bagian 57| -

3.4K 224 7
                                    

"Belajar yang rajin, inget kaki lo masih sakit jangan terlalu banyak gerak. Pulangnya kita langsung chak up"

"Okeeee" Jawab Sena seraya menyatukan jari jempol dan telunjuknya.

Vino mengacak rambut Sena pelan "Sen, gue anter sampe dalam aja ya? Lo kan masih baru disini"

"Gak perlu Vino, yang sakit itu kaki gue bukan mulut. Mulut itu digunakan untuk bertanya"

Vino bertecak, bukan karna apa. Hanya saja ia khawatir jika Sena tersesat di Universitas yang besar ini. Melihat kondisi Sena yang kurang mendukung.
"Yaudah, susah ngomong sama cewek. Gue duluan, jaga diri baik baik"

"Iya Vinoo, udah sana hush hush" Usir Sena mengibaskan tangannya. Sena tak habis pikir dengan tingkah posesif Vino, tapi ia menyukainya.

"Dih gak ada terima kasih malah ngusir"

"MAKASI VINOOO"

Dirasa Vino sudah menjauh, Sena mulai mendorong kursi roda itu seorang diri. Ia menatap bangunan megah yang ditempati oleh orang asing yang sama sekali tak ia kenal. Memikirkan nasip selanjutnya, akankah ia bertemu dengan teman seperti Keisya ataukah ia tak memiliki teman sama sekali? Ngomong ngomong soal Keisya, gadis itu mekanjutkan study nya ke Jepang. Jadi tentu saja ia tak mengetahui kejadian akhir akhir ini. Karna Sena berpesan agar tidak ada yang memberitahu Keisya, demi masa depan gadis itu. Sementara Albar, dia melanjutkan sekolahnya di Kota Ilmu, Yokyakarta.

Sena mulai berjalan masuk kedalam Kampus, banyak tatapan mata yang melihatnya iba. Masih seperti dulu, Sena tak suka menjadi pusat perhatian. Tanpa memperdulikan sekitar ia kembali mendorong kursi roda dan mencari tempat sepi.

"Bang Raka gimana ya? Apa dia baik baik aja? Maafkan adikmu ini bang, gue lagi lagi ngecewain lo"

Saat hendak berbalik ia hampir menabrak seorang pria yang sedang asik dengan bukunya.

"Maaf lo-Arsen?" Buru buru Sena pergi dari tempat itu, namun Arsen bersikeras mengejarnya. Sayang, langkah kaki akan jauh lebih cepat dari pada roda yang didorong Sena dengan tenaga rendah.

"Sena lo ngapain disini? Bukannya lo dirumah sakit?" Tanya pria itu.

Sena memijat keningnya pelan, alasan apa yang harus ia berikan pada Arsen? Lagi pula mengapa Arsen kuliah ditempat yang sama dengannya? Ternyata dunia tidaklah luas.

"Gue bukan Sena, mungkin lo salah orang"

"Hah? Lo mau boongin gue? Seorang Arsen? Lawak lo badut, kita ngomong di Kantin aja"

Arsen sialan!

Sena hanya bisa pasrah saat Arsen mendorong kursi rodanya ke arah Kantin. Kini tatapan mahasiswa/i di Kampus itu menjadi dua kali lipat lebih banyak dari awal Sena datang, siapa lagi kalo bukan Arsen pelakunya. Posisi mereka sekarang merupakan sosok turis, dan bagaimanapun jeleknya seseorang kalau berada diluar negara pasti akan mendapat tatapan dari warga setempat, ntah itu tatapan positif atau negatif. Begitupun dengan Sena dan Arsen saat ini.

Sesampainya diKantin, Arsen membantu Sena untuk pindah ke kursi yang telah disediakan, begitu juga dengan pesanan makanan. Arsen yang mengurus semuanya, setidaknya Sena bersyukur karna ada pria itu yang membantunya.

"Sekarang cerita, kenapa lo bisa disini, lo disini sama siapa, dan jangan pura pura gak kenal sama gue. Emang lo mau jadi pembohong besar terus cerita hidup lo diangkat ke film Azab Akibat sering berbohong, wanita ini di prank malaikat israil saat pencabutan nyawa"

Rain And Tears [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang