«Part 12»

89 17 73
                                    

Jam di pergelangan tangan Erick menunjukkan pukul 07.00 pagi, masih ada satu jam lagi sebelum bel masuk berdering. Lelaki itu membelokkan stang sepedanya ke arah warung bubur ayam di dekat sekolah, dia tidak membuat sarapan pagi ini. Setelah memarkirkan sepedanya, Erick berjalan mendekati seorang bapak-bapak yang sedang menata bubur ayam di nampan.

"Bubur satu, Pak," pesannya.

"Siap, Pak Guru!" jawab si penjual.

"Eh, nggak jadi, Pak," cegah seorang gadis di depan Erick. Gadis itu berbalik, lalu mengulurkan kotak styrofoam untuk Erick.

Melihat Erick yang tak kunjung menerima ulurannya, gadis itu menjelaskan, "Ini buat Bapak."

Erick masih menatap gadis di depannya tanpa menyentuh kotak styrofoam tersebut, lalu berujar ketus, "Saya bisa pesan sendiri. Pak, buburnya jadi!"

"Eh, nggak jadi, Pak!" seru gadis itu.

Bapak penjual bubur tadi menggaruk kepalanya. "Jadi gimana ini, Pak? Jadi atau enggak? Ini banyak yang ngantri."

"Jadi!"

"Enggak, Pak!"

Erick dan Salsa berseru hampir bersamaan. Merasa kesal, Erick menatap tajam gadis di depannya itu. "Apa maumu?"

Salsa tersenyum manis, lalu menarik Erick ke salah satu bangku yang disediakan. Erick hanya menurut karena malas berdebat lagi, dia memperhatikan gadis itu membuka kotak berisi bubur ayam dengan perlahan lalu menyodorkan padanya.

"Saya mau Bapak makan ini. Tadi saya mau antar ini ke ruang guru, tapi malah ketemu Bapak di sini," terangnya masih dengan senyuman.

Erick menatap Salsa tepat di manik mata gadis itu, dia berusaha membaca pikiran Salsa. Lelaki yang sedari tadi dilirik oleh beberapa pengunjung warung itu mengembuskan napas pelan lalu mulai memakan bubur yang diberikan Salsa setelah mengetahui niat gadis itu.

"Em, saya mau bilang terima kasih karena Bapak udah baik banget sama saya," ucap Salsa.

Erick hanya diam, dia tetap meneruskan makannya tanpa menatap Salsa. Setelahnya gadis itu terdiam. Beberapa saat hanya terdengar suara pengunjung lain, karena penasaran, Erick mengalihkan perhatiannya pada Salsa.

"Ada masalah?" Erick merasa aneh dengan gelagat Salsa.

"Enggak ada." Salsa tersenyum lebar memperhatikan Erick yang tidak merespons dan melanjutkan sarapannya.

"Salsa? Kak Erick?"

Suara seorang gadis lain mengalihkan perhatian mereka. Salsa terkejut melihat sepupunya berdiri di belakang Erick, sedangkan Erick sendiri tetap datar, seolah sudah mengetahui jika gadis yang setengah menit lalu memasuki warung itu mengenal Salsa.

"Letta? Kamu sarapan di sini juga?" Salsa menetralkan ekspresi terkejutnya.

Letta mengangguk, dia melirik Erick yang hanya diam seolah tidak ada dirinya. "Kak Erick apa kabar?"

Erick menoleh, lalu membalas, "Seperti yang kamu lihat."

Letta membuang napas pelan, Erick tidak berubah, tetap dingin dan ketus padanya. "Kalian sarapan bareng?" Dia bertanya sambil menunjuk meja dua sejoli di depannya.

Salsa tersenyum, membuat bibir Letta melengkung ke bawah seketika. Sementara Erick tidak peduli dengan interaksi dua gadis di depannya, dia menoleh ke arah jalan hingga netra peraknya menemukan Angel yang melintas di depan warung. Tatapan Erick bertemu dengan Angel, gadis yang sedang berbincang dengan sahabat laki-lakinya itu sontak menghentikan ucapannya. Angel langsung mengalihkan pandangan beberapa saat kemudian.

Who is She? Where stories live. Discover now