bagian 22| Vino

3K 225 8
                                    

Aku pun belum cukup baik mengenal diriku sendiri, kenapa orang lain dengan hebat mengklaim bahwa semua yang terjadi adalah perbuatanku?

***

Semuanya telah pulang ke rumah masing masing, meninggalkan pantai akibat kejadian tadi pagi. Kecuali Sena, ia masih terdiam di pinggir pantai, menikmati dorongan ombak yang sesekali mengenai kakinya. Bukannya lari dari masalah, justru ini yang membuat Sena menjauhkan diri dari masalah sslanjutnya agar tidak gegabah menanggapi masalah yang sama sekali bukan salahnya.

Sena akui Fadila memang wanita yang cerdik, ia bisa melakukan apa saja jika ada yang ingin menggagalkan rencananya, bahkan ia tak perduli dengan nyawa seseorang demi menjalankan permainannya.

Sena melihat mata kakinya yang banyak mengeluarkan darah akibat terkena ranting tajam saat Fadila mendorongnya tadi.

Namun Sena tak perduli, ia justru kecewa pada Keisya sahabatnya dan Albar yang bahkan sudah ia anggap seperti kakak sendiri tidak mau mendengar penjelasannya. Arga pun sama, pria yang sangat Sena cintai kini menjauh seiring berjalannya waktu.

Uluran sapu tangan berwarna putih membuat Sena menoleh ke arah samping, ke arah seorang pria yang tak dikenalnya.

"Kenalin gue Vino" ucapnya mengulurkan tangannya, sedangkan sapu tangan yang dipegangnya tadi sudah diterima oleh Sena dengan senang hati.

Dengan ragu Sena pun membalas uluran tangan Vino "Sena" ucapnya sembari tersenyum.

"Kayaknya lo ada masalah"

"Semua orang punya masalah" jawab Sena santai.

Vino terkekeh "dan masalah membuat seseorang menjadi lebih dewasa"

Sena menoleh ke arah Vino, Vino pun sama.
"Tergantung bagaimana orang itu menanggapi masalah" sambungnya.

Tatapan Sena kembali menatap depan, namun tidak dengan Vino. Ia masih setia memandangi wajah cantik Sena namun terdapat luka yang sangat tercetak jelas disana.

"Lo itu cewek lemah ya, biasanya kan cewek kalo punya masalah pasti dipendam" ucap Vino.

"Gue kalo punya masalah yang maksa gue buat nangis ya nangis, ngapain mendam kalo akhirnya cuma nambah beban?" Jawab Sena jujur.

"Jawaban yang cerdik, terus cara lo nanggapin masalah selalu dengan cara nangis?"

"Ngelawak lo?"

"Ya siapa tau kan?"

"Sok tau!"

"Lo orang sini?" Tanya Vino.

"Gak, gue dateng sama temen tapi mereka balik duluan"

Vino mengerutkan dahinya.
"Terus kenapa lo gak pulang?"

"Lo ngusir?"

"Ngapain? Pantai ini bukan punya gue"

"Yaudah"

"Orang tua gue kecelakaan pesawat 8 bulan yang lalu dan 2 bulan lalu cewek gue nikah karna dijodohin"

Merasa tertarik dengan cerita Vino, Sena menoleh ke arah Vino yang setia menatap pantai dengan tatapan sendu, tidak ada kebohongan disana.

"Terus bonyok lo gimana?" Tanya Sena memberanikan diri.

"Di panggil tuhan"

Sena menahan nafas sebentar, ia bisa merasakan rasa sakit yang dirasakan Vino. Mungkin Sena masih bisa bersyukur karna masih memiliki seorang Ayah yang menyayangi Sena, yah mungkin.

Rain And Tears [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang