘ ᴏ ᴜ

Venus mencoba membuka matanya perlahan. Dia melihat sekelilingnya. Ia berada di sebuah tempat yang terlihat seperti kamar dengan warna dominan putih.

"Gue dimana?" Gumam Venus. Kemudian beranjak dari kasur. Mencoba duduk namun ia langsung memegangi kepalanya yang terasa pusing.

Dia berjalan keluar dari tempat tersebut.

"Darma?" Venus melihat Darma yang tertidur diatas sofa sambil meringkuk. Venus menghampirinya.

"Gue di apart dia?" Katanya dalam hati. Lalu duduk tepat di depan wajah Darma.

Tanpa disadari dia memperhatikan wajah Darma.

"Puas ngeliatin gue?" Perkataan ini sontak membuat Venus hampir terjengkang kebelakang kalau saja dia tidak cepat memegang meja disampingnya.

"STRES! KAGET GUE!!" Venus berteriak kaget. Darma terlihat bangun dari posisi tertidurnya.

"Gue gak tau alamat lo. Jadi gue bawa lo kesini. Lo semalem muntah. Kena baju. Jadi lo gue doublein baju gue. Karena sekarang lo udah sadar mending lo pergi dari sini." Dengan satu tarikan nafas, Darma menyebutkan itu semua.

"Anterin pulang dong." Venus berjalan menuju dapur. Lalu membuka kulkas tanpa izin dari Darma.

"Eh tunggu." Venus menghentikan aktifitasnya. "Handphone gue mana?" Tanya Venus panik.

Darma melirik ke atas meja, lalu mengangkat dagunya. Seakan melakukan isyarat.

Venus langsung berlari menuju meja yang Darma bilang.

"Ada telpon gak?" Tanya Venus dan Darma mengangkat bahunya; tidak tahu.

"Anterin gue makan." Ucap Venus sambil menarik tangan Darma. Tapi Darma langsung menghentakannya.

"Lo gak ganti baju dulu?" Tanya Darma heran.

"Ah lama nanti. Gue laper banget. Ayok." Venus berjalan mendahului.

"Ck." Decak Darma. Dan mau tidak mau, dia mengikutinya.

𝕓𝕖𝕣𝕤𝕒𝕞𝕓𝕦𝕟𝕘...

Vote yaps...

The Part Of UsWhere stories live. Discover now