ILY - 41

999 85 33
                                    

Jimin membawa tubuh gadis dalam rengkuhannya ke kamar bernuansa pink dan putih ini. Pria itu membaringkan tubuh tersebut dengan berhati-hati. Jimin memposisikan diri di atas ranjang, tepatnya di samping Sunmi. Pria itu menggenggam satu tangan Sunmi bersamaan dengan tangan yang lain mengusap punggungnya perlahan, menghantarkan ketenangan pada setiap sentuhannya. Sementara di sisi lain, Sunmi pun berusaha untuk tenang. Batinnya bergelut karena ia ingin melupakan kejadian yang menimpanya barusan namun ditolak mentah-mentah karena kehadiran pemuda berhoodie abu-abu yang menyelamatkannya tadi. Perasaan gadis itu tak menentu saat ini, bahkan tangannya yang setia dalam genggaman Jimin masih bergetar kecil. Entah mengapa ketakutan yang ia rasakan tidaklah wajar, padahal pemuda yang menyelamatkan dirinya saat itu tidaklah berbahaya, baik dulu ataupun sekarang.

"Hei, tenangkan diri kamu. Tarik napas perlahan, tahan sebentar, terus buang. Tarik napas lagi, iya, bagus. Lakukan lagi."

Jimin menginstruksikan metode menenangkan pikiran sederhana kepada Sunmi. Gadis itu pun menurut. Ia terus menarik napas secara perlahan kemudian menahannya sebelum dibuang perlahan. Jimin terus membimbing gadis itu. Satu tangannya pun ikut menggenggam tangan Sunmi seraya berharap gadis itu akan merasa lebih baik.

"Gimana? Udah enakan?"

Sunmi tak menjawab apapun. Perlahan ia mulai bisa mengontrol tubuhnya untuk tidak bergetar lagi. Jimin pun tak kunjung menghentikan usahanya.

Setelah dirasa telah Jimin pun tidak punya pilihan apapun. ia hanya bisa menatap Sunmi dengan nanar sejenak kemudian pergi meninggalkannya. Mungkin segelas air atau mungkin minuman coklat yang biasanya tersimpan rapi di dalam kulkas Sunmi dapat membuat gadis itu menjadi sedikit lebih baik. Ia bisa meminta Sunmi untuk cerita nanti. Kondisi batin gadis itu adalah hal utama saat ini.

Di sisi lain, Sunmi menatap kosong kaca cermin yang berhiaskan jajaran make up yang ikut memenuhi permukaan mejanya. Pikiran gadis itu melayang, diikuti dengan rasa tak terduga serta ketakutan. Gadis itu membatin, apa yang sebenarnya ia takutkan? Bukankah dulu ia pernah mendotrin dirinya sendiri untuk tidak mempercayai siapapun sebelumnya dirinya mendengar cerita sesungguhnya dari yang bersangkutan? Namun mengapa sekarang ia menelan mentah-mentah pemikiran yang ia junjung tinggi sejak dulu?

"Sun?"

Gadis itu menoleh ke arah pintu. Jimin masuk ke kamar Sunmi dengan membawa nampan berisi segelas minuman coklat hangat serta beberapa cemilan manis. Setelah meletakkan nampan tersebut di atas nakas, Jimin mendudukkan bokongnya di atas karpet bulu, tepatnya di bawah Sunmi kemudian memberikan coklat hangat tersebut kepada gadis itu. Sunmi menerimanya tanpa kata, tidak memiliki tenaga meski hanya untuk mengucapkan terima kasih.

"Minum dulu, Sun. Jangan terlalu pikirin orang yang kamu lihat tadi."

Sunmi menatap Jimin, tak menyangka jika perkataan Jimin tepat sasaran dengan apa yang terjadi barusan.

"Kamu tiba-tiba lari sambil nangis tadi. Saya pikir, kamu ketemu seseorang atau melihat kejadian yang ada hubungannya sama masa lalu kamu. Benar, kan?"

Sunmi masih tak bersuara. Ia hanya menunduk menatap gelas yang ada di genggamannya. Sedetik kemudian gadis itu mengangguk, mengiyakan perkataan Jimin.

"Mau cerita?" tanya pria itu kembali.

Sunmi masih bergeming. Ingin sekali ia menceritakan apa yang terjadi barusan, serta siapa orang yang ia lihat barusan. Tetapi gadis itu mengurungkan niatnya secepat mungkin. Gadis itu sudah bisa menebak apa yang akan Jimin katakan padanya. Sudah pasti Jimin akan melarang gadis itu untuk bertemu dengan orang tadi, atau mungkin menyuruh Sunmi untuk melupakan kejadian barusan.

Lebih baik ia tak mengatakan apapun.

"Hei, kamu gapapa? Apa ada yang mengganggu pikiran kamu?"

Setelah membatin cukup lama, Sunmi menggelengkan kepala. Yang barusan ia lihat hanyalah hal kecil, bukan hal yang besar ataupun akan berdampak buruk padanya. Lagipula, aksi kejar-kejaran dengan pria asing tadi telah berhasil diselesaikan di tempat oleh orang tadi. Gadis itu merasa, pria itu tidak akan mengganggunya lagi setelah mendapat pukulan keras di wajahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr. CounselorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang