"Bapak gak bosen apa ngasih surat peringatan mulu ke saya. Sesekali kasih surat cinta dong, pak."
-Jo Sunmi
"Ya udah kalo gitu anggap aja surat peringatan itu sebagai surat cinta dari saya."
-Park Jimin
Sunmi menatap jalanan di depannya dengan tatapan kosong. Pikirannya penuh dengan berbagai macam pertanyaan. Ia tak mengerti apa yang terjadi di antara Jimin dan Rose namun hatinya tetap saja tak terima jika Jimin bertindak sejauh itu pada Rose.
Mengapa rasanya sangat sakit?
"Sun?"
Tubuh gadis itu tersentak ketika pundaknya di tepuk dengan pelan. Ia menoleh dan mandapati seorang pemuda yang tengah tersenyum padanya. Pemuda itu duduk di samping Sunmi kemudian memberikan sekotak susu coklat untuknya.
"Katanya coklat bagus buat memperbaiki mood. Tapi di kafetaria gak ada coklat batangan jadi gue ganti pake susu coklat. Gapapa, kan?"
Sunmi menatap pemuda itu sejenak. Setelah mendapat raut wajah yakin darinya, Sunmi meraih susu coklat tersebut kemudian bergumam, "Makasih, kak."
Pemuda itu tersenyum lebar. Ia menatap ke arah depan, tepatnya ke arah taman bermain yang dipenuhi anak-anak yang dirawat di rumah sakit ini. Mereka semua memakai baju yang sama, baju tidur berwarna putih polos dengan motif binatang lucu.
"Ada yang ganggu pikiran lo, ya?"
Sunmi meremat kotak susu yang ada di genggamannya. Ia menarik napas panjang kemudian mengangguk sebagai jawaban.
"Gue gak tau ini bakal menghibur lo atau kaga, tapi gue harap, lo tetap berkepala dingin buat menghadapi semuanya."
Sunmi mendongak ketika pemuda itu berkata demikian. Sekalipun ia tak menyangka jika sosok di sampingnya ini begitu peka, paham bagaimana perasaannya tanpa harus dijelaskan.
"Pikiran lo kayaknya lagi kacau, makanya tadi lo lari nya gak hati-hati terus lo nabrak gue. Ya, untung aja sih gue. Kalo yang lo tabrak kakek-kakek yang jalan pake tongkat tadi kan bisa gawat."