ILY - 39

549 86 19
                                    

HAIII SAYANG-SAYANG AKUUUU!!!

Gimana? Kangen akuu ga? Kangen ga?

-apasih

Okede kita cuap-cuapnya entar aja pas di bawah. Mari kita menghalu bersama sosok seperbucinan kita yang riweuh nya bukan main di tangan aku ngueheheh. Akhir kata, happy reading!

*

*

*

"Pst, pst, Sunmi!"

Sunmi menoleh sedikit kala mendengar suara lirih yang memanggilnya dari belakang. Tangannya yang semula berada di atas meja kini berpindah ke bawah, menyambut secarik kertas kecil yang sudah tak layak bentuknya dari Namjoo. Setelahnya ia meletakkan barang haram tersebut di atas pahanya, membuka lipatannya dengan hati-hati kemudian menyalin rangkaian kata yang tertulis di lembar jawaban miliknya.

Suasana di kelas sangat hening. Bahkan suara derit kursi pun terasa sangat berisik bagi mereka. Semua murid sibuk mengerjakan soal ujian -baca : menyalin jawaban satu sama lain. Semuanya dilakukan dengan sangat rapi, dimana kelompok barisan belakang yaitu Bangchan, Kyungmin dan Haesoo yang sangat lancar mencari jawaban di mesin pencarian sementara sisanya hanya menunggu jawaban dari mereka.

"Permisi, bu."

Semuanya menegakkan tubuh ketika mereka mendengar suara yang tak asing, bersikap dengan natural seolah tak terjadi apapun. Taeyon yang saat ini menjadi pengawas di ruangan ini pun menyahut sapaan Jimin. Pria itu melenggang masuk dengan membawa kertas yang langsung di tandatangani oleh Taeyon. Mungkin saja itu absensi pengawas. Setelahnya Jimin memberikan sebuah kotak kue untuk Taeyon dan dibalas dengan kata terima kasih dari wanita cantik itu.

"Itu yang di pojok belakang ngapain?"

Mereka semua langsung panik, menoleh ke arah belakang dan mendapati Bangchan yang memasang wajah polos. Pemuda itu bingung karena Jimin tiba-tiba memanggil namanya lalu bertanya, "Saya, pak?"

"Iya, kamu. Ngapain kamu nunduk gitu?"

"Oh, enggak pak. Pulpen saya jatuh tadi."

"Terus kok nunduk doang? Kenapa gak diambil?"

Satu kelas sangat hening. Masing-masing dari mereka merapal doa sementara Taeyon ikut curiga terhadap Bangchan. Pemuda itu berusaha untuk tenang kemudian menyahut, "Saya liatin dari jauh aja deh, pak. Entar kalo saya kejar malah ditinggal pergi, kayak si dia."

Kini tawa keras serta ejekan memenuhi ruang kelas. Jimin dan Taeyon memasang ekspresi datar, membiarkan pemuda itu lolos kali ini. Setelahnya Jimin berbincang sebentar dengan Taeyon, sementara Sunmi terus menatap Jimin dengan waspada, takut jika ia ketahuan menyontek.

"Semua handphone sudah diserahkan ke pengawas, kan?" tanya Jimin kembali, sekedar mengantisipasi untuk menghindari kecurangan selama ujian.

"Sudah, pak."

"Awas kalo sampe ketahuan ada yang megang handphone disana, ya. Saya panggil orangtua kalian nanti."

Ancaman tersebut membuat mereka semua menelan ludah, tak bisa membayangkan jika tiga orang di belakang sana terciduk dan rencana mereka gagal total. Namun mereka memilih diam, mengiyakan perkataan Jimin dalam hati kemudian kembali berpura-pura fokus mengerjakan soal.

"Pak Jimin masih ada urusan?" tanya Taeyon ketika keadaan kelas kembali tenang.

"Gak kok, bu. Absensi guru selesai sampai kelas ini. Kenapa, bu?" jawab Jimin.

"Kalo Pak Jimin gak sibuk, duduk aja disini, temenin saya."

Sunmi menekuk wajahnya ketika mendengar kalimat itu. Siswa yang lain pun tak kalah usil dengan mengudarakan kata 'cie' kepada Taeyon. Jimin tersenyum sebagai jawaban kemudian menduduki kursi kosong di samping Taeyon.

Mr. CounselorWo Geschichten leben. Entdecke jetzt