bagian 33| Persiapan Perpisahan

3.1K 241 15
                                    

Lima bulan dua puluh tujuh hari dari enam bulan telah berlalu, setengah semester telah mereka lalui, masa pertukaran pelajar telah usai. Dua hari ini adalah persiapan menuju hari H suatu perpisahan. Dua Sekolah di Bandung berniat mengadakan acara perpisahan untuk 4 murit dalam satu tempat.

Sena sudah melalui semua hari hari yang penuh dengan suka dan duka bersama Arga, Albar, Aurel dan Arsen. Namun tetap saja tiga hari kedepan adalah hari berat untuk Sena. Raka tidak bisa pulang di karenakan banyak mata kuliah yang belum ia tuntaskan. Sena harus siap tinggal seorang diri, karna Oma juga akan pergi, bagaimanapun ia harus belajar mandiri dan hidup sendiri. Raka telah menambah uang bulanan Sena sebanyak 20 juta dari 150 juta yang di dapat Raka dalam setengah tahun.

"Sena, kamu beli barang barang di toko ya, ini catatannya" ucap salah satu guru wanita.

"Baik buk" jawab Sena. Ia mencari keberadaan Keisya, namun ntah kemana gadis itu pergi. Ngomong ngomong soal Keisya ia sedang pdkt dengan Albar, Sena tak menyangka pertengkaran antar keduanya bisa tumbuh menjadi cinta. Mungkin benci menjadi cinta itu memang benar adanya.

Mau tak mau Sena berjalan sendiri, saat hendak melangkah tangannya dicekal oleh Arga "mau gue temenin?"

Sena tersenyum sembari mengangguk, Arga memang baik dan ramah padanya akhir akhir ini, namun itu semua hanya karna status persahabatan, tidak lebih.

"Yaudah gue ambil mobil, lo tunggu di depan gerbang"

Sena mengangguk dan berjalan ke arah gerbang, ada kesedihan dalam diri Sena yang tak bisa di definisikan. Apa mungkin ia harus benar benar mengikhlaskan Arga dan membuka hati untuk orang lain?

Saat di mobil hanya suara lagu yang menyelimuti keheningan antar keduanya, Sena sesekali bersenandung, mengikuti irama yang terdengar.

"Kalo mau nangis, nangis aja" ucap Arga menghapus keheningan, ia bisa melihat dari tatapan Sena yang terlihat sendu seperti orang yang tengah bersedih.

"Kenapa gue harus nangis?"

"Ya kali aja"

"Maksut lo?"

"Gak"

"Eh? Apasih gajelas banget"

"Lo niat kuliah dimana?"

"Belum tau, kalo lo?"

"Sama"

"Sama?"

"Belum tau"

Sena hanya mengangguk paham, selang beberapa menit mereka telah sampai di toko untuk membeli sebagian bahan.

Sena mengambil keranjang dorong dan berjalan mencari barang barang, sedangkan Arga hanya mengikuti langkah Sena dan sesekali mengambilkan barang yang tak bisa dijangkau oleh gadis didepannya.

"Pendek!"

"Gue gak pendek, lo nya aja yang ketinggian"

"Kalo pendek terima aja, jan ngeles"

Sena berbalik menghadap Arga, "kok lo nyebelin?"

"Gak, lo nya aja yang baperan"

"Sama cewek tu ngalah bisa gak si?"

"Mas, jangan buat pacar nya marah, nanti ditinggalin baru tau rasa" ucap seorang wanita paruh baya yang melewati Arga dan Sena.

"Dia istri saya buk" jawab Arga asal. Bahkan kini pria itu merangkul bahu Sena.

Sena yang mendengar itupun mencubit pinggang Arga keras membuat sang empu meringis kesakitan.

"Ih masih sekolah kok udah nikah, pasti ceweknya nih yang lonte" bisik wanita yang lain, setelah mengatakan itu si ibu ibu pergi dengan tas genggeng yang dibawanya.

Rain And Tears [Proses Revisi]Where stories live. Discover now